Rangga telah keluar dari rumahnya, dia melihat lima zombie yang berjalan di halaman rumahnya dan mengamatinya dengan hati-hati.
Ia ingin melakukan beberapa eksperimen.
Rangga mendekati zombie dengan hati-hati karena dia telah memperhatikan kalau zombie itu buta. Mereka tidak mengejarnya dalam jarak tertentu setelah mata zombie itu melihatnya.
Seperti dalam novel, zombie itu bodoh dan hanya mengikuti naluri liar mereka.
Rangga bergerak dengan lambat sambil menghitung jarak diantara dirinya dan zombie.
'9 meter.... 8 meter.... 7 meter.... 6 meter.... 5 meter....'
Ketika Rangga berada dalam jarak 5 meter, hidung zombie pun bergera-gerak dan dia mengarahkan pandangannya kepada Rangga.
"Oke! Dapat" Seru Rangga dan dengan cepat ia bergerak menuju ke tempat yang aman, tentu ketika dia melakukannya. Tatapan Rangga masih fokus kepada zombie tersebut.
Zombie mendekat ke tempat semula Rangga berada tadi dan menciumnya, lalu bergerak mengikuti bau Rangga tapi dia berhenti setelah lima langkah.
"Mmmm.... Jadi begitu? Ada kemungkinan kalau bauku hanya bisa tercium beberapa saat tapi apakah matanya benar-benar buta?"
Rangga masih belum memastikan kalau zombie itu benar-benar buta atau tidak karena tatapan mengerikan zombie itu terkunci kepadw Rangga dengan tatapan penuh dendam, jadi dia agak takut dengannya.
Zombie gendut itu sepertinya tampak agak akrab.
'Ini hanya sedikit eksperimen untuk bertahan hidup, maka aku tidak boleh takut' Rangga dengan serius memperhatikan zombie tersebut, setelah beberapa saat zombie kembali berjalan sendiri.
Dia melihat zombie tersebut sepertinya mengikuti jalur gerakan tertentu, jadi Rangga mulai melakukan beberapa eksperimen dengan memancingnya ketempat lain namun itu tidak membuahkan hasil.
"Oke, bagaimana dengan telinga zombie?" Gumam Rangga sambil menyeka keringatnya dan kembali masuk ke rumahnya setelah menghindari beberapa zombie.
Dia berjalan menuju lantai 2 rumahnya, disana Rangga menyalakan petasan dan melemparnya ke bawah.
Cttaaaars!
Petasan itu meledak dan Rangga mengamati telinga zombie tersebut dengan teropong.
Telinganya bergerak, para zombie yang ada di halaman rumahnya menuju ke sumber suara ledakan dan tidak hanya itu saja, zombie lain juga bergerak ke sumber suara ledakan dari petasan tersebut.
"Aku mengerti mereka juga akan bergerak ketika mendengar suara keras namun aku penasaran.... Apa yang akan mereka pilih ketika mendengar ledakan atau mencium bau manusia? Hehehe" Renung Rangga dengan ekspresi jahat. Dia saat ini terlihat seperti seseorang telah menemukan mainan baru tapi Rangga berhenti bereksperimen karena dia cukup lelah, selama 3 jam ini dia malalukan beberapa eksperimen.
Terlebih lagi dia cukup lapar.
Dia telah memeriksa kulkas dan lemari makanan, mereka telah kosong tanpa ada sedikitpun makanan yang tersisa dan hanya meninggalkannya beberapa debu disana.
"Mamaku pasti tidak akan meninggalkanku tapi aku yakin adik-adikku yang nakal itu mengambil semua makanan bahkan tidak memberi tahu aku peringatan apapun.... Mereka meninggalkanku begitu saja.... Sebagai abang mereka jika ketemu nanti aku pasti akan memberi mereka hukuman kecil" Gumam Rangga dan duduk selama beberapa menit untuk beristirahat sebelum melanjutkan eksperimennya.
Menenggak segelas air putih membuat tenggorokannya terasa segar.
"Untung mereka tidak membawa galon air ini hehehe" Dia merasa bersyukur karena galon air terlalu berat untuk dibawa kemana-mana jadi mungkin karena sepertinya adik-adiknya terburu-buru jadi mereka tidak sempat memindahkan semua isi galon air ini ke dalam botol.
Jadi Rangga pun memiliki kesempatan untuk mengisi tujuh botol besar untuk bekalnya dalam bertahan hidup.
Galon air tersebut masih tersisa setengah, Rangga tidak mengosongkan galon air karena dia hanya perlu membawa secukupnya.
Dia tidak ingin itu memperlambat gerakannya.
Meskipun dia tahu kalau hanya tujuh botol air itu saja tidak cukup untuk bertahan hidup namun ia sangat yakin untuk mendapatkan makanan dan kebutuhannya nanti diluar sana.
Setelah beristirahat dengan cukup, Rangga akan mulai untuk eksperimen terakhirnya.
Dia turun ke lantai bawah.
Dag-dig-dug jantungnya berdetak agak cepat menandakan kalau dia sedang sangat gugup.
Ini pertama kalinya dia berusaha keras dan bekerja terlalu berat untuk melakukan sesuatu semenjak 4 tahun yang lalu.
Rangga tahu kalau ini adalah akhir kehidupan NEET nya dan awal baru dari petualangan untuk bertahan hidup.
"Aku juga manusia, pasti wajar kalau aku gugup dan bagaimana caraku berintraksi dengan orang lain? Aku telah lama tidak berbicara dengan orang lain!" Gumam Rangga, dia perlahan menatap pintu rumahnya.
Menggenggam gagang pintu rumahnya Rangga perlahan membuka pintunya.
Dia telah bersiap melakukan eksperimen terakhir dan siap melalukan perjalanan untuk bertahan hidup sampai akhir.
Setelah keluar rumah, dia menghirup udara, jujur itu agak berbau busuk karena para zombie hanya berjarak 7 meter dari dapan pintu rumahnya.
Mereka para zombie masih disana bergerak disekeliling tempat petasan tadi meledak.
'Jangan takut! Zombie itu bodoh!" Rangga menenangkan dirinya sambil berjalan menuju zombie.
Setelah dalam jarak 6 meter, Rangga menghidupkan petasannya dan terus berjalan ke area penciuman zombie.
Area jangkauan zombie, 5 meter.
Ketika Rangga berada dalam jarak lima meter, semua kepala zombie menoleh kepadanya dan tatapan mata mereka terlihat sangat mengerikan.
Dag-dig-dug, jantung Rangga berdebar sangat kencang.
Zombie-zombie itu berjalan ke tempat Rangga dan pada saat yang sama Rangga melempar jauh petasan tersebut.
Ketika para zombie telah mendekat satu meter lebih dekat dengan Rangga, petasan tersebut pun meledak.
Huh?!!
Apa yang terjadi?
Mereka tidak bereaksi sedikitpun setelah mendengar suara petasan dan malahan mereka mempercepat langkah menuju ke Rangga.
Wajah mereka agak memerah dan uap putih keluar dari atas kepala mereka.
Dag-dig-dug! Jantung Rangga berdebar-debar semakin cepat, dia sangat ingin menangis dan menyesal ternyata zombie itu sangat licik daripada yang dia bayangkan.
Jadi mereka telah menipunya selama ini dan berpura-pura bodoh?
"Siapa bilang zombie itu bodoh?!!"
Tidak bukan itu masalahnya.
Dia berusaha sekuat tenaga untuk menghindari terkaman zombie yang melompat kepadanya.
Rangga terkejut melihat zombie tersebut bisa berlari sambil tersenyum.
Senyumannya itu mengandung ekspresi jahat ditambah wajah zombienya menjadikan dirinya sangat menyeramkan.
Zombie dengan uap putih diatas kepalanya itu terlalu mengerikan.
Mereka bisa berlari.
'Itu mengerikan!' Pikir Rangga dalam hatinya, dadanya naik turun dan nafasnya terengah-engah karena terus berlari. Dia menyesal bereksperimen terhadap sesuatu yang tidak dia ketahui dan setelah ini Rangga tidak akan pernah mau bereksperimen apapun lagi.
Bahkan jika itu eksperimen untuk bertahan hidup, dia tidak ingin bermain terlalu banyak dengan para zombie.
Karena itu terlalu bahaya.
Dalam perkiraan Rangga, bencana zombie telah terjadi dalam waktu sekitar 7 atau 8 hari karena mereka berhenti mengirim makanan 8 hari yang lalu.
Rangga tiba-tiba mengingat sesuatu.
Ada kemungkinan zombie bisa berevolusi jadi sepertinya tanpa sengaja Rangga membuat mereka mempercepat evolusinya.
Mereka tidak sepenuhnya bodoh, bahkan lebih cerdas dari apa yang dibayangkan.
Uap putih dan wajah agak memerah tersebut mungkin proses evolusi mereka tapi Rangga tidak bisa berani menyimpulkannya.
Karena dia takut salah dan tidak ingin bereksperimen lagi.
'Ini menyebalkan! Aku lebih suka berhadapan dengan zombie yang lambat daripada zombie yang mengejar seperti dalam game tapi sepertinya mereka berlari tidak secepat yang aku bayangkan' Pikir Rangga sambil mengamati jaraknya dengan zombie, dia ingin melakukan beberapa eksperimen lagi namun membatalkan niatnya.
Karena dia benar-benar sangat takut membuat zombie tersebut berevolusi lebih jauh.
"Jika bisa aku harus membunuh zombie-zombie ini karena mereka terlalu berbahaya" Kata Rangga dan berhenti dipersimpangan jalan. Dia berbalik dan mengeluarkan katana dari sarungnya, sebagai orang yang telah lama memainkan game MMORPG dan simulasi kencan.
Rangga sangat suka ketika mereka memiliki tema tentang Samurai.
Jadi dia pun memesan katana untuk dirinya sendiri. Ia juga terkadang berlatih mengayunkan katana tersebut dan karena itulah dia memiliki beberapa stamina bahkan ketika Rangga seorang NEET selama 4 tahun.
Tapi itu tidak cukup untuk menjadi seorang ahli.
"Oke, majulah!!" Teriak Rangga dan bergerak maju namun dia berhenti ketika melihat zombie yang mengejarnya ada lima.
Kakinya langsung gemetar, mustahil dia bisa mengalahkannya sekaligus.
Dia tidak bisa melawan lima zombie yang memiliki kecerdasan.
Jadi Rangga memilih untuk berlari sambil mencari kendaraan yang bisa dia gunakan.
'Jika aku tahu begini, aku pasti akan kembali ke rumah dan mengambil sepeda motor atau mobil disana' Pikir Rangga dalam hatinya, dia merasa agak menyesal.
Dia terus berlari sampai menemukan rumah acak dan masuk ke dalamnya.
Melihat kunci engsel disana dan tanpa ragu, dia langsung menguncinya.
Dia merasa kejadian hari ini seperti mimpi dan sangat mendebarkan.
'Ini terlalu melelahkan' Pikir Rangga yang telah bersembunyi dirumah orang lain tanpa izin. Dia duduk sofa sambil minum air putih yang dia bawa, Rangga mengamati sekitar dan sepertinya tidak ada zombie dirumah itu jadi dia merasa agak aman.
Nanti dia berencana untuk memeriksa makanan.
"Oke, zombie tidaklah bodoh! Sepertinya mereka mudah belajar dan mata mereka jelas tidak buta" Kata Rangga dengan nada tegas. Dia benci mengatakannya sepertinya zombie-zombie ini lebih cerdas dari pada yang dia kira.
Tapi Rangga sepertinya masih meremehkan zombie-zombie tersebut.
Creaaak!! Suara kaca pecah bergema diruangan ini dan Rangga langsung terkejut ketika mendengarnya, dia menoleh kesamping.
Disana beberapa zombie dengan uap dikepalanya sedang bergantung dijendela dan berusaha untuk masuk.
Posisi mereka agak terjepit.
'Inilah kesempatanku' Pikir Rangga dalam hatinya dan mencengkram erat katananya dan menusuk masuk ke bagian atas kepala zombie.
Srooot!!
"Gggraaaahh" Darah keluar seperti air mancur dan membasuh sebagian badan bagian atas Rangga, dia tidak hanya menancapkan kanatanya tapi memutarnya lalu memotong leher zombie tersebut.
"Satu!"
Setelah satu tumbang Rangga mulai ke zombie yang lainnya.
"Gggraaaahh" Dia berhasil menusuk wajah zombie hingga tembus dan memutar katananya.
"Dua!!"
Ketika Rangga ingin memotong zombie yang lain, zombie tersebut berhasil menghindar dan menjauh dari jendela.
'Zombie dengan uap ini terlalu cerdas.... Aku benar-benar tidak bisa membiarkan mereka sendirian.... mereka terlalu berbahaya jika dibiarkan terus belajar' Pikir Rangga sambil menatap zombie-zombie tersebut. Jika diperhatikannya sekali lagi, sepertinya dia sangat mengenal zombie tersebut dan mereka dulunya adalah orang yang sangat membenci Rangga.
6 tahun yang lalu, Rangga suka menggertak dan menindas orang lain tanpa alasan.
Kelima zombie yang berevolusi sepertinya berasal dari kelima orang yang sangat membencinya.
Jadi sepertinya mereka berkembang bukan karena mereka terlalu cerdas melainkan mereka punya dendam kepadanya atau juga mungkin mereka bisa berkembang melalui perasaan terdalam dari zombie tersebut.
'Mata mereka penuh dengan kemarahan' Pikir Rangga sambil mengamati zombie tersebut.
Kemudian terlintas beberapa ide dalam benaknya.
Senyum melengkung muncul dibibir Rangga.
"Hey! Kau ayam kampung! Bau kau busuk kayak ayam yang sudah mati sudah selama lima hari!!! Dasar ayam kampung!! Bodoh! Bodoh! Dasar ayam bodoh!!" Kata Rangga dengan nada mengejek, ia memprovokasi zombie yang kurus tersebut.
Kepalanya semakin banyak uap dan dia sepertinya sangat marah. Tiba-tiba zombie itu berlari menjauh dan berhenti setelah mengambil beberapa jarak, lalu dia berlari menuju jendela dengan kecepatan yang sangat cepat.
Rangga yang telah menunggu disana menyeringai dengan ekspresi jahat dan tepat ketika zombie itu melompat masuk ke jedela, Rangga yang telah siap langsung menusuknya dengan katana kedepan dan membelah zombie tersebut menjadi dua bagian.
Sreeeetsh!!
"Tiga!" Kata Rangga dengan nada dingin, dia telah berhasil membunuh tiga zombie yang keluar uap dari kepalanya.
Dia mulai agak terbiasa menggunakan katana, seperti kata pepatah mengalami secara langsung adalah hal yang terbaik untuk belajar.
Lalu dia menoleh dua zombie yang terlihat waspada.
Kedua zombie tersebut telah masuk melalui jendela lain.
Sungguh licik memanfaatkan temannya untuk mengalihkan perhatiannya.
"Sepertinya kalian benar-benar zombie yang sangat cerdas.... Ini agak menyulitkan" Kata Rangga dengan ekspresi yang agak bermasalah.
Jujur dia merasa lega setelah melihat kedua zombie yang hanya waspada ini tidak berlari pergi dan sepertinya mereka berniat untuk bertarung sampai mati.
Kalau hanya dua zombie yang melawannya Rangga memiliki beberapa kepercayaan diri.
Mungkin dia merasa sombong setelah mengalahkan beberapa zombie.
"Apakah kalian berdua siap? Siapa ya nama kalian berdua? Maaf aku lupa! Ahaha semut yang mudah digertak seperti kalian berdua tidak pantas untuk diingat oleh orang sepertiku! Benar bukan? Semut kecil" Tawa Rangga sambil mengamati ekspresi keduanya.
Kedua zombie tersebut terlihat sangat marah namun mereka sepertinya tidak terpancing.
'Dia bisa menahan emosi?' Rangga melihat mereka agak gemetar tapi tidak bergerak dengan ceroboh.
'Sialan keduanya memang terlalu berbahaya, kecerdasannya bukan hal biasa' Pikir Rangga berlari ke depan dengan katananya.
Aku harus memancing mereka agar menjadi marah.
Ada dua zombie, yang satu adalah zombie yang gendut dan sedangkan yang lain adalah zombie yang sangat jelek.
Zombie yang gendut dengan cepat bergerak ke kanan dan zombie yang kurus agak sedikit lebih lambat dia bergerak menuju bagian kiri, Rangga yang melihatnya merasa adegan ini terasa agak akrab.
'Hey, ini adalah kombinasi yang aku suruh mereka lakukan ketika aku menindas keduanya' Rangga hanya tersenyum dan bergerak mundur namun sepertinya dia telah diprediksi oleh zombie gendut.
Zombie gendut menambah kecepatannya dan meloncat kepada Rangga sambil melancarkan tendangan diperut.
'Celaka!!' Rangga tidak menyangka kalau dirinya akan ditendang oleh orang yang dia gertak dan tindas dulu dengan tendangan yang biasanya dia lakukan kepada mereka.
Baaam!!
Rangga terlempar ke dinding dan menabrak dinding batu tersebut.