Chereads / HANYA AKU UNTUK DIA / Chapter 54 - 54 Mengejarmu

Chapter 54 - 54 Mengejarmu

Aku mengejar Bus mereka dengan mobil Royan, Aku jujur saja tidak menyangka akan diantar sendiri oleh Royan. Aku tak tahu apa maksud dia membiarkan aku pergi ke acara wisata ke Jogja dan dia merelakan acara diskusi bersamaku untuk membahas keperluan acara pertunangan itu. Padahal hari juga semakin mepet. Anak-anak juga enggak kira-kira bikin acara mepet sekali dengan acaraku. Alasannya karena salahku yang mendadak memberi tahu.

"Nez, sekarang hubungi temanmu. Busnya sudah sampai mana? Suruh berhenti dan nunggu kamu disitu," ucap Royan kepadaku. Dia sangat serius membantuku.

"Ooh oke. Aku akan telefon Liza," jawabku.

"Kok gak telefon Arman? Biasanya saja telefon dia di depanku." balasnya sambil tersenyum kepadaku.

"Ehm ... Aku telefon Liza sama saja. Dia juga berada di Bus itu." jawabku menyela. Iya ya? Biasanya begitu. Aku jadi gak enak sama dia.

"Hallo, Liz ... Busnya sudah sampai mana? Tolong dong berhenti disitu dulu. Tunggu aku. Aku sekarang mau nyusul kesana," sambungku ketika telefonku dia angkat.

"Waaah?! Kamu boleh ikutan sayang? Asyik banget dong. Syukurlah kamu boleh ikutan. Oke aku akan bilang supirnya. Kami masih sampai Kota Jombang kok. Aku kirimin foto Busnya." Liza dari suaranya sangat senang dengar kabarku.

"Di Kota Jombang, Mas busnya." Aku sampaikan informasi itu kepadanya.

"Oke!" jawabnya singkat. Aku lihat dia serius menatap jalanan. Tak biasanya aku melirik dia. Dia tumben baik hari ini. Jadi aku sangat gembira walau harus naik mobil dengan dia. Biasanya sangat kesal dibuatnya. Waaah dia menoleh ke arahku saat aku melihat dirinya!.

"Kamu menatapku ya?" tanyanya sambil tersenyum.

"Ehm, ya ... Aku sangat berterima kasih padamu, Mas. Sudah menolong aku dari amarah Ayahku dan juga aku bisa ikut acara ini, kenapa? " Aku mengucapkan terima kasih lagi saja. Memangnya aku mau ngomong apa? Dia terlanjur mengetahui aku sedang melihat ke arahnya.

"Apanya?!"

"Kenapa kamu membolehkan aku pergi?"

"Aku tak ingin melihatmu sedih begitu. Aku ingin melihatmu tersenyum. Kulihat kalau gak sedih ya marah-marah selalu. Aku suka lihat kamu tersenyum hari ini." jawabnya menatapku. Aku segera menundukkan wajahku. Dia sedang merayu aku.

"Kalau ada apa-apa itu, langsung saja bilang padaku. Jangan ke Ayahmu. Ayahmu sedikit kaku. Kalau aku lebih santai. Nanti gampang aku yang akan bilangkan ke Ayahmu." jelasnya kemudian.

"Iya, Mas," cakapku padanya.

Jalanan raya yang tidak begitu padat serta suasana yang masih terhitung pagi. Membuat perjalanan kami mulus tanpa hambatan. Dia menyetir dengan cepat dan lancar. Tak lama kami telah sampai di kota Jombang. Kami mencari sesuai map yang telah dikirim Liza, pasti berhentinya di pinggir jalan. Kami juga meneliti setiap bus yang berhenti dan mobil mulai diperlambat lajunya.

"Nah, itu dia Mas!" Aku menunjuk sebuah bus bercorak hijau dengan beberapa penumpang yang sedang berada diluar. Wajah-wajah mereka memang aku kenal. Mas Royan segera menghentikan mobilnya. Dia menahanku untuk membuka pintu. Dia membuka pintunya segera dan berlari-lari kearah pintu mobilku. Dia membukakan pintu mobil untukku. Aku jadi serba tak enak. Rasanya kaku dan bingung. Dia terus menatapku.

"Terima kasih ... Mas," ucapku lagi kepadanya. Dia hanya tersenyum dan berbisik sesuatu.

"Pengorbanan yang cukup lumayan ya? Hanya untuk mendapat senyummu buatku." Dia lupa kalau telingaku ini cukup tajam.

"Apa Mas? Kamu bilang sesuatu?"

"Ooh gak, aku senang kamu sudah membiasakn diri menyapaku. Hati-hati ya disana. Tolong kabari aku kalau sudah sampai sana," pintanya kepadaku.

"Okey." Aku segera berlalu pergi menuju bus kota itu. Aku lihat teman-temanku banyak yang bersorak dan melambaikan tangan ke arahku. Meraka menyambut dengan gembira kedatanganku. Aku pun membalas lambaian mereka sambil setengah berlari. Aku tak sabar melihat reaksi Arman bagaimana ketika melihat kedatanganku.

"INEZ!!!" Mas Royan memanggilku lagi. Aku menoleh lagi ke arahnya. Dia memberikan aku senyuman dan melambaikan tangannya. Karena dia berjasa kepadaku hari ini. Aku pun harus tahu budi, jadi aku membalas melambaikan tanganku juga untuknya. Aku tahu kamu berat melakukan ini untukku. Tapi tak lama lagi aku akan jadi tunanganmu dan akan ada banyak belenggu yang membatasi ruang gerakku. Jadi tidak salah juga kalau kamu melakukan ini terhadapku. Aku tahu semua mata teman kerjaku yang memandang kami penuh tanda tanya dan nampak beberapa saling berbisik entah mereka berpikiran apa?.

Aku menaiki Bus itu dengan suka hati. Teman-teman bertepuk tangan saat aku berhasil menaiki bus ini. Aku tak berhenti tersenyum dan aku disambut Liza, dipeluknya aku sambil menuntunku ke tempat duduk Arman yang berada di pertengahan. Ardy yang semula duduk disamping Arman mempersilahkan aku untuk menggantikan posisinya. Aku melihat wajah Arman sangat sumringah. Sama halnya juga diriku. Kami saling bertatapan penuh arti.

Aku tanpa ragu dan tanpa malu langsung menubrukkan tubuhku kepadanya. Aku didalam dekapannya. Aku menangis sejadinya. Entah rasa apa ini? Campur aduk aku genggam di dalam hatiku.

"Tuan Putri sudah datang. Sekarang Pangeran tidak lagi sendu, Haha. Sekarang GASS POOOOLLL busnya!!!!," teriak Ardy menggoda kami. Semua lanjut tertawa. Diiringi musik yang tadi mungkim sudah sempat di putar.

"Kamu di antar siapa tadi?" cakap Arman tersenyum sambil mengusap air mataku.

Aku bangkit dari dekapannya. Lalu aku menjawab pertanyaannya.

"Kamu kan sudah tahu, kok masih nanya? Dia Royan yang mengantarku."

"Katanya kamu gak dibolehin Ayahmu? kok tau-tau kesini diatar dia, Nez?" cerca Liza yang berada di sebelahku, kursi sebelah tapi seberangku. Jadi masih dekat denganku.

"Iya, aku gak diijinkan Ayah, terus dia datang ke rumah mau ajak aku urusin sesuatu. Karena tahu aku menangis ingin ikut kalian. Dia yang membujuk Ayahku. Lalu ... sampailah aku disini." Aku memaparkan dengan jelas.

"Sekarang aku mau tanya, kok bisa acara mendadak begini? Tapi terlaksana dengan baik 90 persen nih?" tanyaku kepada Liza.

Liza mengatakan pergi menghadap ke atasan. Kepala Cabang kantor kami untuk meminta libur dan meminta untuk disetujui melaksanakan rekreasi bersama. Demi Aku karena akan menikah ini. Itu alasannya.

"Kalau masalah Rika, aku sengaja menggodanya. Hahaa. Biar dia kapok. Aku gak bilang kalau rame-rame. Aku bilang saja Arman mau pulang Jogja, kamu harus nyusul pagi-pagi ke rumahnya agar dia mengajakmu. Hahaha. Maaf ya, Nez. Aku selain kesal sama tingkah dia. Juga pingin godain Arman sejak kemarin wajahnya berkabut terus," terang Liza.

"Ooh ... Ternyata kamu yang kasih tahu alamat kontrakanku ke dia? Pantas aku tanya dia bilang rahasia. Sekarang aku pusing kalau dia sering ke tempatku nanti. Aku harus pindah nih," balas Arman sambik tertawa.

"Ah enggak segitunya kali, dia gak bakal berani ke tempatmu. Aku sendiri yang akan mengancamnya, tenang saja," balas Liza.

Keseruan kami dalam perjalanan benar-benar terasa. Kami semua sangat senang mengikuti perjalanan panjang ini. Aku sedikitpun tak terfikir tentang partunanganku dua hari lagi. Yang aku rasakan aku bahagia bisa ke Jogja lagi. Mungkin bisa bertemu keluarga Arman lagi.