Chereads / Bertahan Hidup Sampai Akhir / Chapter 3 - Pertempuran melawan zombie (2)

Chapter 3 - Pertempuran melawan zombie (2)

"Uhuk, uhuk, uhuk" Rangga terbatuk beberapa kali tapi dia tahu itu bukan waktu yang tepat untuknya terbatuk karena kedua zombie tersebut tidak memberi ruang untuknya bernafas.

Duum!!

Swissh.... Rangga berguling ke samping untuk menghindarinya, dia menghindari tendangan stamp kedua zombie tersebut dan meraih tongkat yang tergeletak dilantai yang tidak jauh darinya.

Seluruh badannya terasa sakit tapi dia mengabaikannya.

Karena dia tidak ingin mati.

Lalu Rangga bangkit dengan cepat dan menusukan tongkat ke tenggorokan zombie jelek yang telah muncul dihadapannya.

Skrroopp!

Gerakannya tidak sia-sia dan dia menusuk pada waktu yang tepat karena Rangga memiliki respon yang cepat.

Ruuussh! Dia mengambil posisi yang baik dan mendorong zombie dengan tongkat tersangkut ditenggorokan zombie tersebut dan terus mendorong zombie jelek itu menuju zombie gendut, tapi Rangga tidak menyadari kalau zombie gendut telah mengambil katananya yang tergeletak dilantai dan menebas, ia telah memotong zombie jelek yang Rangga dorong.

Srruuuutts!

Katana itu nyaris memotong Rangga menjadi dua juga, jika tongkat itu tidak panjang mungkin Rangga telah terpotong.

Situasi ini sungguh mendebarkan.

Dag-dig-dug, jantung rangga berdebar cukup cepat dan menatap zombie gendut dengan ekspresi bermasalah.

"Empat?" Gumam Rangga ketika mendur beberapa langkah sambil membersihkan noda darah zombie jelek dari wajahnya.

Dia merasa agak khawatir.

Sudah empat dari lima zombie berevolusi yang meninggal dan sekarang hanya satu zombie berevolusi yang tersisa dan saat ini Rangga berada dalam posisi satu lawan satu membuat suasananya menjadi tegang.

Karena zombie terakhir ini tidak biasa.

"...."

"...."

Ketegangan itu hanya berlangsung beberapa saat.

Zombie gendut mencengkram katana sangat erat dan dia terlihat seperti seorang ahli ketika membuat pose kuda-kuda, melihatnya membuat Rangga agak frustrasi namun Rangga dengan cepat mendapatkan sebuah ide.

Tongkat orang pincang ini tidak bisa membunuh zombie tapi senjata Rangga yang lainnya pasti bisa membunuhnya.

Dia hanya butuh peluang, jika tidak memiliki peluang maka buat saja peluang itu.

Rangga tersenyum jahat.

"Hey, kamu tidak boleh nakal dong! Kemarikan katanaku, jangan jadi anak nakal ya! Semut gendut! Dut, dut, dut gendut! Yeah! Benar bukan? Bada air Janjan!!" Kata Rangga dengan nada main-main.

Mendengarnya zombie gendut bergetar karena marah, entah bagaimana zombie ini terlihat sangat emosional sepertinya dia adalah orang yang paling membenci Rangga.

Terlebih lagi dia sangat membenci ejekan Rangga yang menyebalkan.

Zombie gendut tersebut sangat membenci disebut Janjan.

Dia berlari dengan cepat menuju Rangga tapi Rangga menyambutnya dengan tongkat namun zombie gendut sepertinya telah siap akan hal itu dan menghindari tongkat tersebut kesamping.

Tatapan zombie itu langsung bersinar.

'Sialan! Aku ceroboh!!' Rangga mengutuk dalam hatinya, dia benar-benar kacau kali ini.

Dan zombie gendut pun langsung menebas leher Rangga, beruntung Rangga terpeleset dan berhasil menghindari tebasan zombie gendut.

Kejadian ini murni keberuntungan.

Rangga juga bersukacita karena kepalanya hampir terpotong itu masih utuh dan ada pada tempatnya.

Namun dia tidak boleh senang terlalu cepat dan harus melakukan sesuatu.

Jadi dia pun mulai beraksi.

Semuanya itu dilakukan untuk bertahan hidup.

"?!!" Zombie gendut terlihat bingung sambil memiringkan kepalanya karena dia tidak berharap Rangga berhasil menghindari serangannya.

Amarahnya sampai kepuncak dengan uap putih yang berubah menjadi merah.

Tiba-tiba saja zombie gendut merasa dia akan terjatuh karena sesuatu memukul kakinya dengan keras, perubahan evolusinya terganggu.

Paaas!

Kedubrak!!

Rangga yang telah melakukan tackle dan menjatuhkan zombie gendut turun ke bawah, tidak lagi membuang-buang kesempatan dan peluang ini tidak datang dua kali, dengan lincah Rangga mengambil pisau dapur yang tergantung dipinggangnya dan langsung bergerak menuju ke bagian atas zombie gendut, tanpa basa basi terlebih dahulu dia menancapkan pisau tersebut ke lehernya.

Ssrupp! Dengan putaran dia menekan pisau sampai ke bagian terdalam tenggorokan zombie gendut.

Griiiid!!

Lalu Rangga menggerakan kesamping sambil menekannya.

Sreeet!!

Darah segar muncrat seperti air mancur ketika pisau itu mengukir jalurnya.

"Lima!!!" Teriak Rangga dengan seluruh kekuatannya dan membuat tenggorokannya sakit.

Lalu dia menatap mayat zombie gendut tersebut.

Zombie gendut itu menggerakan tangannya sebelum kematian tapi Rangga tidak memperhatikannya dan dia telah sangat sibuk dengan pikirannya sendiri.

'Aku merasa seperti psychopath.... jujur biasanya ketika melihat darah saja aku akan merasa mual dan ingin pingsan!'

'Tapi aku tidak memiliki perasaan itu lagi.

'Apa karena aku terlalu banyak main game seram dan mengurung diri selama empat tahun?'

'Itu adalah waktu yang sangat lama'

'Atau mungkin karena keadaanku yang mendebarkan ini?'

'Sudahlah, apa yang paling penting telah aku selesaikan dan lima zombie yang berevolusi akibat diriku telah berhasil disingkirkan....'

'Aku tidak memiliki beban pikiran lagi'

'Sekarang aku merasa nyaman'

'Waktunya untuk fokus ke tujuanku'

Kemudian, Rangga melihat tangannya yang penuh darah dan kemudian gemetar tak terkendali.

Lalu dia pun muntah.

"Oooeekkk!"

Bbrrlupm.... Semua yang telah Rangga makan pagi ini telah dimuntahkannya.

Semua muntahnya itu berisikan sedikit mie instan dan banyak air putih biasa.

Rangga muntah berulang kali dan merosot ke lantai keramik dengan kaki lemas.

Dia merasa sangat lelah.

"Guuh...." Suara Rangga agak bocor karena kesakitan.

Hari ini dia benar-benar melampaui batasnya dan berhasil mengalahkan lima zombie yang berevolusi.

Atau lebih tepatnya membunuh lima zombie yang berevolusi.

"Aku harus segera pergi dari tempat ini" Gumam Rangga ketika melihat jendela kaca yang pecah, disana ada beberapa zombie normal yang berjalan pincang ke tempatnya.

Hal itu membuat jantung Rangga berdebar lebih cepat.

Tapi dia hanya berdebar saja dan tidak panik sama sekali.

Dia perlahan bangkit dan mengambil katananya, sebenarnya Rangga sempat memeriksa mayat zombie berevolusi yang telah dia bunuh, sayangnya dia tidak menemukan apa-apa dan hanya kekecewaan biasa.

'Agak mengecewakan aku tidak mendapatkan item drop'

Rangga berpikir bisa menemukan sesuatu untuk meningkatkan kekuatannya seperti dalam game tapi sayangnya tidak.

Ini adalah dunia realistis.

Jadi tidak perlu berpikir terlalu banyak.

Zombie-zombie biasa itu telah berhasil masuk melalui jendela namun ekspresi Rangga tetap tenang, dia menyiram wajahnya dengan air minum yang telah dia gunakan sebelumnya dan mengambil tas ransel miliknya.

Mungkin dia merasa sombong atas pencapaiannya.

Rasa lelahnya telah hilang meskipun tubuhnya sangat kelelahan.

Lalu dia berjalan menuju ke pintu keluar, zombie yang dekat dengannya hampir menangkap Rangga dan dia terjatuh ketika Rangga berjalan.

Langkah kaki Rangga berhenti dan menoleh ke belakang.

Dia merasakan tatapan kebencian dari zombie yang ingin menariknya.

Rangga ingin terus membiasakan diri dengan katananya.

Tubuhnya lelah tapi dia masih bisa bergerak.

Karena zombie ini datang kepadanya, kenapa tidak melakukan beberapa pemanasan? Ini adalah pemanasan sebelum beristirahat.

Jadi Rangga tidak akan sungkan melakukannya.

"Aku akan mengabulkan keinginan kalian semua" Ucap Rangga dan menebas kepala zombie satu persatu, melawan zombie normal Rangga merasa seperti dia telah menjadi pria yang tak pernah terkalahkan.

Tapi dia tahu kalau perjalanannya masih panjang.

Pertempuran kematian yang melelahkan akan menantinya dimasa depan.

*****

Malam ini terasa sangat sejuk, bulan pernama bersinar sangat terang.

Rangga telah beristirahat dirumah tertentu diperumahaan Bunga Mawar.

Masih satu komplek perumahan Bunga Mawar namun block yang berbeda.

Rumah orang tua Rangga di block A dan rumah yang dia tempati sementara adalah block C dan rumah ini sangat bagus dengan gaya minimalis yang memiliki 2 lantai.

"Besok, aku akan berpetualang dan mencari penyintas untuk membangun shelter" Gumam Rangga dengan santai duduk dikursi dekat jendela sambil mengunyah cemilan. Dia telah menyelesaikan semua zombie dalam rumah ini dan bahkan dia telah membersihkan dirinya ke kamar mandi sebelum bersantai.

Rangga telah menemukan beberapa makanan kering.

Jadi malam ini dia akan membuat dirinya senyaman mungkin.

Karena mungkin dia tidak bisa melakukannya lagi dikemudian hari.

Membangun shelter atau penampungan akan menjadi pilihan yang baik untuk bertahan hidup tapi Rangga harus memilih teman-temannya sendiri.

Dia tidak ingin sembarang orang masuk ke shelternya karena dia tidak ingin mendapatkan banyak masalah.

Beberapa saat kemudian.

Ada sesuatu yang menarik perhatian Rangga.

"Mmm?" Rangga melihat ada seorang berlarian dari dua zombie yang memiliki uap putih diatas kepalanya.

Itu adalah zombie yang berevolusi.

Rangga merasa agak tidak menyenangkan karena bukan hanya dia yang membuat zombie berevolusi.

'Ternyata ada orang lain juga ya?' Rangga mengamati orang itu dengan santai tanpa peduli sedikitpun dengan orang itu.

Bagi Rangga orang itu hanyalah orang lewat dan dia tidak harus peduli dengan pria berotot yang dikejar oleh zombie kembar karena pria berotot tersebut tampak sangat kuat.

Dari usianya dia tampak berusia sekitar 30 tahun.

Jadi Rangga hanya ingin menonton sedikit pertunjukan.

Itu adalah zombie kembar, jadi ada pria kembar yang menjadi zombie pada saat yang sama.

"Sungguh menarik" Gumam Rangga dengan ekspresi jahat.

Rangga agak kepikiran jika zombie berevolusi begitu tidak langka maka umat manusia akan musnah kecuali mereka menggunakan senjata api.

Sepertinya Rangga membutuhkan senjata api, bukan hanya untuk melawan monster tapi juga digunakan untuk mengancam manusia.

Tapi dia berhenti memikirkannya, namun dia merasa ada yang aneh dalam dirinya.

Tidak mungkin itu hanya perasaan ingin meneliti lebih terhadap zombie.

'Terlalu bahaya, tidak boleh bereksperimen lagi'

'Biarkan saja pria itu menguji kemampuan zombie kembar, lalu setelah mengamatinya aku akan membunuh zombie kembar itu selagi dia memakan pria berotot!'

'Huh?!'

'Tidak!!'

'Sialan! Aku harus menenangkan diri dan tidak boleh berpikir jahat!! Kenapa sih pikiranku menjadi begini?'

'Aku harus menyelamatkannya karena bertahan hidup sendirian lebih sulit daripada bersama-sama'

'Ketika membangun shelter aku membutuhkan orang-orang!'

'Jika kita berkelompok maka aku bisa menjadikan mereka umpan untuk jalan kaburku.... ketika dalam bahaya'

'Huh?! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pikiranku menjadi sangat aneh dan jahat?!!'

Rangga tidak tahu mengapa tapi tiba-tiba kepalanya menjadi sangat sakit.

"Apa ini semua karena goresan paku ini?" Seru Rangga sambil memegang bahu kirinya.

Perlahan Rangga kehilangan kesadarannya, tapi apa yang tidak Rangga ketahui adalah dia tidak menyadari kalau luka dibahunya bukan karena tergores paku melainkan karena dicakar zombie gendut sebelum kematiannya.

Jadi ada sedikit infeksi dari cakar zombie tersebut karena dia telah meludahi cakarnya sebelum mengambil katana Rangga.

Tapi itu hanya sebagian kecil kuman dari infeksi, jika Rangga tidak memiliki imunisasi dan tekad yang kuat maka dia akan berubah menjadi zombie.

Ini berbeda ketika Rangga melalukan pertempuran melawan zombie melainkan pertempuran atas kemauan tapi juga bisa dikategorikan sama karena sama-sama melawan zombie.

Bedanya dia bukan melawan zombie tapi melawan virus zombie.

Apakah dia berhasil atau tidak semua tergantung kepada Rangga sendiri.

Jika dia gagal kemungkinan Rangga menjadi zombie dan jika dia berhasil? Maka kekebalannya terhadap virus zombie menjadi sangat tinggi.

Ada kemungkinan juga daya tahan tubuh dan stamina Rangga meningkat tapi itu hanya kemungkinan kecil.

*****

Pria berotot itu berlari untuk hidupnya dan dia sangat menyesal telah menyelamatkan wanita cabe-cabean itu saat awal bencana zombie pertama dimulai.

Pria berotot membayangkan wajah wanita cabe-cabean dan senyum tulusnya membuatnya merasa sangat ingin muntah karena jijik.

Wajahnya memang cantik dan penampilannya seperti cabe-cabean mahal tapi dia memiliki ekspresi polos yang tulus membuat siapapun ingin melindunginya namun ekspresinya itu semua adalah palsu.

Mereka hanyalah kepalsuan.

Jika bukan karena wanita cabe-cabean itu dia tidak akan terpisah dengan putri kecilnya.

Dia saat ini dipenuhi oleh amarah.

Menoleh kebelakang dia melihat kedua zombie yang memiliki wajah yang sama mengejarnya, wajahnya agak memerah dan uap putih muncul diatas kepalanya, membuat penampilannya tambah menyeramkan.

'Sialan! Kenapa kedua orang ini berubah menjadi sangat berbeda dari zombie yang lainnya?!!' Pria berotot bernama Doni sangat bingung dengan zombie kembar yang mengeluarkan uap putih dikepalanya ini.

Mereka bergerak seperti manusia normal dan sepertinya memiliki pikiran mereka sendiri, tidak terlalu mengerikan kalau hanya itu saja tapi stamina mereka tanpa batas.

Benda tumpul tidak bisa membunuh mereka dengan mudah jika dia hanya mematahkan beberapa tulang dengan membantingnya, maka mereka masih bergerak dan bangkit kembali karena patah tulang itu hanya akan diabaikan oleh zombie yang tidak memiliki banyak rasa sakit.

Apa yang harus dia lakukan adalah membunuh mereka berdua tapi bagaimana caranya?

Doni berlari sambil mencari benda tajam atau berat yang bisa meremukan kepala zombie.

Perlahan Doni melihat sebuah rumah yang bisa dipanjati, jika dia memanjat keatas sana dari beberapa pijakan mungkin kedua zombie itu tidak bisa mengejarnya.

Dia bisa menutup jendela yang terbuka itu.

Tapi dia harus perlu menjatuhkan zombie ini terlebih dahulu agar dia bisa dengan tenang memanjat.

Akan sangat tidak lucu jika saat dia memanjat kedua zombie itu menggigit kakinya.

Jadi Doni harus membuat kedua zombie ini sibuk terlebih dahulu.

'Pipa besi? Kebetulan sekali' Ketika Doni sedang memikirkan ide sambil berlari dia menemukan pipa besi yang telah berlumur darah. Tanpa berpikir dua kali, Doni berlari kesana untuk memungut pipa besi tersebut dan bersiap untuk menghancurkan kaki zombie atau membuatnya tidak bisa bergerak untuk beberapa saat.

Setelah berlindung sebentar untuk mengistirahatkan tubuhnya, Doni akan mencari putrinya dan membalaskan dendam kepada wanita cabe-cabean yang membawa putrinya.

Jujur Doni sangat marah ketika mendengar kalau wanita itu akan menjual putrinya yang manis untuk mendapatkan makanan.

'Jalang tunggu aku dan aku pasti akan memberi kematian paling mengerikan kepadamu!'

"Ayo! Maju sini! Kalian berdua akan merasakan amarah seorang ayah!!" Teraik Doni sambil berlari menuju kedua zombie tersebut.

Baaaam!!

Doni berhasil mengenakan kepala salah satu zombie kembar, dia sepertinya yang dia serang adalah kakak zombie kembar dan dia pun terbanting ke belakangnya, sedangkan adik zombie kembar melancarkan serangan kejutan dengan tinjunya.

Respon Doni sangat cepat karena dia telah terbiasa dengan pertempuran jalanan.

Menghindari tinju adik zombie kembar, Doni langsung menendang selangkangannya lalu memukul leher si adik zombie kembar.

Kakak zombie kembar telah kembali bangkit, Doni langsung menyerang kembali kepala dan membuat dia terjatuh sekali lagi.

'Aku harus mengincar kaki tapi ini akan sulit dilakukan'

Doni berlari untuk mengambil jarak, adik zombie kembar mengikuti Doni dengan kepala yang miring karena tulang lehernya telah patah.

Menyadari adik zombie kembar mengikutinya, Doni langsung berbalik arah dan berlari menuju adik zombie kembar dan melakukan sliding tackle.

Adik zombie kembar secara alami meloncat, inilah kesempatan Doni untuk menyerang. Dia dalam keadaan sliding mengayunkan pipa besi tersebut dan langsung memukulnya tepat di tulang kering adik zombie kembar.

Baam!!

Zombie masih tidak merasakan apa-apa tapi Doni masih dengan agresif memukul kakinya, sedangkan kakak zombie kembar yang melihat kejadia itu berlari ketakutan.

'Haah?!! Apa-apaan ini?!!" Gumam Doni dan dia merasa adegan ini terlihat akrab tapi dia lupa dimana tempatnya.

Doni hanya melihat zombie itu kabur dan tidak tahu mengapa, dia merasa sangat kesal.

"Jika aku tahu mereka seorang pengecut maka aku hanya perlu mengancamnya!'

Setelah itu Doni melihat jendela yang terbuka itu dan berjalan kesana.

Tapi sepertinya zombie yang lain memperhatikan dia karena pertarungan mereka terlalu berisik.

Jadi Doni mempercepat langkahnya.