Sepulang dari kediaman orang tuanya, Ganjar mengajak kedua istrinya untuk berjalan-jalan ke kota sembari melakukan pemeriksaan terhadap kandungan Aisyah, Rara merasa bahagia karena hari itu diberi kesempatan untuk ikut bersama Aisyah dan suaminya. "Aku mau membelikan pakaian bayi untuk Teteh, boleh kan?" tanya Rara memandang wajah Aisyah.
"Hus, masih dua bulan lagi. Nanti saja kalau sudah dekat!" timpal Ganjar.
"Lah, memangnya kenapa, A?" tanya Rara mengarah kepada suaminya.
"Tradisi yang ada di kampung kita melarangnya. Nanti saja kalau sudah dekat, kita harus menghargai tradisi. Meskipun itu termasuk tahayul?" Ganjar menerangkan penuh kelembutan. "Memang itu semua tidak ada kaitannya dengan aturan agam, namun kita hanya menghargai para orang tua kita terdahulu," sambung Ganjar lirih.
"Oh, ya sudah. Tapi ingat, harus aku yang membelikannya!" kata Rara sembari mengelus-elus perut Aisyah yang sudah tampak membesar itu.
Ganjar hanya tersenyum, kemudian bangkit dan berkata lirih kepada kedua istrinya itu, "Kalian tunggu di sini dulu!"
"Mau ke mana, A?" tanya Aisyah penasaran menatap wajah suaminya.
"Aa mau ke toko pupuk dulu, hanya sebentar," jawab Ganjar.
"Oh, ya sudah hati-hati, A!" ucap Aisyah.
Ganjar hanya tersenyum dan berlalu dari hadapan kedua istrinya. Ganjar saat itu hendak menuju ke toko Prima Tani yang merupakan langganannya dalam pengadaan pupuk dan obat-obatan hama untuk perkebunannya.
Dalam perjalanan menuju ke toko tersebut, berkali-kali Ganjar hampir menabrak mobil yang ada di depannya. Ganjar tampak tidak fokus dalam mengemudikan mobilnya. "Astaghfirullahal'adzim," ucap Ganjar merasa kaget ketika mobil yang ia kemudikan hampir menabrak sebuah mobil angkot yang tiba-tiba menyalip mobilnya.
Di saat yang bersamaan ada sebuah mobil truk berukuran besar melaju kencang dari arah berlawanan, Ganjar tampak kaget dan langsung mengarahkan stir mobilnya ke sebelah kiri untuk menghindari tabrakan dengan mobil truk tersebut. Namun naas, nasib malang menimpa Ganjar. Mobilnya mengalami rem blong secara tiba-tiba, sehingga Ganjar tidak bisa mengendalikan arah mobilnya dan langsung bertabrakan dengan sebuah mobil bus angkutan umum yang melaju cepat di jalur satu. "Astaghfirullahal'adzim, teriak Ganjar.
Mobil yang dikemudikannya tergelincir terkena hantaman bus besar itu hingga terjungkal dan berguling-guling beberapa meter dalam kondisi mobil tersebut terbalik.
"Allahu Akbar," ucap Ganjar dengan kepala dan wajah bersimbah darah.
Ganjar pun terkulai lemah tak sadarkan diri dalam posisi terjepit di dalam mobil tersebut yang sudah tampak penyok dan mengalami kerusakan parah.
Orang-orang yang ada di sekitar tempat tersebut langsung beramai-ramai mengevakuasi Ganjar untuk keluar dari dalam mobilnya. Kebetulan saat itu ada beberapa anggota kepolisian yang sedang bertugas di sebuah pos keamanan lalu lintas yang ada di bahu jalan dekat dengan lokasi kecelakaan tersebut.
Tubuh Ganjar berhasil dikeluarkan dari dalam mobilnya dan langsung dibawa oleh sebuah mobil ambulan dari salah satu rumah sakit terdekat dari lokasi kecelakaan tersebut. Pihak kepolisian pun mengamankan barang-barang berharga yang ada di dalam mobil Ganjar, laptop, ponsel dan dompet milik Ganjar sudah sepenuhnya diamankan oleh salah seorang anggota kepolisian itu.
Di restoran, Aisyah dan Rara tampak cemas dan khawatir, sudah hampir satu jam suaminya tak kunjung datang. "Coba Teteh telpon!" saran Rara dengan raut wajah cemas.
"Iya, Ra." Aisyah langsung meraih ponsel dari dalam tas.
Dengan dipenuhi kekhawatiran yang sangat tinggi Aisyah langsung menghubungi nomor kontak suaminya. Namun yang mengangkat panggilan tersebut bukanlah Ganjar melainkan seorang anggota kepolisian yamg langsung memberitahukan Aisyah tentang kondisi Ganjar yang saat itu sudah berada di salah satu rumah sakit yang tidak jauh dari tempat tersebut, anggota kepolisian tersebut mengabarkan kondisi Ganjar sedang dalam keadaan kritis.
"Iya, Pak. Terima kasih banyak, saya akan segera ke sana," pungkas Aisyah panik.
"Ada apa, Teh?" Rara tampak cemas memandang wajah Aisyah tajam.
"Kita harus ke rumah sakit sekarang!" ajak Aisyah tanpa menjelaskan tentang kondisi Ganjar kepada Rara.
Rara pun tidak terlalu banyak tanya ia langsung mengikuti Aisyah menuju ke rumah sakit yang jaraknya tidak jauh dari tempat tersebut. Untuk menuju ke rumah sakit, Aisyah dan Rara hanya menggunakan angkutan umum, dalam perjalanan Aisyah langsung menelpon Haji Syarif mengabarkan kejadian yang menimpa suaminya dan meminta paman suaminya itu segera memberitahukan hal itu kepada Pak Edi dan Bu Ratna.
"Iya, Neng. Nanti Paman langsung ke rumah mertua kamu," jawab Haji Syarif di sela perbincangannya dengan Aisyah.
Setelah berbicara dengan Aisyah melalui panggilan ponsel, Haji Syarif bergegas berangkat menuju kediaman kakaknya untuk mengabarkan kejadian naas yang menimpa keponakannya itu.
"Stop di sini, Kang!" Rara meminta kepada supir angkutan kota itu, untuk berhenti tepat di depan rumah sakit yang ada di kota tersebut.
"Iya, Neng." Pengemudi angkot itu langsung menepi ke bahu jalan dan menghentikan laju mobilnya.
Aisyah dan Rara langsung turun dari mobil tersebut, setelah membayar ongkos, Rara langsung menggandeng tangan Aisyah melangkah masuk ke dalam rumah sakit itu, yang merupakan tempat dirawatnya Ganjar.
Setibanya di dalam, Rara langsung menghubungi bagian pusat informasi di rumah sakit itu, dan ia pun mendapatkan informasi bahwa Ganjar saat itu sudah berada di ruang ICU, Rara dan Aisyah untuk sementara tidak diperkenankan melihat kondisi Ganjar yang masih dalam keadaan koma.
Aisyah dan Rara hanya duduk dalam kecemasan dan dipenuhi rasa kekhawatiran terhadap suami mereka yang masih dalam kondisi kritis di ruang ICU.
Selang beberapa menit kemudian, Haji Syarif beserta kedua orang tua Ganjar dan juga kedua orang tua Rara sudah tiba di rumah sakit. Dan beberapa saat setelah itu, hadir juga Pak Danu, Haikal dan beberapa orang kerabat serta tetangga dekat Ganjar sudah berdatangan. Mereka turut simpati dan merasa terpukul dengan kejadian yang menimpa Ganjar, yang mereka anggap sebagai orang yang paling baik dan bijaksana itu. Terlontar doa-doa yang terbaik dari mereka yang hadir untuk kesembuhan Ganjar yang dalam keadaan koma itu.
Ganjar mengalami luka parah di bagian kaki akibat terjepit mobil yang ia kemudian serta mengalami pendarahan serius dari bagian kepala.
"Ya Allah, Ya Rabb, tunjukkan keajaiban-Mu untuk kesembuhan suami hamba," ucap Aisyah dalam hati dengan berlinang air mata.
Begitupun dengan Rara, ia tampak bersedih dan merasakan kedukaan yang sangat mendalam dan khawatir akan kondisi suaminya itu.
"Paman harap, kalian bersabar dan berserah diri kepada Allah. Panjatkanlah doa yang terbaik untuk suami kalian!" ujar Haji Syarif menasehati dan memberikan saran untuk kedua istri keponakannya itu. "Kalian harus pasrah karena ini merupakan bagian dari ujian untuk kehidupan kalian bersama Ganjar!" sambungnya lirih.
***
Musibah pasti akan singgah dalam perjalanan hidup manusia untuk menguji kesabaran. Dengan adanya musibah itu, Allah mengingatkan hamba-Nya agar kembali mengingatnya, bagi hamba yang taat itu adalah sebuah ujian yang harus dilewatinya. Perlu diingat, musibah yang menimpa manusia, semuanya adalah atas kehendak Allah SWT.
Musibah berasal dari kata bahasa Arab "ashaba" yang artinya mengenai, menimpa, atau membinasakan. Musibah menurut Al-Qur'an adalah bentuk ujian dan teguran dari Allah SWT, berupa hal baik maupun buruk, seperti kelaparan, kematian, kekurangan harta, dan lain sebagainya.
Di jelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur'an tentang musibah tersebut, sebagaimana yang tertuang dalam surat As Syura ayat 30
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Artinya: "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allâh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."
Surat An Nisa ayat 79
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
Artinya: "Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allâh, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri."
Surat At Taghabun ayat 11
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."