3 Jam yang lalu.
Nadia dan Dewi mendapatkan tugas pergi ke bank untuk mengurus akun bank milik perusahaan tempat mereka bekerja. Tidak disangka saat Nadia keluar dari bank dan hendak berjalan menuju halte bus, ia tertabrak oleh seorang pengendara motor yang sedang melaju dengan kencangnya hingga akhirnya Nadia terlempar ke trotoar jalan. Kepala Nadia terbentur trotoar, lalu mengeluarkan banyak darah. Nadia pun kini tidak sadarkan diri.
Pada saat kecelakaan terjadi, Dewi berjalan di belakang Nadia sambil memasukan beberapa dokumen ke tasnya. Setelah selesai, ia melihat keramaian di depannya.
"Apa yang terjadi?", tanya Dewi kepada seorang ojek yang sedang mangkal.
"Ada kecelakaan non, wanita ditabrak motor".
"Ya ampun, apa luka nya parah pak?"
"Kurang tau non, ayo kita lihat".
Mobil ambulan baru saja tiba, Dewi melihat korban tersebut memiliki wajah mirip Nadia. Dewi mencari Nadia disekitarnya namun Nadia tidak kelihatan. "Jangan - jangan, itu Nadia".
Dewi menerobos keramaian untuk mendekat pada korban tabrak lari itu. Nadia sedang dinaikkan ke tandu untuk dibawa masuk ke dalam ambulan. Dewi berteriak dan mengatakan bahwa ia mengenal korban dan akan ikut ke rumah sakit untuk mendampingi korban. Kepala Perawat yang berada di dalam ambulan pun mengizinkan Dewi untuk masuk ke dalam ambulan.
Saat ini Nadia berada di ambang kematian. Roh nya pergi ke suatu tempat seperti sebuah ladang bunga dengan sinar rembulan yang begitu indah. Meski saat Nadia mengalami kecelakaan matahari masih terlihat cerah, kini yang ia temui adalah sebuah malam sunyi.
"Apakah aku sedang bermimpi?", kata Nadia.
Lalu seorang pria tua datang menemuinya. Dia berjalan mendekat ke arah Nadia. Nadia perlahan berjalan mundur. Ia merasa takut dengan pria tua itu.
"Jangan takut anakku, aku adalah pemilik alam ini, yang akan memutuskan apakah kau harus tinggal atau kembali ke dunia mu, bisa dibilang aku adalah penjaga pintu alam baka".
"Lalu apa yang anda inginkan?", tanya Nadia.
"Aku hanya ingin bertanya, apa kau masih ingin hidup? Atau kau ingin mati?"
"Tentu saja aku ingin hidup, aku masih muda dan belum menikah, aku ingin menikah dengan Tama dan memiliki banyak anak", jawab Nadia.
Penjaga pintu alam baka pun tersenyum sambil memegang tanaman bunga yang ada di sampingnya.
"Kau sungguh memprihatinkan anak ku, apakah kau akan bahagia jika kau memilih untuk tetap hidup?"
"Tentu saja".
"Berjanjilah padaku, apapun yang akan terjadi nanti, kau tak akan menyesali hidupmu".
"A.. A... Aku berjanji".
****
Mobil Ambulan sudah tiba di rumah sakit, Nadia langsung di bawa ke UGD untuk mendapatkan perawatan. Dewi menunggu di depan ruangan dengan cemas. Wajahnya dipenuhi air mata yang terus berjatuhan.
"Nadia, kamu kuat kamu pasti bisa bertahan".
Tidak lama kemudian, Dokter keluar dari UGD dan memberitahu Dewi bahwa Nadia telah sadarkan diri. Namun saat ini Nadia masih membutuhkan perawatan intensif sehingga Dokter melarangnya untuk masuk dan menemui Nadia.
Dewi memeriksa tas Nadia, lalu ia melihat hand phone Nadia, disana ada foto Nadia bersama Tama. Dewi pun berinisiatif untuk menelpon Tama dan memberitahu Tama bahwa Nadia mengalami kecelakaan. Tama mengatakan bahwa dia akan segera datang.
2 jam kemudian, Tama tiba di rumah sakit. Ia langsung menemui Dewi menanyakan kabar Nadia.
"Apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Nadia?", tanya Tama kepada Dewi.
"Nadia sudah sadar, tapi masih perlu perawatan dari dokter, jika sudah selesai akan dipindahkan ke ruang rawat inap", jawab Dewi.
Melihat Tama yang begitu khawatir setelah tau bahwa Nadia mengalami kecelakaan, menepis praduga Dewi selama ini. Awalnya ia berpikir bahwa Tama adalah pria yang jahat dan tidak memperdulikan Nadia karena Tama sering menghilang tanpa kabar, tetapi ternyata Tama sangat perduli dengan Nadia.
Nadia sudah selesai menjalani perawatan. Kini ia akan dipindahkan ke ruang rawat jalan. Saat Nadia dibawa keluar dari UGD, Tama mendekatinya lalu menggenggam tangannya. Nadia tersenyum bahagia karena ia merasa beruntung masih bisa hidup dan melihat Tama.
Saat Tama mendampingi Nadia yang sedang dibawa menuju ruang rawat jalan, tak disangka ada Kirana yang sedang mengamati mereka. Kirana harus mengakui bahwa Tama memang begitu mencintai Nadia.
"Sudah terlihat jelas di wajah mereka bahwa mereka saling mencintai, lalu apa yang harus aku perdulikan. Buang - buang waktu saja", kata Kirana.
Namun sejatinya rasa penasaran Kirana belum berakhir. Ia mengikuti Tama dan Dewi ke ruangan rawat inap Nadia. Dewi mengatakan pada Tama bahwa ia akan ke kantor dan melapor pada bos nya. Dewi meminta Tama untuk menjaga Nadia sampai orang tuanya datang.
"Terima kasih ya dew", kata Nadia.
"Kamu tenang saja, aku pasti disini jagain Nadia", kata Tama.
Dewi keluar dari ruangan Nadia. Ia berpapasan dengan wanita yang berpakaian nyentrik. Dia adalah Kirana. Namun karena Dewi tidak kenal dengan Kirana, ia tidak memperdulikannya.
"Siapa ya? Dari gaya berpakaiannya seperti artis", kata Dewi.
Dewi melanjutkan perjalanannya, sementara Kirana menghentikan langkahnya di depan pintu kamar rawat Nadia. Ia membuka pintu sedikit dengan kekuatan sihirnya, lalu ia mengintip dari luar.
Kirana melihat Tama yang sedang membelai wajah Nadia. Kemudian Nadia memegang tangan Tama. Sungguh adegan romantis ini membuat mood Kirana semakin memburuk. Kirana merasa kesal lalu ia segera berjalan menjauh dari ruangan.
Saat berjalan dengan cepat, tidak sengaja Kirana menabrak tubuh seorang pria tampan. Dia adalah Erick. Produser di salah satu stasiun televisi yang merupakan bos nya Devan. Namun Kirana tidak sempat melihat wajah Erick. Karena Kirana berjalan sambil menunduk.
"Maaf, tidak sengaja", kata Kirana.
"Tidak apa - apa nona", kata Erick.
Saat Kirana berjalan meninggalkan Erick, Erick menoleh ke belakang untuk melihat wanita yang baru saja menabraknya.
"Sepertinya, saya pernah melihat wanita itu, tapi dimana ya? Ah, sudah lah, tidak penting", kata Erick.
Jadi, pada hari itu, Erick pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Ibu nya sudah lama sakit parah. Ia menginginkan Erick untuk segera menikah, namun Erick mengatakan bahwa ia belum menemukan wanita impiannya. Erick tidak bisa menikahi wanita dengan asal pilih. Namun sebetulnya Erick telah memantapkan diri untuk melajang seumur hidup demi merawat ibunya.
"Mama doakan kamu segera menemukan wanita yang kau cari itu", kata Mama Erick.
"Terima kasih mah, mohon mama sabar dan segeralah sembuh", kata Erick.
***
Hari mulai gelap, Kirana sudah sampai di Villa Putri. Ia tidak masuk ke kamarnya. Ia pergi ke makam Jendral John Willem. Ia menaruh bunga dan membakar dupa, lalu ia memanjatkan doa.
"Hai John, Bagaimana kabarmu? Apakah kau bahagia di alam baka? Ataukah kau telah terlahir kembali? Taukah kamu bahwa aku telah lama menunggumu? Meski aku tidak mengerti apa yang ada di hatiku, aku percaya bahwa kau layak untuk kutunggu. Jika kau telah terlahir kembali, segeralah temui aku", ucap Kirana.
Kirana mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Jendral John Willem sambil meneteskan air matanya. Selama ini Kirana memang terlihat sangat kuat, namun sejatinya dia tiada beda dengan wanita lainnya, hatinya mudah rapuh jika harapannya tidak sesuai dengan kenyataan.