Chereads / Tale of The Sad Ghost / Chapter 28 - Mencari Alasan

Chapter 28 - Mencari Alasan

Hari itu Kirana merasa tidak senang. Ia mulai merasa cemburu karena Tama pergi bersama Devan untuk menemui Nadia. Di dalam hati Kirana sebetulnya ia tidak rela, tetapi rasa gengsi yang ia miliki lebih besar dari pada ketidak relaan nya.

Kirana memanggil Limbur, ia meminta Limbur untuk mengeluarkan kereta kencana miliknya.

"Loh, putri mau kemana? Tumben pakai kereta kencana?", tanya Limbur.

"Aku mau ke Jakarta, ada urusan", jawab Kirana.

"Tapi ini udah sebulan kan gak dipakai, mesti dipanasin dulu putri"

"Ya, panasin aja!"

Limbur pergi ke garasi dan mengeluarkan kereta kencana milik Kirana.

"Sejak kapan kereta kencana mesti dipanasin dulu, ada - ada saja", ucap Kirana.

Setelah kereta kencana dikeluarkan oleh Limbur dari garasi, kereta itu langsung berubah menjadi mobil sporty model terbaru. Mobil itu berwarna putih dan sangat keren.

"Wih, keren banget nih putri", kata Limbur.

"Ya itu sesuai hayalan mu, tapi ini terlalu mewah, aku mau pakai mobil biasa aja".

Kirana menyihir mobil itu menjadi mobil biasa dengan ukuran 4 seat saja. Limbur yang masih ada di dalam mobil merasa pusing ketika mobil tersebut dalam sekejap berubah ukuran.

"Aduh kepala ku pusing"

Limbur turun dari mobil dan memberikan kunci mobil kepada Kirana.

"Putri, ini kunci nya"

"Ok, terima kasih ya. Sepertinya aku pulang malam, tolong sampaikan jika ada yang bertanya", pesan Kirana.

"Ok Putri, hati - hati di jalan ya, selamat bersenang - senang", teriak Limbur.

Kirana sudah pergi meninggalkan Villa, Malaikat maut tidak sengaja lewat dan kemudian mampir di pos satpam tempat Limbur berjaga.

"Bro, itu bos mu mau pergi kemana?", tanya Malaikat maut.

"Biasa mengejar cinta ke jakarta, hehehe", jawab Limbur.

Tidak sengaja percakapan mereka terdengar oleh Denok yang sedang menjemur cucian. Melihat Limbur yang sedang menggosip dengan malaikat maut, Denok pun langsung datang menghampiri mereka.

"Gais, kalian kok ngegosip gak ngajak - ngajak aku sih, sebal deh", kata Denok.

"Sini - sini, seru nih", ajak Limbur.

Mereka bertiga berbicara mengenai cinta sejati Kirana. Denok bertanya kepada Malaikat Maut apakah dia memiliki bocoran terkait cinta sejati Kirana, tetapi malaikat maut menolak untuk memberitahu mereka.

"Duh, pelit nih, ku pikir selama ini kita teman", kata Denok.

"Bukan begitu neng, itu rahasia yang maha kuasa, abang gak bisa bocorin"

Lalu malaikat maut menjelaskan bahwa cinta sejati Kirana bukan hanya orang yang rela mati untuknya, tetapi dia adalah seseorang yang terikat oleh Kirana di masa lalu. Pria itu adalah pria yang sangat setia, ia menanti kehadiran Kirana, bahkan hingga di kehidupan saat ini.

"Maksudnya, cinta sejati putri sudah meninggal dimasa lalu, terus sekarang reinkarnasi buat mencari Putri, begitu?", tanya Limbur kepada malaikat maut.

"Ya, kurang lebihnya seperti itu".

NET..NET..NET

Malaikat maut mendapat sinyal suara bel yang memanggilnya, pertanda ia harus menjemput arwah seseorang yang baru dimakamkan hari ini. Kemudian ia pun berpamitan pada Denok dan Limbur.

Namun Denok dan Limbur masih mendiskusikan, siapakah cinta sejati Kirana. Dari informasi yang mereka dapatkan dari malaikat maut, maka kandidat yang cocok adalah reinkarnasi Jendral John Willem.

"Duh, tapi mas tama kasian banget, kalau putri nikah sama reinkarnasinya jendral", kata Denok.

"Kan mas tama sudah ada nadia", kata Limbur.

Denok sangat yakin bahwa sebetulnya Kirana dan Tama sudah saling jatuh cinta, tetapi mereka berdua memang masih sama - sama gengsi untuk mengakuinya. Tetapi jika cinta sejati Kirana adalah reinkarnasi dari Jendral John Willem, apakah bisa disebut cinta sejati jika Kirana tidak jatuh cinta padanya untuk yang kedua kalinya .

****

Kirana sudah sampai di Jakarta. Ia belum berhasil menemukan Tama tapi perutnya terus saja keroncongan. Akhirnya Kirana berhenti di sebuah restoran masakan sunda untuk makan terlebih dahulu.

Makanan sudah datang, dan Kirana pun mulai mencicipi makanannya satu persatu. Tidak disangka setelah itu Tama and the genk datang dan masuk ke dalam restoran itu. Kirana langsung buru - buru memakai kaca mata hitam agar tidak dikenali oleh mereka.

Tama, Devan dan Ara sudah mendapatkan tempat duduk. Mereka duduk selang satu meja dengan Kirana. Tidak disangka Tama menoleh ke arah Kirana dan memandanginya terus. Kirana berusaha menunduk meskipun Tama tetap memperhatikannya.

"Sepertinya nona itu mirip Kirana, atau hanya perasaanku saja", kata Tama.

Kirana terus makan sambil menunduk, tetapi Tama semakin penasaran. Akhirnya ia berniat untuk mengecek nya, karena ia pikir jika salah orang pun tidak masalah karena ia tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.

Tama bangun dari kursinya dan datang menghampiri Kirana.

"Putri, itu kah kau?", tanya Tama.

"Kalau ia memang kenapa? sudah ku bilang aku tak sudi melihat wajahmu", kata Kirana.

Tama meminta maaf kepada Kirana meskipun Kirana tidak mau memaafkannya. Tama memanggil teman - temannya untuk bergabung bersama dengan Kirana.

Devan dan Ara ikut bergabung di meja Kirana. Mereka berdua langsung heboh setelah tau Kirana ada disana.

"Ya, duduklah kalian", kata Kirana.

"Ngomong - ngomong putri kok tumben ke Jakarta?", tanya Tama.

"Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh ke Jakarta? Aku sedang mencari gedung untuk festival sihir", kata Kirana.

Mendengar percakapan Kirana dan Tama, membuat Devan dan Ara ikut antusias. Ara menyarankan Kirana untuk menggelar festival itu di gedung ICE BSD sementara Devan menyarankan Kirana untuk memilih gedung JCC.

"Ah, JCC udah jadul van, sekarang orang - orang kaya ada nya di BSD", kata Ara.

"Tetep gak kece, JCC lebih ngehitz dari ICE", sahut Devan.

Sedangkan Tama menyarankan Festival itu diadakan di area terbuka. Menurut Tama, Festival akan menjadi sangat seru jika diadakan di area terbuka.

"Nah, bagaimana kalau di pantai anyer saja Putri", kata Tama.

"Betul juga tuh, udah lama anyer sepi pengunjung. Kita bisa bantu pemasukan daerah dan pedagang kaki lima", kata Devan.

"Ara juga punya kenalan beberapa manajer hotel, kita bisa sewa pantai di area hotel", lanjut Ara.

"Wah, bagus sekali anak - anak, kalo gitu aku tunjuk Devan sebagai manajer acara, dan Ara bagian akomodasi", kata Kirana.

Tama terdiam ketika namanya tidak disebut. Ia bertanya - tanya dalam hatinya, apakah Kirana benar - benar marah padanya.

"Putri, aku jadi apa nya dong?", tanya Tama.

"Festival ini akan diadakan di bulan purnama, kau mana bisa diganggu saat bulan purnama", jawab Kirana.

"Benar juga, itu hari liburku", kata Tama.

Tidak terasa mereka sudah menghabiskan makanan dan juga sudah puas mengobrol, akhirnya mereka pun meninggalkan restoran itu. Devan akan mengantar Ara ke kosannya, sementara itu Tama ikut pulang ke Villa bersama Kirana.

Di dalam perjalanan menuju Villa, suasana terasa canggung karena Kirana terus terdiam sambil menyetir. Tama sempat menawarkan diri untuk menyetir tetapi Kirana menolaknya.

"Putri, masih marah ya?", tanya Tama.

"Kau pikir?"

Tama bertanya bagaimana caranya agar Kirana dapat memaafkannya, karena Tama sungguh merasa tidak enak. Akhirnya Tama menawarkan diri untuk ikut membantu Kirana di Festival sihir. Ia tidak akan ke Jakarta hari itu demi membantu Kirana.

"Yang benar? Apa kau rela kehilangan waktu berduaan dengan pacarmu?", tanya Kirana.

"Benar, lagi pula aku bisa ajak Nadia dan meminta Nadia untuk mengajak teman - temannya untuk meramaikan acara", kata Tama.

"Hmmmm.. ok kalau gitu"

Akhirnya Tama bisa melihat Kirana tersenyum hari ini.