"Hey, apakah kalian penculik?" Kata Rangga kepada Elena yang menghampirinya.
Elena hampir terjatuh ketika mendengar perkataannya.
Penculik?
Siapa yang kau sebut penculi?
Apakah aku terlihat seperti penculik dalam situasi dunia yang kacau saat ini?
Elena tidak bisa berkata apa-apa.
"Kami menyelamatkan kalian, kamu ingat bukan sama aku?" Tanya Fauzan sambil menunjuk kepada Doni.
Mendengar pertanyaan Fauzan membuat Doni mengingat kejadian sebelum dia pingsan dan tidak merasa tidak enak.
Kenapa aku harus mengendong Rangga sampai satu jam lebih? Jika aku biarkan saja dia maka aku pasti tidak akan kesulitan.
Tapi Doni tidak malukannya, dia malah menyelamatkan Rangga.
Menghelakan nafasnya Doni menjawab pertanyaan Fauzan.
"Iya, aku ingat! Kau menyelamatkan kami teman, terima kasih banyak!" Kata Doni dengan ekspresi tulus.
Dia juga ingat alasan mengapa dia menggendong Rangga daripada meninggalkannya.
Rangga sangat kuat dan dia membutuhkan bantuannya untuk menyelamatkan Indri putrinya.
Doni menoleh ke Elena dan berkata.
"Aku minta maaf atas kekasaran adik laki-lakiku, dia agak idot jadi abaikan saja dia"
Elena mengangguk atas perkataan Doni dan menatap Rangga dengan ekspresi kasihan.
Kasihan dia, ganteng-ganteng idiot.
Rangga memutarkan matanya menatap Doni dengan ekspresi banyak keluhan.
Siapa yang kau sebut idiot? Hey! Aku juga bukan adik laki-lakimu.
Dan untuk kau wanita, jangan membuat wajah seolah kau bersimpati seperti itu dan kalian mengapa menatapku seperti itu?
Rangga cemberut namun dia merasa kalau disangka idiot juga menarik.
Mereka pasti akan meremehkannya.
Jadi lebih baik terus mengikuti alur dan ketika saatnya tiba maka akan ada kejutan menarik mengetahui diriku ternyata bukan idiot.
Rangga menjadi tidak sabar untuk menantikan hari itu tiba.
Menunggu adalah sesuatu yang sulit bagi Rangga.
Jadi dia akan belajar untuk menunggu saat ini.
Subang yang mendengar kalau ada orang idiot menjadi sangat tidak senang.
Orang normal saja sudah menjadi beban apalagi orang idiot.
Mereka akan menjadi sangat menyebalkan, hanya beban belaka.
Itulah pikiran Subang.
Dia benar-benar tidak senang.
"Paman, paman, paman? Apakah paman benar-benar idiot? Sebenarnya idiot itu apa sih paman? Tolong beri Lestari pencerahan" Tanya Lestari kepada Rangga dengan tatapan polos.
Mendengar pertanyaan Lestari membuat Rangga merasa tidak enak dihatinya.
Aku bukan idiot... Idiot itu adalah....
Rangga ingin menjalaskan tapi dia dipotong oleh tawa tua.
"Hahahaha!!" Nasir tertawa dan menatap Rangga dengan serius.
"Tidak perlu terlalu serius, aku tahu temanmu bercanda dan kamu bukan idiot kan?"
Nasir jelas bukan orang bodoh meskipun tampilan Rangga seperti orang idiot karena rambutnya dipotong dengan asal-asalan tapi dia merasa kalau Rangga bukan orang seperti itu.
Jika Rangga melihat cermin maka dia akan menangis dan menyetel kembali rambutnya.
Karena ini terlalu memalukan.
Tapi sayangnya Rangga tidak mengetahuinya.
Rangga terdiam mendengar perkataan Nasir dan ia pun tertawa seperti orang idiot.
"Ehehe! Tentu! Siapa sih yang idiot? Kamu aja yang idiot!! Aku bukan idiot.... Adik kecil percayalah padaku karena aku adalah pahlawan pembela kebajikan!!" Kata Rangga dengan nada yang lucu, suaranya kadang kecil dan kadang besar.
Kepala Rangga agak diteleng-legengkannya dengan beberapa jeda.
Dia tersenyum mesum kepada Lestari.
Nasir merasa aneh ketika melihat Rangga seperti ini.
Dia tidak percaya apa yang ia lihat saat ini.
Apakah matanya sudah rambun? Dia tidak bisa menentukan sifat seseorang lagi.
Doni membuka matanya lebar-lebar dan merasa kagum dengan akting Rangga.
Orang-orang disekitar juga menggelengkan kepalanya.
Ternyata selain idiot, dia juga agak keterbelakangan mental dan mesum.
Lestari gemetar ketakutan dan bersembunyi ke belakang Linda.
"Kakak, apakah paman itu pedofil" Tanya Lestari kepada kakak perempuannya Linda.
"Tenang saja! Kakak akan melindungi Lestari!" Kata Linda dengan ekspresi tegas, dia mencengkram erat skopnya dan bersiap untuk bertarung kapan saja.
Rangga merasa permusuhan dari Linda dan merasa tidak berdaya.
Apakah aktingku begitu bagus? Aku hanya merendahkan nadaku dan mentelengkan kepalaku sedikit.
Dan mereka percaya kalau aku idiot?
Tapi kenapa gadis kecil ini mengatakan kalau aku pedofil?
Aku mencoba memikirkannya dan akhirnya tersadar.
Gawat! Sepertinya wajah mesumku terlihat dengan jelas.
Sial! Itu semua gara-gara aku membayangkan berbuat hal-hal dewasa kepada wanita yang ada didepanku ini.
Rangga merasa agak menyesal karena saat mengatakan hal itu dia sedang berfantasi pada tubuh Elena.
Ini menyebalkan.
Semuanya karena Elena sangat mirip dengan karakter game Eroge +18 miliknya.
Dia membayangkan Elena dan dia terjebak di suatu ruangan hanya mereka berdua.
Setelah itu kejadian seperti dalam game pun dimulai.
'Aku tidak boleh seperti itu! Aku tidak boleh membayangkan orang lain seperti itu dan tidak mungkin kejadian seperti itu menjadi nyata!'
'Tenangkan dirimu Rangga'
'Lagian kau telah bertingkah seperti orang idiot jadi kemungkinan hal itu terjadi sangat kecil'
'Tidak ada yang suka orang idiot bukan?'
Jika Elena mengetahui pikiran Rangga maka dia pasti akan terkejut.
Bangsat!! Ternyata ada orang sesat sepertinya hidup di dunia ini?!!
Bajingan sesat yang hanya berpikir melalui burungnya dan Elena langsung memarahinya.
Sayangnya, Elena tidak mengetahui pikiran Rangga.
Jadi Rangga masih aman.
Mungkin benang takdir akan menyatukan mereka berdua dimasa depan.
"Jangan takut.... aku bukan.... pedofil...." Kata Rangga dengan nada berat tapi dia tersenyum.
Dia tersenyum ringan ke Lestari.
Linda tanpa ampun langsung menyerang Rangga dengan skop miliknya. Rangga tidak menghindar karena dia tahu serangan Linda tidak akan mengenainya.
"Jika kau terus tersenyum kepada adikku lagi maka skop ini akan masuk kedalam mulutmu!!" Ancam Linda dengan wajah menyeramkan, nadanya sangat dingin.
Rangga angkat tangan dan melirik-lirik dada besar Elena.
Itu sangat indah.
Doni memutar matanya, ia tidak bisa berkata apa-apa.
Apakah kau benar-benar berakting? Kenapa aku merasa seperti itu adalah sifat aslimu?
Tunggu bukankah itu yang harus dilakukan NEET sesungguhnya? Dia mengatakan kalau dirinya NEET kan?
Inilah sifat asli dirinya sendiri bukan? Sangat berbeda dari kemarin.
Tidak, tidak, tidak!
Itu pasti akting, orang ini benar-benar berbahaya!
Aktingnya 11 12 sama dengan wanita cabe-cabean itu.
Sementara Doni terlalu banyak berpikir, Jaka mendekat kepada Rangga dan mengulurkan tangannya untuk salaman.
"Namaku Jaka! Ayo kita berteman!!"
Rangga merasa aneh, dia menjabat tangan Jaka dan keduanya bersalaman.
Ini pertama kalinya dia bertemu orang-orang setelah 4 tahun, pertemuan dia dan Doni tidak dihitung karena dia dalam keadaan yang tidak stabil.
Rangga hanya seorang NEET, kalau dia sendirian maka dia bisa berpikir jernih dan berbicara lancar namun ketika bertemu banyak orang dia akan gugup dan sulit untuk berbicara.
Tapi semenjak Rangga selamat dari infeksi ringan virus zombie ada banyak perubahan dalam tubuhnya.
Setaminanya menjadi 4 kali lipat, kekuatan menjadi 2 kali lebih kuat dan resistensi terhadap virus menjadi lebih kuat.
Sekali atau dua kali kena gigit tidak akan mengubahnya menjadi zombie tapi bukan berarti harus dibiarkan begitu saja setelah digigit.
Tapi Rangga tidak tahu akan hal itu dia hanya tahu kalau dirinya bertambah lebih kuat.
"Oke, aku hanya ingin memberi tahu kalau kita akan mencari peluang untuk meninggalkan tempat ini" Kata Jaka dengan ekspresi serius menatap ke Doni.
"Benar, meskipun kami memiliki senjata api tapi zombie terlalu banyak dan makanan semakin menipis.... Mungkin kita harus pergi ke pedesaan atau tempat yang ada sumber daya makanan" Ucap Fauzan dengan ekspresi serius.
Mereka telah bersembunyi ditempat ini selama 3 hari dan ingin berpindah tempat tapi zombie sehari yang lalu muncul bergerombolan.
Fauzan sangat frustrasi karena gerombolan zombie itu entah bagaimana datang mengepung mereka karena suatu alasan.
Jelas Fauzan curiga ada seseorang yang membimbing zombie-zombie itu ke tempat mereka.
Tapi dia tidak bisa memikirkan siapa yang membimbing zombie-zombie tersebut.
Apakah itu buatan manusia atau zombie yang bermutasi.
Dia hanya bisa menebaknya.
Mendengar itu Rangga tahu akan sulit bagi orang-orang ini untuk kabur bahkan dengan senjata api.
Rangga juga tidak ingin terjebak di tempat seperti ini.
Doni ingin mencari putrinya jadi Rangga tahu dia tidak bisa pergi dengan orang-orang ini ke pedesaan.
"Aku tidak bisa pergi mengikuti kalian karena ada seseorang yang ingin aku temukan terlebih dahulu...." Kata Doni dengan ekspresi tegas. Apapun yang mereka katakan tidak akan membuatnya goyah untuk mencari Indri putri satu-satunya.
Dia masih akan mencari putrinya bahkan ke neraka sekalipun.
Sedangkan pengepungan zombie? Bukan berarti dia tidak pernah lolos dari sana, meskipun mengerikan tapi dia akan melakukannya untuk bertahan hidup dan berjumpa kembali dengan putrinya.
"Aku mengerti kita akan berpisah setelah berhasil lolos dari pengepungan zombie ini kan?"
"Iya, kita akan berpisah setelah ini tapi kami butuh istirahat terlebih dahulu"
Jawab Doni atas pertanyaan Fauzan, dia ingin beristirahat terlebih dahulu.
Terlebih lagi dia merasa Rangga sedang mencoba bermain idiot.
Semoga saja dia tidak menjadi idiot benaran.
"Tentu saja kita tidak perlu terburu-buru, para zombie tidak mendesak kita kecuali mereka menyerbu.... Itu akan sulit" Nasir berkata dengan ekspresi santai.
"Tapi di pintu belakang ada sekelompok zombie yang bisa berlari...." Kata Candra untuk mengingatkan Fauzan, dia merasa Fauzan telah melupakannya.
"Ah! Kau benar..... Ada zombie yang bisa berlari, sungguh itu mengerikan!" Fauzan menengaskan perkataan Candra sambil mengangguk.
"Apakah kau bodoh?!!" Seru Nasir dan Fahmi pada saat yang bersamaan.
Semua orang disana juga terkejut ketika mendengarnya.
"Kenapa kau tidak mengatakannya lebih awal?!!" Jaka merasa marah karena Fauzan mengabaikan hal sepenting itu.
"Kau juga Candra kenapa kau baru mengatakannya sekarang?!!"
"Apakah kau menyalahkanku? Jaka jangan jadi orang munafik! Aku tidak bersalah dan bukankah aku sudah mengatakannya sekarang??!"
"Untuk hal sepenting itu kau terlalu lama mengatakannya!!"
"Jadi apa maumu? Ini kesalahanku? Aku lupa karena panik tahu!!"
"Apa yang kau panikkan sih?"
"Bisakah kau diam sebentar? Mulut baumu itu bangsat!!"
Ketika Candra dan Jaka beradu mulut, Sadit berlari mendekati mereka dengan terengah-engah.
"Haa... Haa... Haa..."
"Ada apa Sadit?!! Anak kucing lagi melahirkan?"
"Kepala kau Sami!!!"
Anak kecil bernama Sadit sangat kesal dengan pria berjanggut hitam Fahmi.
"Ada apa Adit?" Tanya Elena dengan santai sambil memencet hidung Sadit.
"Jangan kau pegang-pegang aku!! Tangan kau bau!!" Teriak Sadit dengan ekspresi tidak senang.
Anak kecil yang satu ini tidak menyukai orang lain menyentuh tubuhnya.
Wajah imut Elena menjadi canggung dia diam-diam mengarahkan tangannya ke hidungnya untuk mencium bau tangannya.
'Tanganku tidak bau... Tapi anak kecil tidak berbohong? Mungkin mulut sama hidungnya yang dekat makanya bau?
'Iya itu benar!'
'Tidak mungkin tanganku bau!!'
Elena terlalu banyak berpikir sedangkan Subang tidak peduli, dia sekarang lapar dan berharap mendapatkan cemilan setelah makan siang.
"Ada apa anakku? Kemari certikan kepada ibunda" Kata Kairina dengan ekspresi khawatir.
Dia tidak pernah melihat anaknya seperti ini sebelumnya setidaknya sebelum bencana zombie.
Menurut Kairina setelah anaknya mengatakan itu sesuatu yang buruk akan terjadi dan semua itu tepat dimulai setelah hari bencana zombie ini dimulai.
"Ibunda! Ada zombie dipintu belakang, dia narik kaki Fauzi....." Ketika Sadit mengatakan hal itu Fauzan langsung berlari menuju ke pintu belakang.
"Fauzi!!!" Teriakan Fauzan mengandung kemarahan dan kekhawatiran.
Nasir, Fiana, Linda mengejar Fauzan.
Meskipun Fiana tidak bisa bertarung, dia menyukai Fauzan.
Jadi anak Fauzan yaitu Fauzi sudah dianggapnya sebagai anak sendiri.
Rangga memejamkan matanya, dia merasakan suara-suara disekitar.
'Suara tangisan bocah.... Sepertinya Fauzi adalah anak kecil dan dia masih hidup tapi apakah dia sudah digigit atau tidak masih belum diketahui'
'Apakah aku harus ikut untuk melihatnya?'
'Seharusnya tidak'
Rangga yang lain sepertinya sedang bersiap-siap untuk perang kecuali anak-anak dan orang yang tidak bisa bertarung, mereka semua memegang senjata api.
Doni menatap orang-orang ini dengan ekspresi takjub, dia tidak tahu darimana mereka mendapatkan senjata api tersebut, tapi sepertinya mereka punya cerita sendiri.
Subang menjadi sangat ketakutan ketika mendengar zombie menarik kaki Fauzi.
Bagaimana jika zombie menerobos jerjak besi dan menyerbu ketempat ini?
Apakah aku akan mati?
Aku tidak ingin mati!!
Apa yang harus aku lakukan?
Berpikir Subang!!!
Kau harus melakukan sesuatu!
Ketika Subang berpikir keras, sebuah ide muncul ke dalam kepalanya.
Dia bisa kabur melalui atap dan melompat dari gedung ke gedung.
Meskipun Subang takut ketinggian, demi bertahan hidup dia harus melakukannya! Semuanya hanya untuk bertahan hidup.
Pria berjanggut hitam Fahmi melihat Subang berlari ke koridor.
Dia tahu Subang adalah ibu-ibu pengecut jadi dia mengikutinya.
Mungkin Subang punya ide untuk kabur.
Fahmi jelas memahami situasi mereka saat ini meskipun belum pasti, tapi dia tidak boleh meremehkan zombie yang bisa berlari.
Bagaimana jika dia memiliki kecerdasan tertentu dan berhasil masuk ke dalam gedung? Maka mereka semua akan di kutuk.
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Rangga kepada Doni.
"Ayo kita lihat ke sana" Jawab Doni atas pertanyaan Rangga.
Tapi Rangga menggelengkan kepalanya.
Karena dia mendengar suara tembakan dan tangisan yang menyedihkan.
Dia yakin yang menangis itu adalah Fauzan, mungkin anak bernama Fauzi itu sudah tidak bisa diselamatkan lagi.
Lagi pula Rangga tidak memiliki kesan yang baik kepada orang-orang ini karena mereka tidak memperkenalkan dirinya.
Rangga juga tahu kalau dia juga tidak sopan karena tidak memperkenalkan dirinya.
Bukannya dia tidak ingin hanya saja dia tidak memiliki peluang.
Berbeda dengan dia sama Doni pada awalnya, itu karena Rangga selalu bercanda kepadanya saat itu dan lupa berkenalan lebih awal.
Tapi ada kemungkinan juga mereka akan berkenalan nanti.
Meskipun dia tidak memiliki kesan yang baik terhadap mereka bertemu orang-orang ini cukup menarik juga baginya.
"Itu sudah terlambat, ayo kita bersiap untuk bertarung" Kata Rangga kepada Doni dengan ekspresi serius.
Cepat atau lambat zombie-zombie yang bisa berlari itu akan masuk pikir Rangga.