Devan duduk didalam ruang kerja produser yang bernama Erick. Ia merasa khawatir karena ia diminta untuk datang keruangannya secara tiba - tiba. Apakah ada hal yang salah yang telah ia lakukan, ataukah ia dipanggil untuk menerima sebuah tugas dari produser itu. Devan sungguh kebingungan.
Jantungnya terus bedegup kencang. Keringatnya sedikit bercucuran. Ia dihantui rasa takut karena wajah Erick nampak seperti sedang marah padanya. Devan sesungguhnya takut dipecat karena ia baru saja bekerja beberapa hari.
Devan sudah menunggu selama 15 menit namun Erick belum juga masuk ke ruangan itu. Suara ketukan pintu terdengar dari luar. Devan menoleh perlahan, dan ternyata yang masuk adalah OB yang hendak menawarkan minum untuk Devan.
"Mau minum apa mas?", tanya si OB.
"Air putih aja deh"
"Baik"
Devan masih menunggu Erick. Tidak lama kemudian Erick masuk bersamaan dengan OB yang datang membawa minuman. Setelah meletakan minuman untuk Devan dan Erick, OB itu segera pergi keluar ruangan. Sementara suasana di dalam ruangan menjadi sunyi. Akhirnya, Erick memulai membuka pembicaraan.
"Apa kau tidak tahu jika karyawan dilarang berpacaran pada saat jam kerja?", tanya Erick.
"Hah, pacaran di jam kerja?", Devan kebingungan dengan pertanyaan Erick.
Lalu Erick menjelaskan kesalahan yang dilakukan oleh Devan hari itu adalah karena Devan mengajak pacar ke dalam ruang meeting dan berpacaran di jam kerja.
"Oh, itu.. itu bukan pacar saya pak, itu Kirana", tegas Devan.
"Kirana? Siapa dia? Selebgram?", tanya Erick.
"Bukan pak, Kirana itu narasumber saya. Jadi saya mau buat sebuah video yang menceritakan tentang siluman ular, karena itu saya memerlukan narasumber untuk tau lebih banyak tentang siluman", jelas Devan.
Erick memegang dagunya sambil berfikir sepertinya ide yang dikemukakan Devan mengenai siluman ular adalah ide yang cemerlang.
"Tapi kenapa narasumbernya Kirana? Apakah dia siluman ular?", tanya Erick sambil setengah meledek.
"Betul pak", jawab Devan dengan semangat.
"Hah? Really? Kirana siluman ular?"
"Eh, bukan pak, bukan. Maksud saya Kirana pernah melihat siluman ular, bukan dia siluman ularnya"
"Oh begitu, masuk akal juga", kata Erick.
Karena kesalahpahaman hari itu, Erick pun meminta maaf pada Devan. Ia mengatakan bahwa ia telah berprasangka terlalu jauh setelah melihat Devan membawa seorang wanita ke ruang meeting. Setelah permasalahan selesai, Erick mempersilahkan Devan untuk kembali ke meja kerjanya.
Kirana baru saja tiba di Villa. Wajahnya terlihat bersinar seperti sedang bahagia. Ia sangat ramah menyapa Limbur dan Denok tidak seperti biasanya. Tama mengintip dari balik pohon.
"Sepertinya putri nampak bahagia sekali"
Tama kembali bekerja. Ia menyapu halaman Villa disekitaran kolam. Tiba - tiba Tama memandangi kolam kutukan itu. Sempat terlintas dipikiran Tama apakah dia harus melompat untuk menjadi siluman ular juga?
"Dih, Apaan sih lo Tam! kenapa gue jadi begini ya"
Tama berpikir bahwa ada baiknya untuk menemui Devan dan menanyakan tentang keseriusan Devan dengan Kirana. Dengan begitu Tama akan lebih tenang, setidaknya dia harus memastikan bahwa Devan tidak akan melukai hati Kirana.
Tama sudah menyelesaikan pekerjaannya. Lalu ia bersiap untuk pergi menemui Devan. Sebelum ia pergi ke kantor Devan, ia ingin melihat Kirana terlebih dahulu, dan ia pun akhirnya menuju kamar Kirana. Tama mengintip Kirana yang kebetulan Kamarnya terbuka. Ia melihat kirana sedang tertawa sambil menatap layar handphone.
"Duh asyik sekali dia, punya handphone magic yang anti air", Kata Tama yang sedang bergumam sendiri.
Tama meninggalkan kamar Kirana, dan Kirana pun tersadar bahwa ia telah di intip oleh Tama. Ia pun langsung berdiri dan berjalan menuju pintu kamarnya, lalu menutupnya dengan rapat.
Tama sudah keluar dari Villa, ia hendak menuju kosan Devan. Ia pun menumpang sebuah mobil yang dikendarai manusia yang tak dikenalnya. Karena Tama sedang galau, ia tidak memperhatikan jalan. Akhirnya ia pun tersesat di sebuah jalan yang entah dimana. Ia pun turun dari mobil untuk melihat - lihat sekitar, dan mobil manusia yang ia tumpangi sudah jauh meninggalkannya.
Ada seorang nenek yang sedang berjalan di pinggir jalan sambil melihat ke arahnya. Sepertinya nenek itu manusia yang indigo sehingga bisa melihat hantu. Tama berfikir bahwa ini kesempatannya untuk bertanya jalan menuju ke kosan Devan. Tama jalan menghampiri nenek itu.
"Permisi nek, saya mau tanya, kalau mau ke Jl. Sejahtera 1 mesti ke arah mana ya", tanya Tama.
"Silahkan anda kesebelah sana"
"Baik, terima kasih ya nek".
Tama bergegas menuju arah yang ditunjukkan oleh nenek itu. Tetapi nenek itu memegangi tangannya untuk menghentikannya sejenak.
"Sepertinya kau belum lama meninggal?"
"Ya, benar. Saya baru meninggal tahun ini"
Nenek itu mengatakan jika Tama membutuhkan hand phone hantu, ia kenal dengan seseorang yang menjualnya. Tapi seseorang itu tinggal di alam akhirat.
"Dia adalah penjaga pintu dunia akhirhat, anda bisa menuju alam akhirat dengan mengikuti cahaya tenggelamnya matahari. Hanya seorang arwah yang bisa melihat pintu alam akhirat"
Tama sangat kegirangan ketika mendengar informasi dari nenek itu.
"Wah terima kasih ya nek, aku memang membutuhkan hand phone hantu, untuk berkomunikasi dengan kekasihku".
"Ya, silahkan pergi temui temanmu dulu".
Devan pun berjalan meninggalkan nenek itu. Tiba - tiba ia menghentikan langkahnya. Ia terngiang - ngiang dengan perkataan si nenek. "Silahkan temui temanmu dulu", padahal Tama hanya bertanya padanya mengenai arah jalan, tetapi tidak menyebutkan bahwa ia hendak pergi ke rumah temannya.
"Sepertinya nenek itu adalah nenek sakti", kata Tama dalam hati.
Hari mulai gelap, Tama sudah sampai di kosan Devan. Ia pun sudah berubah menjadi manusia sehingga bisa dilihat oleh tetangga kos Devan. Devan yang baru saja turun dari mobilnya di datangi oleh teman kosan nya.
"Mas Devan, itu ada tamunya cowok. Karena dia sudah nunggu lama jadi saya persilahkan menunggu di tempat saya", kata mba - mba tetangga kos Devan.
"Hah siapa itu, udah lama aku gak punya teman cowok yang manusia"
Devan langsung pergi ke tempat mba itu untuk menemui tamunya, sementara mba tetangga kosan Devan heran mendengar pertanyaan Devan.
"Sudah lama tidak punya teman cowok manusia? Lho itu yang di kos ku siapa? Waduh, jadi merinding".
Mba - mba itu pun mengunci pintu kamar kos nya rapat - rapat setelah Tama pindah ke kamar kos Devan. Sebetulnya rumah kos yang ditempati Devan sama seperti mini apartemen yang lengkap dengan ruang tamu, dapur, dan kamar yang berjumlah 4 lantai. 1 lantai terdiri dari 2 penyewa kos. Sehingga tetangga kosan Devan yang selantai dengan nya, menempatkan Tama sebelumnya di ruang tamu kamar kosnya.
Devan mengajak tama untuk duduk di ruang tamunya.
"Kenapa bro datang kemari, mau nangkap hantu lagi?", tanya Devan.
"Gue serius nih bro, lho sama putri jadian ya?", tanya Tama.
"Hmmm.. kasih tau gak eaaa"
"Bro, lu kok alay sih"
"Hmmm... Kirana emang cantik sih sayang kalo jomblo!", kata Devan.
"SETAANN!!"
Tama menggebrak meja karena emosi setelah mendengar jawaban Devan.