Nadia dan Lee Yeon Oppa sedang berlari memutari area luar dari stadion gelora bung karno. Mereka berdua sudah kelelahan. Nadia berhenti dan duduk di pinggir stadion sambil menyeka keringatnya. Oppa Lee Yeon ikut terhenti dan duduk di samping Nadia.
"Haduh haus nih oppa, masih punya minum gak?", tanya Nadia.
"Yah, sudah habis. Bagaimana kalau kita cari tukang jual minuman dulu?", ajak Lee Yeon.
"Boleh - boleh", kata Nadia
"Masih kuat gak? Apa mau di gendong?", Tanya Lee Yeon Oppa sambil meledek Nadia dengan logat korea nya.
Nadia tertawa merespon tingkah imut oppa - oppa korea itu.
"Haha, ya masih kuat dong oppa", jawab Nadia.
Kemudian Nadia melihat bapak - bapak penjual minuman pinggir jalan yang sedang mendorong gerobaknya.
"Oppa itu, ada tukang minuman", teriak Nadia sambil menunjuk penjual minuman yang sedang mendorong gerobak itu.
Namun Jika diperhatikan, penjual minuman itu adalah bapak tua penjual es dogger yang beberapa waktu lalu dibeli oleh Tama saat mengantar Kirana ke bengkel mobil. Sebetulnya sangat tidak masuk akal jika si bapak tua ini bisa mendorong gerobak dari Serang sampai ke Senayan Jakarta.
Nadia dan Lee Yeon mendatangi penjual minuman itu dan membeli 2 botol minuman dingin karena mereka berdua lagi butuh kesegaran. Bapak itu pun memberikan minumannya pada Nadia dan Lee Yeon.
"Kalian berdua sangat serasi, pasti sudah lama ya pacaran nya", kata si penjual.
"Eh.. pacar?", Lee Yeon terkejut dan langsung salah tingkah.
Dalam sekejap Lee Yeon Oppa menjadi grogi, tetapi Nadia langsung memberitahu penjual minuman itu bahwa ia sudah punya pacar. Lee Yeon hanyalah teman nya saja.
"Anu, kami tidak pacaran pak, dan sudah ada pria lain yang jadi pacarku", kata Nadia
Jawaban Nadia tentu mengejutkan Oppa Lee Yeon karena sebenarnya Oppa Lee Yeon berniat untuk mendekati Nadia.
"Wah sayang sekali ya, tapi saya punya hadiah untuk kalian sebagai penglaris saya hari ini", kata si penjual.
Ternyata bapak tua penjual minuman itu memberikan gelang kepada Nadia dan Lee Yeon Oppa. Tetapi gelang yang diberikan kepada mereka berbeda dengan gelang yang diberikan kepada Tama beberapa waktu lalu.
"Wah ini kayanya mirip gelang BTS ya", kata Lee Yeon Oppa.
"Iya bagus, kembaran nih kita", sambung Nadia.
"Terima kasih ya pak, kapan - kapan boleh mampir ke restoran saya. Ini kartu nama saya".
Lee Yeon Oppa memberikan kartu nama kepada si penjual minuman. Penjual itu pun menerimanya dengan senang hati karena Lee Yeon mengatakan bahwa ia akan memberi makanan dan minuman kepada si bapak tua itu secara gratis, jika sang bapak datang ke restorannya.
Dari balik tiang ternyata ada Tama yang sedang mengintip mereka. Padahal sebetulnya meskipun Tama berada di dekat mereka, mereka tidak akan melihat Tama karena Tama adalah arwah.
"Hiks.. hiks.. Nadiaku.. kenapa kamu sama abang - abang korea itu. Mana ganteng lagi.. Bisa diambil deh".
Nadia dan Lee Yeon Oppa sudah pergi meninggalkan penjual minuman itu. Tama mengikuti mereka dari jarak sekitar 20 meter.
"Hei anak muda, mengapa bersembunyi! Mereka tidak akan bisa melihatmu meskipun kau berada di dekat mereka", kata si penjual minuman.
Tama terkejut dan langsung menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan menghadap ke penjual minuman itu.
"Maaf apa anda bisa melihat saya?", tanya Tama kepada si bapak.
"Tentu saja, aku memiliki mata yang dapat melihat arwah seperti kau", jawabnya.
"Loh.. loh.. berarti tempo hari, pas saya beli es dogger anda sudah tau kalo saya bukan manusia?"
"Of course, kamu datang dengan Putri yang dikutuk menjadi siluman ular kan?"
Tama langsung tercengang. Ternyata ia bertemu dengan manusia yang tidak biasa. Bahkan ia bisa menebak bahwa Kirana adalah siluman ular.
Tidak hanya itu, pria tua itu pun mengetahui jika Tama menginginkan hand phone sihir yang di miliki penjaga pintu alam baka. Ia menyarankan Tama untuk memakai gelang yang diberikannya beberapa waktu lalu. Gelang itu akan membuka jalan menuju alam baka.
"Keren sekali, jangan - jangan anda dukun yah", kata Tama.
Tama pun akhirnya kembali ke Villa untuk mencari gelang pemberian si bapak tua itu.
****
Hari mulai sore, Kirana dan Devan sudah berada di alam siluman ular selama beberapa jam. Alam siluman ular ternyata benar - benar mirip dengan Alam yang ditempati manusia. Mereka semua melakukan kegiatan yang sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
Devan mencium aroma roti yang baru saja dipanggang. Sepertinya roti itu terasa sangat nikmat. Ia mengajak Kirana untuk mendatangi toko roti yang berada persis di sebelah kanan mereka.
"Kirana, ayo kita mampir ke toko roti sebentar", ajak Devan.
"Jangan, manusia tidak boleh makan apapun disini", kata Kirana.
"Loh memangnya kenapa?"
"Jika kau memakannya, kau tidak akan bisa kembali ke alam manusia"
Akhirnya Devan hanya berkeliling untuk mengamati kegiatan para siluman ular. Tiba - tiba seorang kakek siluman ular datang menghampiri Kirana.
"Lama tidak jumpa, tuan putri"
"Hai, kakek. Senang berjumpa denganmu lagi"
"Apakah pria tampan ini adalah pelayanmu yang baru", tanya si kakek.
"Hmm.. Sebenarnya dia teman pelayanku, tapi hari ini aku menemaninya untuk melihat - lihat duniaku", jawab Kirana.
"Salam kenal kek", ucap Devan dengan sangat sopan.
Kakek siluman ular berkata pada Kirana bahwa hari ini matahari tidak secerah biasanya. Itu seperti pintu Alam baka hendak terbuka. Ia mengatakan dahulu pernah ada siluman ular yang pergi ke alam baka, namun mereka tidak pernah kembali.
Tiba - tiba terlintas di pikiran Kirana akan kejadian kemarin, dimana Tama dan Malaikat maut sedang berbicara mengenai alam baka. Kirana langsung bergegas mengajak Devan untuk meninggalkan alam siluman ular karena ia khawatir Tama akan pergi ke alam baka.
Kirana bergegas menuju ke Villa, ia diantar oleh Devan hingga ke tepi danau.
"Van, kamu langsung balik aja ya"
"Ia Kirana, makasih ya dah dianterin ke alam siluman ular"
"Ia sama - sama"
Kirana langsung bergegas menuju kamar Tama, namun Tama tidak ada di kamarnya. Lalu ia bertanya pada Denok, namun Denok tidak mengetahui dimana Tama berada. Setelah itu Kirana menemui Limbur di pos satpam untuk bertanya kemana Tama pergi.
"Loh tadi katanya mau keluar cari hand phone", kata Limbur.
"Wah benar nih, anak itu pasti pergi ke alam baka".
Kirana bergegas pergi meninggalkan Villa. Melihat raut wajah Kirana yang sangat kacau, Limbur dan Denok mengikuti Kirana.
"Kalian kenapa mengikuti aku, nanti Villa siapa yang jaga?", kata Kirana kepada Denok dan Limbur.
"Kami menghawatirkan tuan Putri dan mas Tama", kata Limbur.
"Ia Putri kami takut terjadi sesuatu"
Melihat Denok dan Limbur sangat khawatir, Kirana pun mengajak mereka untuk pergi ke Alam baka untuk mencari Tama. Kirana, Denok dan Limbur akhirnya sampai di depan pintu menuju alam baka, namun sayang nya pintu itu telah tertutup.
"Gawat, kita terlambat", kata Kirana.