Aku benar-benar sangat heran melihat tingkah lakunya. Aku gak bisa bayangin punya istri kayak begini. Astaga! Jangan sampai aku mendapatkan yang begini. Bisa mati kaku aku.
"Kenapa! Kenapa Mas?! Kamu gak ajak sekalian saja teman kita satu kantor!! Biar heboh sekalian! Biar rame serame-ramenya!!!Kesel banget aku sama kamu, Mas!!!" Rika terlihat ngos-ngosan. Dia diam dan menutup matanya sambil bersendekap tangan.
Gila banget! Aku kena umpat gadis bau kencur gara-gara hal yang aku sendiri tak tahu dimana letak kesalahanku. Itu kan kesalahan dari kamu sendiri deh kayaknya Rik, perasaan dan hatimu yang terlalu berlebihan. Siapa juga yang janji ajak kamu? Siapa yang minta berduaan sama kamu? ngaco nih anak. Sekarang aku yang kena damprat. Gila bener. Mimpi apa nih aku. Niat ke Jogja yang bertabur kasih dan manja ke orang tua bakal pupus digulung ombak kegilaan yang entahlah ....
"Eh Rik, memang aku gak cuma ajak Bobby, aku juga ngajak teman sekantor kok," aku colek lengannya yang masih bersendekap itu.
Dia melototkan mata dan menoleh secepat kereta ke wajahku.
"Apa Mas? Teman sekantor juga ikut ke Jogja?!" cengirnya makin terkaget.
"Iya, tuh semua disana." Aku mengarahkan jari telunjukku bergerak perlahan dan menunjuk ke sebuah lokasi yang tak jauh dari kami. Disana telah berada sebuah Bus Kota berwarna hijau. Dan berjajar berbaris-baris rapi menggerombol di samping Bus itu. Sementara tatapan Rika turut mengikuti gerak telunjukku. Dan matanya melotot makin tampak hendak keluar melihat kerumunan teman-teman kerja kami sudah berpindah ke terminal semua. Mereka semua serentak melambaikan tangan dengan bersemangat dan bak paduan suara mengucap berbarengan kata sapa ke arah kami "Haaaaaiiii!!!"
Tak lama Rika terlihat mewek dan kecewa. Bukan cuma kepalanya lagi yang menggeleng, tapi seluruh badangnya sampai ikutan menggeleng. Aku dan Bobby tak berhenti tertawa memandang keadaan dia.
"Aduh sakit perutku menahan tawa. Mau mengumpat takut dosa. Wkwkwk." Aku sambil memegang perutku.
"Ehm ... Rika, bukan cuma Bobby dan teman kerja kita, tapi juga ada mereka," sekarang aku ganti menunjuk arah yang lainnya lagi. Agar dia tahu siapa lagi yang ikut dalam Trip ke Jogja ini. Rika pun tak sabar segera berbalik badan dan tampaklah dua sosok yang aku maksud.
"Nah, mereka juga ikutan," Nah itu. Dia adalah Liza dan Ardy sedang berdiri berdua dengan penampilan yang benar-benar niat untuk ber-Adventur ria. Hahaa. Tampak mereka juga melambai ke arahku. Tentu ke arah Rika juga.
Liza kulihat memberikan isyarat kepada Rika. Gerakan tangannya seolah-olah menggorok leher sendiri sambil membelalakkan mata kepada Rika. Ekspresi bengis tiada ampun!
Kulirik Rika memgeluarkan ekspresi sedih dan sangat terancam. Dia terjingkat kaget.
"GLEKH!!!" ku lihat lehernya sambil menelan ludah.
"Mbak Liza ikut juga ... huuu huuuu, tau gini aku enggak mau ikut Mas, aku mana bisa nyaman trip kalau bareng dia." jawabnya lirih menampakkan keputus asaan. Lagian cuma wisata saja. Putus asa dalam hal apa sih Rik?. Rame-rame malah asyik.
"Ayok, ah semua ... kita naik Bus itu, uda di sewa sama Liza," Aku mengajak keduanya untuk menuju kerumunan teman-teman kami yang sudah berdiri disamping Bus.
"Kamu kalau mau batal ikut juga tak apa Rik," tawarku, karena melihat ekspresi merana dia.
"Aku enggak mungkin balik, Mas. Semua temanku sudah aku pamitin ke Jogja. Kalau gak jadi berangkat mau taruh mana mukaku?" Dia melangkah gontai seakan enggan.
"Ya sudah, nikmati saja sih perjalanan kita nanti. Bakal seru kok. Aku yakin sekali." Walaupun dalam hati aku tertawa tak henti-henti. Bisa saja si Liza dan Ardy bikin acara begini. tadi sempat illfeel pas kedatangan Rika di rumahku.
Liza menarik lenganku dan seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Bagaimana hari ini? Aku senang kamu masih bisa tertawa. Benar-benar berubah wajahmu dari kemarin yang seperti mendung hitam mau runtuh, dan dari tadi aku lihat kamu tersenyum dan tertawa."
"Haha, lucu iya lucu. benar-benar kocak hari ini. Makasi ya Liz, Ardy. Sudah banyak membantu menaikkan feel hariku." jawabku terharu.
"Iya, aku tahu kamu sedih banget, tapi sedikit diisi dengan tawa akan membuat harimu jadi lebih baik. Aku fikir begitu, semoga kamu tak marah Ya? Tiba-tiba saja hari menyendirimu menjadi hari sorak sorai tamasya ke daerahmu?" balas Liza sambil menaiki Bus ini. diikuti Ardy dan aku yang menyusulnya di belakangnya.
Aku juga tak tahu akan rencana ini, mereka ... Liza dan Ardy sudah merencanakan dalam beberapa hari kemarin acara ini. Cukup mendadak, aku juga baru tahu saat Bobby datang tadi, Liza baru chat aku kalau dia dan Ardy ajak teman-teman sekantor juga untuk nge-Trip. Kebetulan promo dari armada Busnya jika berangkat hari jum'at. Sepertinya memang Liza yang mengurus biayanya. Atau mungkin patungan. Entahlah aku tak tahu.
Sayangnya seribu kali sayang, Liza mengatakan padaku di chat lanjutannya tadi.
Ia sebenarnya mengajak Inez untuk ikut Trip juga. Itung-itung menciptakan kenangam sebelum dia makin terikat dengan lelaki lain itu, namun karena waktu mungkin sudah terlalu dekat, jadi dirinya tak dapat izin dari Ayahnya. Hummm ... Ya iyalah. Mana dapat izin apalagi yang berkaitan dengan aku atau dengan Jogja? Kan sama saja?.
Liza dan Ardy sebenarnya menyayangkan. Mereka mengaku sudah dari lama ingin mengadakan acara bersama-sama sebelum Inez menikah, tapi Inez mendadak juga memberitahukan kami tentang hari pertunangannya itu. Jadi kami tak bisa merencanakan acara yang matang. Seperti sekarang ini. Mendadak dangdut.
Dengan aba-aba dari Ardy, Bus mulai melajukan mesinnya.
"Kita Siaaap Ke Jogjaaa ..... Yeay!!! Teriak Ardy berbunga-bunga. Di susul teriakan yang lain juga membalas "Yeay". Lalu dia memberi saran untuk memulai keberangkatan dengan mengucapkan doa bersama. Agar perjalanan kami lancar dan menyenangkan. Aamiin.
Aku pun tak tahu teman-teman akan mengadakan acara wisata Jogja ini. Mereka bilang untuk menemaniku ke Jogja agar aku tidak merasa sendirian. Hummm ... tampaknya berlebihan sih, tapi aku hargai usaha mereka untuk menghiburku. Terima kasih sohib-sohib setiaku. Rasanya aku tak pernah memberikan kalian apa-apa, sedangkan aku dan Inez lah yang selalu dan selalu merepotkan kalian.
Hai ... Nez, kamu sedang apa? Aku dan teman-teman mau ke Jogja. Harusnya lebih seru bila ada kamu. Kamu sama siapa? Aku sangat rindu kepadamu. Aku dengan teman-teman nge-Trip nih. Kamu pasti sangat sedih karena tak boleh ikut. Memang semua mendadak dan harimu semakin dekat untuk bertunangan jadi sangat wajar Ayahmu takut melepasmu. Apalagi ada aku. Pergolakan perkataanku sendiri dalam hati. Tak terasa mata ini sudah berkaca-kaca. Aku memalingkan mukaku ke arah jendela agar tak ada yang melihatku. Aku tetap memedam kesedihan ditengah keramaian ini.