POV Rina
Sejak obrolan di meja makan semalam, aku jadi merasa resah, di satu sisi aku sungguh tersinggung dengan permintaan suamiku, disisi lain aku juga merasa bersalah membAndingkan suamiku dengan teman-teman seangkatannya yang sudah punya jabatan. Aku sendiri kadang suka minder di acara arisan keluarga, sepupuku selalu membanggakan suami-suami mereka yang baru di promosikan.
Tapi permintaan suamiku juga udah kelewatan, apalagi suruh merayu pak Frans Wenda, aduh! aku bergidik sekali melihat posturnya yang tinggi besar.
Suara notifikasi panggilan whatsapp terdengar, aku melihat siapa yang menelpon, ternyata dona teman kuliahku dulu
"Mak lagi ngapain lu?" tanya Dona.
"Lagi males," balasku singkat.
"Yee kok males? pasti semalem abis bertempur ya hihihi." Dona menggodaku
"Boro-bro, aku lagi ngambek ama hubby." jawabku
"Hihihi..kenapa sih lo..setau gue bang Andi suami yang baik, gak pernah selingkuh," ujar Dona
"Gak ada apa-apa sih, betewe ada apa nih tumben pagi nelpon gue," tanyaku
"Pengen nelpon aja say, soalnya gue lagi seneng banget, hubby gue dipromosiin jadi KaCab di Bali, asyik kan gue bisa liburan terus di bali," ujar Dona dengan nada riang.
"Wew selamat ya, ehmm jadi ceritanya pamer nih?" aku juga ikut senang mendengar berita itu.
"Ya seneng aja sih gue, klo hubby jadi punya jabatan, otomatis kan gajinya naik, palagi gue juga dijanjiin mau ke korea ama jepang nih liburan nanti, udah gt, kalo dikantor hubby, Kacab itu dapet fasilitas transport kelas bisnis, liburan ke luar negeri..dan lain lain," dona berkata dengan penuh keriangan.
"Asik dong ya..selamat ya say," ujarku, walau sedikit cemburu, namun aku juga senang mendengar berita gembira itu.
"Makasih mak, betewe bang Andi sekarang jabatannya apa mak?" tanya Dona kemudian
Aku bingung mau jawab apa!!
"Don, Gue mau curhat nih," aku memutuskan ingin mendengar pendapat Dona mengenai permintaan bang Andi.
"Wait..oke gue dengerin, kali aja gue bisa bantu," dona terdengar antusias.
Aku menceritakan semua pembicaraan antara aku dan suamiku kemaren, aku minta pendapat sahabatku itu
"Ehhm gitu ya, sekarang tinggal lu mau gak? Kan kalo berhasil lu juga seneng mak," jawaban sahabatku itu tak sesuai dugaanku.
"Masa musti kaya gitu?" tanyaku kemudian.
"Ya itu sih berpulang ama lu aja, lu mau gak bantuin hubby, lagian selingkuh itu kan selingan keluarga supaya utuh hihihi.." Dona terdengar enteng sekali menanggapi curhatanku tadi
"Maksudlu?" tanyaku tak mengerti maksud sahabatku itu.
"Gue juga bantu hubby biar jabatannya naik mak, lu tau gak bos-bos itu kalo suka ama cewek, mereka kan bisa milih secara duit mereka banyak, tapi kalo sama istri orang itu sensasinya beda." jawab Donna
"Apa? Jadi lu.." aku terhenyak sendiri mendengar ucapan Donna itu
"Lu sahabat gue, makanya gue blak-blakan ama lu, bos hubby itu orang india mak, gue godain dia terus, bahkan gue tidur ama dia, lu tau gak ternyata bosnya itu bisa muasin gue di ranjang. Dan hubby gue tau itu, dia malah jadi makin mesra ama gue, makin beringas klo diranjang hihihi., makanya gue bilang hubungan gue sama hubby jadi makin mesra."
Aku hanya terhenyak mendengarnya, aku tak bisa percaya dengan apa yang kudengar.
"Mak, kok diem lu? pingsan ya hihi, gini aja mak, semua tergantung lu, kalo lu gak nyaman, ya gak usah nurutin permintaan hubby lu..ehh dah ya, anak gue bangun..ntar kita ngobrol lagi." pembicaraan kami berakhir.
***
Malamnya
Rina menemani suaminya makan malam, Rina merasa ada kecangungan dari suaminya. "Ayah, kalau sudah selesai makan, bunda mau bicara,"
Andi hanya menatap istrinya dengan perasaan bertanya-tanya.
"Soal yang ayah omongin kemaren malam, ayah serius meminta bunda merayu pak Frans Wenda," tanya Rina
"Maafin ayah ya bun, ayah salah ngomong kemaren." Jawab Andi pelan
"Bunda nanya, ayah serius gak dengan omongan kemaren," Rina kembali bertanya.
Andi menatap wajah istrinya, dia tau istrinya sedang serius
"Kalau bunda gak mau ayah juga gak maksa," jawab Andi lirih.
"Baiklah, bunda akan bantu ayah." ucap Rina
Andi terhenyak mendengar kata2 istrinya, walau jawaban itu yang ingin dia dengar , tapi setelah mendengarnya , tetap saja dia kaget sendiri.
"Bunda serius?' Andi tak percaya pendengarannya.
"Tapi ayah janji, gak boleh marah atau cemburu, kan ini bukan godain anak kecil, konsekuensinya pasti nanti ada," ucap Rina dengan nada tegas.
"Maksud bunda?" Andi tak paham
"Ayah sadar gak sih, minta bunda ngerayu orang, tapi gak mikirin konsekuensinya, emangnya menurut ayah cara merayunya kaya gimana, bunda temuin bos ayah itu terus ngomong, pak Frans Wenda tolong bantu promosi suami saya dong, apa kaya gt? Gak mungkin kan. Kalau kaya gitu apa bisa berhasil, apa bos ayah itu mau bantuin ayah?" tanya Rina dengan nada agak keras.
Andi hanya diam menunduk
"Kalau mau berhasil, bunda musti ngerayu pak Frans Wenda agar tergila gila pada bunda, itu caranya, dan konsekuensinya apa ayah siap?" tanya Rina menatap tajam suaminya.
Kembali Andi hanya diam, dia tak sanggup membalas tatapan Rina.
"Bagaimana kalau pak Frans Wenda ngajak bunda keluar, bagaimana kalau dia megang2 bunda, apa ayah siap gak marah?" tanya Rina lagi.
Andi tetap diam, namun mendengar kata-kata istrinya itu, malah penisnya jadi mulai mengeras.
"Lalu kalau sampai ekstrem dia mau bersetubuh dengan bunda, apa ayah siap dan rela?" Rina berkata lirih
Denggg!!
Kata-kata bersetubuh yang keluar dari mulut indah istrinya membuat gejolak birahinya bangkit, penisnya makin mengeras, Andi kini menatap tajam istrinya.
Rina melihat kilatan harimau wannabe (dalam hati terkikik geli dia), di mata suaminya yang dari tadi hanya diam.
"Sebelum ayah bicara kemaren, ayah juga udah mikirin semua itu, dan ayah sampai pada kesimpulan bahwa ayah siap dengan segala konsekuensinya, asalkan bunda tidak main hati." kembali Andi menunduk.
Rina diam, dipandangi suaminya yang masih tertunduk.
"Baiklah, bunda akan membantu ayah, ingat apapun yang terjadi ayah gak boleh marah, karena ini semua ide dari ayah." ujar Rina lugas
"Siap komandan, bun, kok ayah jadi pengen yah," ucap Andi lirih
"Bunda lagi gak mood, jangan maksa bunda, kalau gak bunda batalin persetujuan ini." tegas Rina
Pertama kali dalam 10 tahun istrinya berkata seperti itu, namun bukannya kesal, Andi hanya menganggukkan kepalanya, karena takut Rina berubah pikiran.
Dan malampun semakin panjang buat Andi.
***