Rangga yang sedang mengintip siaran langsung diantara Fauzan dan Fiana tiba-tiba mengerutkan keningnya.
Bagaimana mereka bisa masuk? Para zombie tersebut.
Meskipun pendengaran Rangga sangat baik tapi dia memiliki batas tertentu.
Jadi dia tidak mengerti dari mana zombie tersebut masuk.
Dia menatap Doni dan gadis kecil Lestari yang sedang fokus mengintip dari celah ruangan.
Sebenarnya Rangga tidak ingin mengganggu mereka tapi dia tidak punya pilihan lain.
Mereka harus tahu kalau zombie sedang datang kemari.
Jadi rangga keluar dari ruangan tersebut.
Baam!!
Rangga menendang pintu ruangan Fauzan dan berteriak.
"Ada zombie!! Ayo lari!!"
Doni dan Lestari terkejut, lalu mereka menoleh ke Rangga seolah dia adalah iblis.
Fauzan dan Fiana yang sedang melakukan aktivitas terlarang pun terkejut mendengar perkataan Rangga.
Mereka baru saja memulai ke tahap itu setelah pemanasan.
Tapi Rangga sangat mengganggu namun Fiana mendorong Fauzan.
"Ada zombie...." Ucap Fiana dengan ekspresi malu.
Fauzan mengangguk.
Dia sangat marah kepada zombie yang telah membuat anaknya terinfeksi dan mengganggu momen bahagianya.
Kemaran Fauzan memuncak.
Dia memakai celannya dan mengambil senjata apinya.
Fiana memakai dressnya dan celana dalam, dia ingin memakai bra tapi itu akan terlalu lama.
Dia berlari menyusul Fauzan dari belakang.
Fauzan membuka pintu ruangan dan melihat Rangga berdiri di depan pintu, Fauzan melirik Doni dan Lestari keluar dari ruangan sebelah dengan wajah memerah.
'Jadi kau seorang lolicon? Apa yang Linda pikirkan kalau adiknya sedang melakukan hal itu dengan om-om berotot?' Pikir Fauzan dalam hatinya.
Dia menggelengkan kepalanya dan bertanya kepada Rangga.
"Datang dari mana zombie itu?"
"Aku tidak tahu tapi aku mendengar teriakan mereka dari sana"
Rangga menjawab Fauzan dengan nada suara kecil yang hampir tidak terdengar.
Fauzan mengangguk dan melihat tempat yang Rangga tunjuk.
Tangga! Mereka datang dari tangga dari lantai atas ke lantai 1.
"Gawat! Kita harus melakukan sesuatu.... Zombie-zombie tersebut, aku yakin mereka datang dari tangga!!" Kata Fauzan, lalu dia menarik lengan Fiana dan berlari menuju ke tempat Fauzi meninggal.
'Jika mereka naik dari atas maka tempat itu pasti sedang kosong...."
"Ini adalah kesempatan untuk kabur.... balas dendam tidak ada gunanya jika aku hanya membahayakan orang yang berharga bagiku'
'Aku tidak ingin kehilangan siapapun lagi'
'Tapi aku ingat wajah zombie yang menggigit Fauzi.... Aku akan membunuh dia secara pribadi...'
Fauzan melihat wajah Fiana, hatinya bergetar, dia ingin membunuh zombie tersebut namun Fauzan tidak ingin membahayakan Fiana.
Apapun yang terjadi dia tidak akan ceroboh.
Fauzan membulatkan tekadnya.
Rangga melihat Fiana dan Fauzan berlari, tapi dia tidak terlalu peduli.
Apa yang pedulikannya bagaimana zombie itu bisa masuk dan cara mereka kabur. Dia juga ingin bertingkah keren dan mengatakan kalau dia bukan seorang idiot.
"Oi, Rangga kedua pasangan sejoli itu sepertinya kabur dari pintu belakang.... Ayo kita kabur juga!!" Kata Doni dengan ekspresi serius.
Lestari yang mendengar itu langsung marah.
"Tunggu! Om, om, om, om, ayo bawa aku dan kakakku juga dong! Om, jangan pentingin diri sendiri!! Dasar om egois!!"
"Apa-apaan sikap kau itu gadis kecil? Jika kau ingin meminta tolong maka lakukan dengan nada yang benar dong!!"
"Habisnya muka om ngeselin, Oh! Aku lupa paman idiot! Paman idiot, paman idiot, paman idiot, idiot, idiot, idot kamu harus menyelamatkan kakakku!!"
Doni dan Rangga merasa kesal atas kata-kata yang diucapkan Lestari.
Sedangkan Doni merasa kalau Lestari lebih mengesalkan daripada Rangga.
'Dia lebih mengesalkan daripada Rangga'
'Jika gadis kecil ini bergabung dengan kami maka hari-hariku terasa seperti dineraka!!'
'Apapun yang terjadi gadis kecil ini tidak boleh ikut dengan kami!!'
Ketika Doni berpikir seperti itu, Rangga hanya menahan amarahnya.
Dia merasa gadis kecil ini terlihat menyebalkan sekaligus lucu.
"Oke, ayo kita lihat situasinya terlebih dahulu...." Kata Rangga dengan ekspresi serius.
Lantai 1, dekat tangga.
Nasir menembaki zombie-zombie yang turun mendekat tapi itu terlalu banyak untuk Nasir hadapi sendiri.
Jadi dia mundur ke tempat lain sambil berlari dari zombie yang mengejarnya.
Dor!! Dor!! Dor!!
Nasir menembak beberapa yang mengikutinya.
Untung hanya beberapa yang mengejarnya jika tidak maka tamatlah riwayatnya.
Zombie-zombie yang lainnya menyebar ke seluruh ruangan lantai 1 untuk berburu mangsa.
Koridor lantai 1.
Disana terdapat 7 zombie menatap Rangga, Doni dan Lestari dengan tatapan seperti hewan buas yang mengincar mangsanya.
"Paman idiot! Paman idiot! Idiot! Idiot! Idiot! Lestari takut!!"
"Om, om, om, om, Cepat kalahkan zombie-zombie itu dong!!"
Lestari takut sambil memegang Rangga dan menunjuk kearah zombie untuk memerintahkan Doni mengalahkan mereka.
Doni memutar matanya ke Lestari, dia tidak menyangka gadis kecil ini menyuruhnya untuk mati.
Jika satu atau dua zombie dengan uap putih maka dia memiliki beberapa kepercayaan diri untuk melakukannya.
Tapi itu tujuh zombie, dia tidak bisa mengalahkannya.
Mustahil untuk mengalahkan mereka sekaligus hanya dengan pipa besi yang dimodifikasi ini.
Kecuali jika itu Rangga, Doni merasa dia pasti bisa melawannya.
Jika Rangga mengetahui pikiran Doni maka dia akan mengeluh.
Apakah kau pikir aku dewa? Aku hanya manusia biasa dan tidak mungkin aku melawan tujuh sekaligus zombie dengan uap putih yang aneh itu.
Tapi Rangga tidak mengetahui pikiran Doni jadi dia tidak akan mengeluh hal seperti itu.
"Rangga ayo lawan mereka" Kata Doni dengan ekspresi serius.
Rangga menatap zombie tersebut dan merasa sakit kepala.
Dia pernah melawan lima zombie sekaligus tapi itu adalah zombie uap putih yang belum memiliki banyak kecerdasan.
Tapi lawan yang ada dihadapan mereka saat ini berbeda.
Dari penampilannya dan kuda-kudanya saja kalian bisa mengetahui kalau mereka sepertinya bisa seni beladiri.
Lawan seperti itu akan sangat menyulitkan.
Untung mereka hanya tujuh sedangkan beberapa ratus mencoba berkeliling ke semua area lantai satu.
"Doni, aku tidak bisa melawan semuanya jadi bisakah kau menghadapi dua atau tiga zombie?" Tanya Rangga dengan ekspresi serius sambil menatap zombie-zombie yang berlari kearah mereka.
Doni mengangguk dan berkata dengan nada tegas.
"Aku hanya bisa melawan dua zombie!"
"Baiklah! Maka setelah kau mengalahkan keduanya.... Cepat bantu aku! Mengerti?!!"
"Tentu saja! Tapi.... sejak kapan kau menjadi boss nya?"
"Hahaha, itu hanya imajinasimu saja!"
Pok! Pok! Pok!
Lestari tepuk tangan ketika Rangga menghindari serangan mendadak zombie-zombie tersebut.
Gadis kecil itu dia hanya akan menjadi peandu sorak saja, disudut keridor.
Sedangkan Doni hampir terkena gigitan zombie tersebut.
Dia langsung mengayunkan serangan balasan namun berhasil dihindari zombie tersebut.
"Inilah yang aku benci!! Zombie ini terlalu menyebalkan untuk dikalahkan!!"
Doni melirik kepada Rangga yang telah berhasil menebas satu zombie tapi tebasan itu tidak membunuhnya.
"Om, om, om, om, tangkap pistol aku!!" Teriak Lestari sambil melempar pistol kepada Doni.
Doni terkejut dan menangkap pistol tersebut, dia melihat pistol itu tidak bisa tidak tersenyum.
"Tamatlah kalian para zombie!! Aku ahli dengan pistol!!"
Doni mengarahkan pistolnya ke kepala zombie tersebut dan menarik pelatuknya.
Tapi dia tidak menyangka hasilnya tidak seperti yang dia harapkan.
Karena pistol tersebut tidak memiliki peluru.
Hal itu hampir membunuh Doni, untung dia bisa menghindari serangan zombie tersebut.
Lestari menepuk jidatnya dan dia benar-benar lupa mengisi pelurunya karena dia selalu tidak membutuhkan pistol, semua itu disebabkan oleh Linda yang selalu melindunginya.
"Ah.... Aku lupa mengisi pelurunya...."