Chereads / Bertahan Hidup Sampai Akhir / Chapter 4 - Kesepakatan

Chapter 4 - Kesepakatan

Doni telah berhasil memanjat rumah tersebut dan masuk melalui jendela yang terbuka.

Ketika dia masuk ke dalam rumah melalui jendela, Doni melihat seorang pria tergeletak tak sadarkan diri tak jauh dari jendela.

Pria itu adalah pria muda yang kira-kira berusia 20 sampai 25 tahun.

"Mmm?" Doni merasa curiga melihat Rangga yang berwajah pucat tak sadarkan diri dilantai ini, dia memiliki ekspresi kesakitan.

'Ternyata ada orang yang masih hidup di rumah seperti ini pada hari ke-8 munculnya para zombie tapi sepertinya dia sedang kesakitan?' Pikir Doni dalam hatinya, dia tetap wasapada terhadap Rangga dan curiga.

'Apakah dia keracunan atau sesuatu?'

'Tunggu, apa jangan-jangan dia akan berubah menjadi zombie?'

Doni menjadi semakin waspada dan bersiap untuk menyerang Rangga kapan saja.

Tapi melihat penampilan Rangga mebuatnya bingung.

Rambut panjang, wajah tampan, kulit putih bersih dan mulus seperti seorang wanita.

Jika bukan karena diantara selangkangannya agak sedang memberontak maka Doni akan mengira dia adalah seorang wanita.

'Apakah dia seorang banci?'

'Banci ini operdosis narkoba? Atau terkena gigit zombie?'

'Aku tidak melihat bekas narkoba apapun disini mungkin dia terkena virus zombie dan akan berubah menjadi zombie?'

'Ada perban dibahunya'

'Jadi ada kemungkinan besar dia tergigit zombie! Terlebih lagi dia seorang banci'

'Tapi seorang banci tidak akan mengubah apapun'

'Zombie tidak mengenal gender ataupun usia'

'Dia bisa berubah menjadi zombie banci kapan saja!'

'Apa aku lenyapkan saja dia untuk menghindari masalah?'

'Akan menyebalkan jika dia berubah menjadi zombie seperti si kembar'

'Terlebih lagi dia zombie banci!'

Ketika Doni berpikir untuk menyingkirkan Rangga, mata Rangga perlahan terbuka.

"...."

"...."

Kedua mata pria itu bertemu satu sama lain, ada suasana tegang diantara mereka berdua.

Beberapa saat lingkungan terasa beku karena suasana yang menegangkan ini.

Doni adalah orang pertama yang berbicara dan sekaligus memecahkan keheningan ini.

"Siapa kau"

"Itulah yang seharusnya aku tanyakan kepadamu, siapa kau ini?"

Rangga merasa kesal atas pertanyaan Doni, ada apa dengan pria berotot ini? Dia baru saja mengalami mimpi yang aneh dan akhirnya berhasil melaluinya dengan kesulitan yang mengerikan.

Setelah menyelesaikannya, ketika dia bangun, ia mendapatkan pemandangan yang tidak menyenangkan.

Jika itu wanita cantik yang menyambutnya maka dia akan bahagia tapi ini adalah seorang pria berotot yang menyambutnya.

Tentu Rangga merasa agak tidak bahagia.

"Ini rumahmu?" Tanya Doni sambil menyipitkan matanya.

Dia bersiap untuk mengambil alih rumah banci ini, jika Rangga mengetahui pikiran Doni maka dia akan mengutuk Doni.

Ada apa sih dengan pria berotot ini? Apakah itu sikap seorang ketika masuk ke rumah orang lain? Dan aku bukan banci! Adik laki-laki aku masih sanggup berdiri tegak selama 1 jam dalam pertempuran.

Bahkan lebih dari itu dia masih sanggup asalkan dia bergairah.

Mmmm.... Tergantung lawan mainnya sih.

Tapi itu hanya jika Rangga tahu pikirannya, sayangnya Rangga tidak tahu itu.

Dia tidak bisa membaca pikiran orang lain.

Mendengar pertanyaan Doni membuat Rangga merasa aneh. Setelah mempertimbangkannya beberapa saat akhirnya Rangga menjawab.

"Tidak" Jawab Rangga dengan nada datar.

Dia tidak ingin berbohong, terlebih lagi dia ingin bermain-main dengan Doni.

Rangga yang membuat ekspresi tanpa ekspresi tapi di dalam batinnya dia sedang mengamati ekspresi Doni dengan penuh perhatian.

Apa tipe orang ini? Pemarah? Sabar? Berbisa atau penurut? Apapun kamu itu kau hanya akan menjadi hiburan bagiku.

Doni yang mendengar jawaban Rangga merasa marah.

Wajah marahnya sangat memuakkan dengan bibir agak miring kekanan dan alis satu terangkat.

Rangga dengan cepat memperhatikan itu dan mulai menggoda.

"Hey! Jangan marah-marah dong! Sesama penyintas kita harus saling mendukung"

"Penyintas? Aku yakin kau selamat dari mengorbankan orang lain!! Jangan samakan diriku dan dirimu!!"

"Hohoho, jadi itu pengalaman pribadimu ya? Jadi kau orang seperti itu"

"...."

"Oke! Tidak perlu dikatakan lagi, semuanya terlukis diwajahmu!!"

"...."

"Kau adalah sampah yang meninggalkan teman-temanmu!!"

Doni menjadi sangat marah hingga wajahnya berubah menjadi merah padam karena Rangga terus memberinya kata-kata menyakitkan tanpa peduli dengan perasaan siapapun.

Rangga menghelakan nafasnya ketika Doni akan meledak marah, dia pun berkata untuk menghentikannya.

"Kau-"

"Tunggu sebentar!!"

"???"

"Kau orang pertama yang aku temui masih hidup semenjak orang-orang berubah menjadi zombie"

"?!!"

"Sebelum ini aku hanya bergadang bermain game dan makan mie instan di kamarku"

"...."

"Beberapa jam yang lalu ketika aku kehabisan makanan dan terpaksa keluar, aku pun tersadar kalau aku tidak menemukan siapapun"

Amarah Doni masih tetap ada, hanya sedikit berkurang tapi dia masih tidak percaya apa yang dikatakan Rangga.

Rangga melihat Doni yang tidak percaya dengannya tapi dia tidak peduli dan terus berkata.

"Aku tahu kau tidak mempercayai perkataanku, jika aku diposisi kamu aku juga tidak akan percaya tapi aku tidak butuh kau mempercayainya"

Dia hanya ingin sedikit curhat untuk melampiaskan kekesalannya.

Beranjak dari tempatnya, Rangga berjalan ke meja dan mengambil katananya.

"Kata orang-orang, percakapan antara kedua pria melalui tinju mereka tapi ketika melihat tubuhmu yang berotot.... Telapak tanganmu yang besar itu aku menjadi takut untuk berbicara melalui tinjuku! Lalu bagaimana dengan senjata? Apakah kau setuju?"

Mata Doni terbuka lebar mendengar perkataan tak masuk akal Rangga, dia merasa orang ini agak gila.

Bukan hanya 'agak' melainkan sudah gila, sudah benar-bebar gila.

Tapi Doni merasa sepertinya pertempuran tidak bisa dihindari.

Jadi Doni akan mengikuti sedikit permainan kecil ini.

Dia mempererat cengkraman pipa besinya dan bersiap untuk bertarung.

Katana vs pipa besi!

Siapa pemenangnya? Kau atau aku! Mata Doni bersinar terang.

Dia merasa sudah agak lama sejak dia dalam situasi seperti ini melawan orang lain.

"Aku hanya seorang NEET yang menutup diri dari dunia luar! Apakah itu salah?" Kata Rangga yang sedang berlari ke Doni dengan katana yang terangkat keatas.

Rangga memegang gagang katana dengan kedua tangannya.

Slaash!

Doni menghindari tebasan lurus Rangga ke samping dengan loncatan kecil.

"Aku tidak peduli dengan hal itu satu hal yang pasti orang tuamu pasti kecewa" Tanpa sadar Doni menjawab pertanyaan Rangga.

Rangga tersenyum kecut dia tidak tahu mengapa dia mengatakan hal tersebut dan mendengar perkataan Doni yang menusuk bagian dalam hatinya membuat dia sedih, tapi kata-kata itu tidak mengalihkan perhatiannya dari Doni, melihat Doni mengayunkan pipa besi kearahnya secara diagonal tentu saja Rangga berhasil menghindarinya.

Meskipun dibilang menghindarinya, itu hanya nyaris menghindar.

Doni lebih cepat dari yang dia duga.

"Aku menjadi NEET bukan tanpa alasan!"

"Aku tidak peduli denganmu tapi.... Aku hanya ingin melindungi putriku!!"

Doni tanpa sadar mengatakan perasaannya, Rangga mundur beberapa langkah dan Doni juga mundur mengikuti secara reflek.

Keduanya saling menatap satu sama lain dari kejauhan dan bersiap untuk melanjutkan pertarungan.

Tapi Rangga melempar katananya ke sudut dan bergerak ke kursi, dia duduk disana dengan santai.

"Aku capek, lebih baik kita berpergian bersama daripada sendiri-sendiri.... Bagaimana menurutmu?"

"Jadi kau hanya ingin menguji kekuatanku untuk mengajakku bergabung denganmu? Tapi aku bahkan belum berkeringat"

"Siapa bilang aku menguji kekuatanmu? Bukankah sudah jelas dari penampilannya saja kau sangat kuat!"

"Jadi?"

"Aku hanya ingin tahu apakah kau orang berbahaya atau tidak tapi ternyata kau adalah seorang ayah yang ingin melindungi putrinya"

"...."

"Apakah putrimu masih hidup? Jika kau ingin curhat, silahkan saja! Aku tidak keberatan mendengarnya"

Doni memiliki ekspresi aneh diwajahnya, dia tidak berharap situasinya akan menjadi seperti ini.

"Aku masih normal, aku menyukai wanita dengan payudara besar!!"

"???"

"Aku tidak ingin curhat sama banci sepertimu! Jangan terlalu bersemangat!!"

"!!!!"

"Aku-"

"Haaah?!! Tunggu sebentar!! Siapa yang kau sebut banci??"

"Jika bukan kau siapa lagi!!"

Rangga merasa seperti beban berat menimpa dirinya. Dia lupa mengikat rambutnya dan wajahnya yang tampan mungkin membuat mereka salah paham.

"Apa karena rambutku? Hey! Aku bukan banci!! Aku hanya seorang NEET dan tidak pernah potong rambut selama 4 tahun! Makanya rambutku seperti putri Rapunsel!!"

Doni tidak tahu harus berkata apa dengan pria aneh ini.

'Dia tampak santai dan aku merasakan perasaan bahaya dihadapannya'

'Juga aku merasa kalau dia tidak serius menyerangku saat itu'

'Ketika seranganku hampir mengenainya, dia menghindarinya bukan kebetulan.... Dia mempercepat gerakannya secara tiba-tiba'

'Siapa sebenarnya dia?'

'Tidak mungkin seorang NEET melakukan hal itu'

Setelah berpikir sebentar, Doni menyipitkan matanya dan menatap Rangga dengan ekspresi serius.

"Oi, banci! Ayo kita membuat kesepakatan!!"

"Sudah aku bilang! Aku bukan banci!!"

"....."

"Tapi melihat ekspresimu seperti itu membuatku agak tertarik!"

"Kau benar-benar menyebalkan bukan?"

"Tentu saja!"

".... Oke, mari kita bahas hal lain"

"Baik, jadi apa itu?"

Doni mencari kursi dan menggesernya agak dekat dengan Rangga sebelum duduk disana.

"Bantu aku membunuh seseorang"

"Aku bukan pembunuh, tapi aku bisa memahaminya putrimu dibunuh orang itu?"

"Putriku belum mati!! Dia diculik jalang celaka itu!"

"Jalang celaka yang kau maksud itu istrimu?"

"Istriku telah meninggal lama! Dia bukan istriku!!"

"Jadi dia simpananmu ya?"

"Kau.... Tidak bisakah kau tidak membuatku marah?!!"

Rangga menjawab semuanya dengan ekspresi bersemangat, dia menyukai gosip dan ingin mengetahui kejadian menarik kehidupan seseorang.

Tapi perkataannya akan membuat seseorang sakit hati karena dia berkata tanpa peduli perasaan orang lain dan selalu seperti itu.

Doni sangat marah namun dia menenangkan dirinya dan mencoba mengajak Rangga bekerja sama.

Karena dia tahu kalau sendirian akan sulit menyelamatkan putri tercintanya.

Wanita cabe-cabean itu sangat baik dalam menggoda dan memanfaatkan orang lain.

Jadi dia perlu sekutu meskipun Doni tidak tahu apakah Rangga mau membantunya atau tidak ataupun apakah dia bisa dipercaya atau tidaknya.

Semuanya akan dilihatnya nanti.

"Bisakah kau sedikit lebih serius?"

"Oke!"

Doni pun mulai bercerita tentang putrinya.

Nama anak perempuan Doni adalah Indri Lestari, dia berusia 12 tahun.

Sekitar 2 atau 3 hari yang lalu minibus mereka menabrak tiang lampu merah dan rusak.

Mereka berlima keluar dari minibus, disekitar mereka ada banyak zombie yang mengerumuninya.

Doni berada didepan untuk menerobos pengepungan zombie tapi salah seorang dari teman Doni yaitu pria kembar terkena gigit zombie.

Mereka berlari masuk ke suatu toko kosong dan bersembunyi disana sambil meninggalkan salah satu pria kembar.

Pria kembar yang lain, dia marah karena kakaknya terkena gigit gara-gara wanita cabe-cabean.

Si wanita cabe-cabean pun berakting tak berdosa dan membuat Doni membelanya.

Doni dengan kejam memukul adik si pria kembar dan mengatakan hal-hal kejam.

Kaca toko pecah dan kakak pria kembar itu telah menjadi zombie.

Doni berlari bersama yang lainnya.

Hanya ada satu pintu keluar dan disanalah wanita cabe-cabean menyandra putri Doni.

Dia memaksa Doni untuk menjadikan adik si kembar untuk dijadikan umpan.

Setelah itu wanita cabe-cabean mendorong Doni jatuh dari lantai 2 dan mengatakan kata-kata mengerikan seperti akan menjual putrinya sebagai pelacur atau semacamnya.

"Singkat cerita.... Wanita itu berwajah dua, hehehe"

"Kita mungkin bisa bekerja sama tapi yang akan kau berikan?"

Rangga tersenyum dengan senyum bisnis dan Doni menanggapinya dengan mengangguk.

"Aku tidak memiliki apa-apa tapi aku tahu dimana persediaan makanan yang banyak dan aku yakin belum ada yang menjamah tempat itu"

Doni tahu dimana tempat sumber makanan yang ada di kota stabat ini dan yakin belum ada yang mengambilnya.

Karena dia telah memastikan orang-orang tahu semuanya telah menjadi zombie atau meninggal bunuh diri.

Rangga agak tertarik dan merasa kalau Doni sepertinya tidak berbohong.

"Itu tidak cukup!"

"Apakah kau bercanda? Yang aku butuhkan bantuanmu hanya sederhana dan aku tidak akan menempatkanmu dalam bahaya!"

"Aku ingin membangu shelter tapi kekurangan tenaga kerja"

"Hoo? Kau ingin aku bekerja sama denganmu?"

"Tentu saja, mengapa tidak? Putrimu juga membutuhkan tempat yang aman bukan?"

Doni memikirkan perkataan Rangga, dia mengerti situasi macam apa dunia mereka dan dunia sudah seperti kiamat, orang-orang tanpa aturan merajarela.

"Tapi bagaimana bisa aku mempercayaimu?"

"Kau tidak perlu percaya, apa yang penting adalah hasil! Kita akan melakukannya dengan tindakan dan situasi saling menguntungkan"

"Aku setuju denganmu"

"Jujur, aku juga tidak mempercayaimu. Setelah aku membantumu aku tidak yakin kau akan mengatakan tempat yang ada sumber makanannya"

Doni merasa Rangga terlalu meremehkannya meskipun dia egois seperti itu tapi demi kepentingan putri satu-satunya, Doni tidak akan melakukan tindakan tercela.

Karena janji adalah janji kecuali dia lupa janji itu.

"Aku pasti akan menepati janjiku" Kata Doni dengan ekspresi tulus.

"Kau harus, jika tidak aku pasti akan membunuh putrimu atau menjadikan dia zombie!" Ucap Rangga dengan ekspresi santai.

"Kau!!" Doni merasa sedang diancam dan menjadi sangat marah karena perkataan Rangga.

"Hehehe, papa putrimu jadi zombie~ Sini papa biar Indri gigit paha papa~"

"Aku ingin membunuhmu!!"

"Papa~ Jangan bunuh Indri! Jangan jadi papa yang kejam dong!"

Rangga mengejek Doni sambil menghindari semua serangan dari pipa besi Doni, dia entah bagaimana merasa dirinya sangat segar dan bertenaga.

Setelah 15 menghindari semua serangan Doni tanpa berkeringat, Rangga merasa ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya.

"Oke! Cukup, kita harus memikirkan rencana untuk besok! Kita sudah sepakat bukan?"

"Haa.... Aku sudah merasa lelah tapi sepertinya kau tidak merasakan apapun? Apakah kau benar-benar seorang NEET?"

Doni semakin curiga dengan Rangga dan tidak bisa tidak bertanya.

"Aku memang seorang NEET biasa" Ucap Rangga dengan senyum misterius.

Dia juga merasa ada sesuatu yang aneh dengan dirinya tapi dia akan mengeceknya nanti.

Apapun yang terjadi dengan dirinya, keadaannya saat ini menguntungkannya dan belum ada kerugian tapi meskipun begitu Rangga agak khawatir.

Dia seperti bukan dirinya, emosinya tidak menentu tapi satu yang dia ingat.

Rangga akan mencapai tunjuannya dengan serius dan tidak malas.

Bertahan hidup sampai akhir adalah suatu keharusan.

'Seorang NEET biasa? Aku tidak percaya itu' Keluh Doni dalam hatinya.

Dia tidak mempercayai ada seorang NEET seperti Rangga dan tidak mungkin seorang NEET memiliki stamina dan kekuatan sepertinya.

Terlebih lagi ketika mereka menarik diri dari dunia dan mengurung diri, bahkan ketika mereka binaragawan sekalipun akan menurun ketika tidak melakukan apapun.

Doni ingin mengatakan sesuatu tapi Rangga memotongnya dengan permintaan aneh.

"Bro, kita sudah sepakat jadi kita sekutukan? Ayo, bantu aku memotong rambutku!"

"Haah?"

"Ayo sasak pendek! Sampingnya tipisin agak tinggi"

"Aku bukan tukang pangkas!"

"Tidak apa-apa! Yang penting rambutku dipotong pendek!"

"Jangan salahkan aku kalau hasilnya jelek!!"

"Tidak apa-apa setelah ini kita akan membuat rencana untuk mencari putrimu!"

Kedua pria itu pun berbicara panjang lebar sambil membuat rencana.

Keesokan harinya, mereka berdua pun pergi meninggalkan rumah tersebut dan melakukan perjalanan.

Perjalanan panjang dan pertempuran yang melelahkan.