Di persimpangan jalan desa yang mengarah ke kediamannya, mobil Aisyah dihadang oleh mobil sedan putih. Yang secara tiba-tiba, menyalip mobil yang dikemudikan Aisyah. "Ya Allah, mobil siapa sih itu?" gerutu Aisyah merasa jengkel. "Tid, tid, tid," dengan kesalnya Aisyah membunyikan klakson mobilnya berulang kali.
Kemudian kaca mobil tersebut terbuka, tampak seorang gadis cantik yang mengemudikan mobil tersebut, tersenyum menatap wajah Aisyah dan ia melambaikan tangan ke arah Aisyah. "Rara, aku kira siapa," bisik Aisyah lirih.
Aisyah langsung menepikan mobil di bahu jalan itu, kemudian ia keluar dan melangkah menghampiri mobil yang dikemudikan Rara. "Rara, aku kira siapa?" sapa Aisyah tersenyum menatap wajah sahabatnya itu.
"Maaf ya, Ay. Aku mengagetkan kamu," jawab Rara lirih sembari membalas senyum ke arah Aisyah.
"Kamu mau ke mana, Ra?" Aisyah kembali bertanya.
"Aku mau ke rumah Ganjar," jawab Rara berusaha memanas-manasi Aisyah.
Namun, Aisyah tidak mengindahkan ucapan sahabatnya itu. "Oh, ya sudah. Aku duluan yah, aku mau ke pesantren," pungkas Aisyah berlalu dari hadapan Rara.
Rara pun langsung melajukan mobilnya ke arah selatan yang mengarah ke kediaman Ganjar. "Pasti Aisyah telpon Ganjar dan marah-marah, kemudian mereka bertengkar dan Aisyah minta putus, hahaha," ucap Rara tertawa lepas.
Apa yang dipikirkan oleh Rara, ternyata sangat bertolak belakang dengan sikap Aisyah yang saat itu tetap bersikap biasa-biasa saja dan tidak terlalu ambil pusing terhadap ucapan sahabatnya itu. Sejatinya, Aisyah sudah mengetahui perasaan Rara terhadap Ganjar. Aisyah tahu semuanya dari Tika yang sudah memberitahu dirinya, kalau Rara itu akan berusaha untuk menghancurkan hubungannya dengan Ganjar.
"Semoga Rara tidak seburuk yang dibicarakan oleh Tika," ucap Aisyah menghela nafas panjang.
Aisyah berpikir persahabatannya dengan Rara sudah terjalin lama dan ia tidak ingin kalau semuanya hancur gara-gara hal seperti itu. "Rara adalah sahabatku dan sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri. Semoga Allah, tetap menyatukanku dengan Rara dalam ikatan persaudaraan yang kuat." Aisyah sangat berharap antara dirinya dan Rara tidak terjadi konflik dan kesalahpahaman yang akan menghancurkan tali persahabatan mereka.
***
Setibanya di pondok pesantren tempat Aisyah mengajar, keluar dari mobil ia langsung disambut hangat oleh para santriawati yang saat itu sudah menunggunya. "Assalamu'alaikum," ucap Aisyah lirih.
Para santriawati tersebut, menjawab serentak ucapan salam dari Aisyah. "Wa'alaikum salam."
Kemudian, para santriawati itu menyalami Aisyah satu persatu. Setelah itu, Aisyah mulai mengajar para santriawati yang berada di asrama putri pondok pesantren itu. Materi belajar hari itu adalah tentang persaudaraan, Aisyah menjelaskan tentang pentingnya memelihara tali persaudaraan terhadap sesama Muslim.
Hingga pada akhirnya ada di antara salah satu santriawati yang mengajukan pertanyaan kepada Aisyah.
"Maaf Ustadzah, boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya santriawati tersebut, tampak polos dan lucu.
"Iya, Nak. Silahkan!" jawab Aisyah tersenyum.
"Apakah sesama Muslim kita tetap saudara, meskipun orang itu mendzalimi kita?" tanya gadis mungil itu dengan suara terpotong-potong.
"Kalian simak baik-baik. Di sini ada beberapa hadits yang menerangkan pentingnya menjalin tali persaudaraan dan wajibnya menghindari permusuhan kalian perhatikan dan dengar baik-baik!" jawab Aisyah.
Kemudian Aisyah langsung membacakan beberapa hadits yang berkaitan dengan persaudaraan.
"Hadits pertama mengenai persaudaraan dan larangan untuk saling mendzalimi, meremehkan dan menyakiti. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abdullah bin Umar, dia berkata Nabi Saw bersabda;
اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ اَلتَّقْوَى هَهُنَا يُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ : بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak boleh mendzaliminya, merendahkannya dan tidak pula meremehkannya. Takwa adalah di sini-beliau menunjuk dadanya sampai tiga kali. Cukuplah seseorang dikatakan buruk bila meremehkan saudaranya sesama muslim. Seorang muslim terhadap muslim lainnya adalah haram darahnya, kehormatannya dan hartanya.
Hadits kedua mengenai persaudaraan dan kewajiban membantu sesama muslim yang lain. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Umar, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;
الْمُسْلِمُ أَخُوالْمُسْلِمِ ، لَا يَظْلِمُهُ ، وَلاَ يُسْلِمُهُ . وَمَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً ، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَمُسْلِمًا ، سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak boleh mendzaliminya dan tidak membiarkan dianiaya orang lain. Dan siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya. Dan siapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari kiamat. Dan siapa yang menutupi keburukan seorang muslim, maka Allah akan menutupinya di hari kiamat.
Hadits ketiga mengenai persaudaraan dan larangan saling bermusuhan dan saling dengki. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;
لاَتَقَا طَعُوا وَلاَتَدَا بَرُوا وَلَاتَبَا غَضُوا وَلاَتَحَا سَدُوا ، وَكُونُواعِبَادَ اللهِ إخْوَانًا ، وَلاَيَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أنْ يَهْجُرَ أخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ
Kalian jangan saling memutus hubungan, jangan saling membenci, jangan saling mendengki, dan hendaknya kalian menjadi hamba Allah yang saling bersaudara. Dan tidak halal bagi seorang muslim memusuhi saudaranya melebihi tiga hari.
Hadits keempat mengenai persatuan. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Musa, dari Nabi Saw, beliau bersabda;
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشبك أصابعه
Sesungguhnya orang mukmin yang satu dengan yang lain seperti bangunan. Yang sebagian menguatkan sebagian yang lain. Dan Nabi Saw menggabungkan jari-jari tangannya.
Hadits kelima mengenai larangan saling bermusuhan dan anjuran untuk saling mengucapkan salam dan sapa. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari Abu Ayyub, bahwa Nabi Saw bersabda;
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ, فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا وَخَيْرُهُمَا اَلَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ
Tidak halal bagi seorang muslim memusuhi saudaranya lebih dari tiga hari. Jika keduanya bertemu, maka yang seorang berpaling ke sana dan yang seorang lagi berpaling ke sini. Tetapi yang paling baik di antara keduanya adalah adalah yang memulai mengucapkan salam terlebih dahulu," tutur Aisyah menerangkan secara detail di hadapan para santriawatinya.
"Kalian mengerti dan memahaminya, kan?" tanya Aisyah meluruskan pandangan ke wajah para anak didiknya itu.
"Faham, Ustadzah," jawab para santriawati tersebut secara bersamaan.
"Ditulis tidak?" tanya Aisyah lagi.
"Tidak," jawab anak didiknya itu.
Kemudian, Aisyah meminta anak didiknya untuk menulis hadits-hadits yang sudah ia terangkan dan sudah ia tulis di papan bor yang ada di ruang kelas pondok pesantren tersebut.
Para santriawati itu pun, mematuhi perintah Aisyah. Mereka langsung mengerjakan apa yang ditugaskan oleh Aisyah. Aisyah merasa bangga dengan perkembangan para santriawati tersebut, yang semakin hari semakin cerdas.
"Ya Allah, Ya Rabb. Semoga mereka jadi generasi yang baik dan saleha," ucap Aisyah dalam hati.