Chereads / Baron, The Greatest Animagus (Indonesia) / Chapter 11 - 11. Serangan Putri Neyan

Chapter 11 - 11. Serangan Putri Neyan

"Apa aku tidak boleh memilih?" tanya Baron. Lalu ia menyesal telah menanyakan hal tersebut.

Neyan telah murka. Kulit tubuhnya telah berubah menjadi hijau. Ia mengepakkan sayapnya dengan sekali sabetan hingga Baron terkena serangan itu dan terlempar ke dinding.

Baron segera berubah menjadi kucing hutan agar saat ia mendarat ke lantai, punggungnya tidak cidera.

Meski begitu, lehernya terluka dan berdarah. Serangan sayap Neyan terasa perih dan dapat menyayat seperti pisau.

Baron kembali berubah menjadi manusia. Ia meringkuk kesakitan di lantai sambil memegangi lehernya yang mengucurkan darah cukup banyak. Neyan melihatnya dan terkejut. Sinar kehijauan telah menghilang dari tubuhnya.

Neyan pun mendarat di lantai dan melipat sayapnya. Lalu ia berjongkok di sebelah Baron dan memegangi bahunya.

"Baron, apa kamu baik-baik saja? Lehermu berdarah!" Neyan tampak seperti yang mau menangis.

Neyan menepuk tangan dua kali ke udara. Para pelayan tiba-tiba muncul dari balik tembok. Salah satu dari mereka menyerahkan sebuah kain bersih pada Neyan. Ia menekan leher Baron yang terluka dengan kain itu dan segera berubah menjadi merah.

Baron meringis kesakitan. "Sudah, hentikan."

Ia berdiri dari lantai. Para pelayan memegangi tangannya, takut jika Baron jatuh terhuyung.

"Tunggu sebentar, Baron. Biarkan aku menyembuhkan lukamu," pinta Neyan.

Neyan sedang berkonsentrasi untuk mengeluarkan serbuk ajaib dari tubuhnya, tapi Baron mencegahnya.

"Tidak usah! Aku baik-baik saja!" Baron melepaskan tangannya dari tangan para pelayan.

Baron berjalan cepat menuju ke tembok batu bata yang merupakan pintu keluar. Tembok itu terbelah dan memperlihatkan pemandangan di luar. Lalu Baron berjalan keluar dari sana.

Baron tidak menyangka jika Neyan akan menyerangnya. Lehernya sakit sekali hingga kepalanya jadi terasa pusing. Ia harus menemui Muv, ilmuwan istana. Animagus itu memiliki obat-obatan dan serbuk ajaib Mamesein untuk mengobati lukanya.

Baron terus berjalan sambil memegangi lehernya yang masih berdarah hingga mengenai pakaiannya. Lalu ia masuk ke sebuah ruangan bawah tanah. Baron menyeruak masuk ke ruangan dengan pintu sempit dan suram itu.

"Baron!" seru Muv sambil berjalan menghampiri Baron. "Apa yang terjadi padamu?" Wajahnya tampak terkejut saat melihat keadaan Baron yang berdarah-darah.

"Aku terkena serangan," kata Baron yang tidak menjelaskan kejadiannya dengan detail.

Sebenarnya, jika Baron tidak benar-benar membutuhkan pertolongan Muv, ia tidak akan mengunjungi tempat ini sama sekali. Ilmuwan itu tampak mengerikan. Separuh tubuhnya manusia dan separuhnya lagi berbentuk ular dengan tanduk yang mencuat di punggungnya.

Raja Valo menaruh belas kasihan padanya karena Muv adalah animagus yang cacat. Ia tidak bisa berubah menjadi manusia seutuhnya atau menjadi binatang seutuhnya. Muv terjebak dalam wujudnya yang separuh-separuh itu untuk selamanya.

Raja memutuskan untuk mempekerjakan Muv menjadi seorang ilmuwan. Terbukti selama ini Muv berhasil membuat ramuan ajaib untuk membuat para animagus istana menjadi lebih kuat. Ratu Inayba senang sekali dengan ramuan Muv yang dapat melebatkan rambut.

Keadaan seperti Muv memang jarang terjadi di Emporion Land. Namun, jika sampai ada animagus yang mengalami hal seperti Muv, maka orang itu pasti akan merasakan kesakitan yang luar biasa.

Berbeda dengan Muv, sepertinya ia sudah terbiasa dengan keadaannya. Meski begitu, wajahnya memang selalu mengernyit seperti yang merasakan kesakitan yang abadi. Baron tidak ingin membayangkan seperti apa rasanya menjadi seperti Muv.

Meskipun Muv terlihat mengerikan, tapi ia adalah animagus yang sangat baik. Baron memilih untuk tidak terlalu sering melihat wajahnya yang mengerikan. Jadi, ia mengedarkan pandangannya sambil melihat berbagai macam ramuan yang berada di ruangan itu.

Ada banyak toples-toples berisi zat-zat yang Baron tidak ketahui namanya. Ruangan Muv selalu suram dan berbau apek. Meski begitu, dari ruangan inilah tercipta banyak ramuan yang berguna untuk keperluan istana.

"Apa kamu mau menceritakannya padaku, Baron? Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Siapa yang menyerangmu?" tanya Muv. Namun, Baron tidak segera menjawabnya.

Muv menarik Baron untuk duduk di sebuah kursi lalu ia memeriksa leher Baron dengan sebuah kaca pembesar dan lampu terang yang menempel di dahinya.

"Tampaknya kamu cukup beruntung. Jika lukanya lebih dalam lagi, itu pasti akan mengenai urat nadimu." Muv mematikan lampu di dahinya dan menyimpannya di meja.

Baron menyentuh lehernya sambil meringis. Muv memukul tangannya dengan keras. "Jangan disentuh! Itu beracun."

"Benarkah?" Baron terperangah.

Muv mengambil sedikit darah Baron dan menaruhnya di atas kaca persegi kecil dan menaruhnya di mikroskop.

"Kamu pasti habis diserang oleh Putri Neyan," kata Muv sambil mengintip di balik mikroskop. "Ada sebuah kilatan hijau beracun di darahmu. Hal itu yang menyebabkan pendarahanmu tidak segera berhenti. Jenis senjata yang mematikan." Muv mengangkat telunjuknya sambil menatap Baron sekilas.

"Hmmm." Baron bergumam dan kemudian ia berdeham.

"Dugaanku benar, bukan?" Muv tersenyum dan wajahnya tampak semakin mengerikan.

"Uhm … sepertinya begitu."

Muv mengambil sebuah toples kaca dari rak. Toples itu berisi gel berwarna biru dan berbau harum seperti bunga-bungaan. Muv mengambil sendok kuningan dan mengoleskan gel biru itu ke leher Baron.

Seketika leher Baron terasa seperti disengat lebah. Rasanya begitu sakit berdenyut-denyut hingga mata Baron berair.

"Aaarrrgghh!" Baron menjerit kesakitan.

"Sabarlah sedikit. Sebentar lagi pendarahannya pasti berhenti," kata Muv.

Mata Baron jadi berkunang-kunang dan kepalanya terasa pusing.

"Ah, gel apa yang kamu oleskan ke leherku? Kepalaku jadi pusing." Baron memejamkan matanya dengan keras, kemudian ia mengerjap-ngerjap sambil menggelengkan kepalanya.

"Tenang saja. Rasa pusingnya akan hilang sebentar lagi," kata Muv santai.

Dan benar saja, perlahan rasa pusing kepala Baron menghilang. Pendarahannya pun berhenti. Baron membuka matanya dengan napas yang terengah-engah. Dahinya berkeringat sangat banyak.

Muv mengambil toples kaca lainnya dan mengeluarkan segenggam bubuk ajaib dari bunga Mamesein lalu meniupkannya pada leher Baron. Bubuk itu menyerap ke dalam leher Baron hingga ia merasa lebih baik. Muv mengulanginya beberapa kali hingga luka di lehernya menutup.

Baron menarik napas dalam-dalam, merasakan aroma bunga Mamesein yang harum seperti hutan yang baru saja diguyur hujan. Segera Baron merasa tubuhnya menjadi segar kembali. Meski begitu, lehernya masih terasa sakit jika disentuh.

"Efek racunnya akan hilang dalam beberapa jam. Setelah itu, kamu tidak akan merasakan sakit lagi," kata Muv menjelaskan pada Baron.

Baron mengangguk. "Terima kasih, Muv."

"Omong-omong, apa yang membuat Putri Neyan menyerangmu?"

Baron mendesah. Sebenarnya, ia tidak ingin menjelaskannya pada Muv, tapi akhirnya ia mengaku juga. "Aku menolak untuk menikah dengannya," kata Baron jujur.

Muv menautkan alisnya. "Kenapa kamu menolaknya? Bukankah kalian adalah pasangan yang sangat cocok?"

"Aku dan Neyan sudah seperti adik kakak," jawab Baron bosan. Ia sudah terlalu sering menjawab pertanyaan itu hingga membuatnya jadi muak. "Aku tidak mungkin menikah dengan adikku sendiri. Rasanya aneh sekali." Baron tidak berani menatap wajah Muv, jadi dia melihat bayangannya saja di tembok.

"Apa sang raja tahu kalau kamu telah menolak putrinya?" tanya Muv.