Daerah Istimewa Yogyakarta, daerah Arman berasal ini sangat istimewa, sesuai namanya. Daerah ini telah meraih penghargaan tingkat platinum dalam Indonesia's Attractiveness Award (IAA) di bidang pariwisata. Waow Luar biasa kan? Penghargaan platinum merupakan tingkat tertinggi dalam IAA dan capaian ini diraih DIY yang masuk klasifikasi Provinsi sedang dari sisi perekonomian. Penghargaan IAA diterima secara langsung oleh Gubernur DIY di Jakarta pada bulan Juli tahun 2020 dan diserahkan oleh Menteri Pariwisata langsung.
Selain itu Kota Yogyakarta atau yang sering disebut kota jogja lebih singkatnya. Merupakan kota yang sangat Istimewa. Bagai mana tidak? Selain disebut sebagai kota pelajar, Jogja juga dikenal sebagai kota pariwisata, karena Jogja memiliki beraneka ragam objek wisata yang dapat dikunjungi.
Saat ini Jogja telah menjadi tujuan wisata favorit di Indonesia, baik wisatawan lokal maupun asing. Banyak sekali aktifitas yang dapat dilakukan saat berkunjung ke Jogja baik untuk berlibur maupun untuk kepenting bisnis. Jogja memiliki keunikan tersendiri untuk tujuan wisata, seperti wisata budaya atau sejarah, wisata arsitektur, wisata candi, dan museum monument.
Yogyakarta juga memiliki banyak tujuan wisata alam yang dapat menyegarkan pikiran dari kepenatan aktifitas sehari-hari, dengan merasakan nikmatnya kesejukan alam dari pegunungan hingga pesisir pantai. Seperti diriku ini yang sudah penat dan lelah dengan permasalahan tingkat dewa. Jadi berharap setelah acara trip ini membuat aku jadi lebih baik keadaan dan pikiranku.
Kami tidak akan muluk-muluk selain masalah waktu juga karena dadakan. Kami akan berkunjung ke candi Borobudur dan ditambah mampir ke pantai juga. Eh ... ada Malioboro juga deh.
Kami semua sangat menikmati acara wisata ini. Kami turun dan menikmati suasana pariwisata. Kami berada pada Candi Borobudur. Candi Borobudur adalah bagian dari World Heritage List yang dikeluarkan oleh UNESCO. Sampai saat ini nama Candi Borobudur masih berada pada daftar UNESCO. Candi Borobudur masih tetap dianggap ajaib di mata dunia.
Kami berbondong-bondong mengitari dan menikmati keindahan bangunan besar yang luar biasa ini. Bangunan peninggalan sejarah yang berdiri diatas bukit. Aku dan Arman sudah seperti dua insan yang tak bisa dipisahkan. Kemana-mana kami selalu beriringan dan terus bergandengan tangan. Foto-foto juga banyak yang bersama Arman seperti sepasang kekasih. Kami berpelukan dan berbagai pose romantis lainnya.
Untuk Rika? Humm ... kasihan sekali dari berangkat di dalam bus tadi ekspresinya sudah sangat abstrak. Maaf ya Rik, dia masih milikku. Lagian kalau sudah bukan pun. Aku takkan rela kalau lelakiku ini jatuh ke pelukanmu atau Ayu. Nanti pasti ada wanita yang sepadan dengannya. Kalau memang harus untuk wanita lain. Rika selalu diikuti oleh Bobby yang tak pernah menyerah mengejarnya. Cocok lho harusnya kalian berdua. Sayangnya Rika hanya mau mengejar Arman saja.
Setelah kami puas menghabiskan waktu kami di Candi Borobudur, kami semua menuju warung sederhana yang masakannya khas Jogja. Kami semua memutuskan makan siang disana. Kami harus kenyang untuk melakukan tiga tujuan lagi. Pantai Parang Teritis, Malioboro dan rumah Arman. Semua teman kami menyetujui ide untuk pergi mampir ke rumah Arman. Yaaa orang sebanyak ini biarlah di taruh dimana nantinya. Hehee. Mungkin saja di Balai desa.
[Nez, kamu sudah sampai mana, harusnya sih sudah sampai atau kamu kelupaan mengabari aku?] ada chat masuk di ponsel aku.
Aku membukanya. Oh iya, aku benar-benar lupa mengabarinya. Karena saking asyiknya bersama si dia. Aku juga belum mengabari Ibuku.
"Siapa? Sepertinya penting," ucap Arman sambil melongokan kepalanya ke arahku.
"Aku lupa mengabari Ibuku. Sudah dari tadi sampai padahal." gerutuku karena kasian juga Ibuku pasti menanti kabarku.
"Kamu itu kebiasaan. Hal penting jarang di fikirkan." Arman mengusap kepalaku sambil tertawa.
[Sudah sampai, Mas. Satu jam yang lalu. Iya aku kelupaan mengabari. Padahal sudah janji, aku minta maaf ya, Mas?] balasku terpaksa meminta maaf. Karena aku terlanjur janji memang kepadanya tadi saat mengantarku.
[Ibu, aku dan teman satu bus sudah sampai di Jogja, Candi Borobudur, Bu. Maaf baru memberi kabar] Mumpung ingat aku juga mengabari Ibuku.
Aku jarang berkomunikasi via selular dengan Ayahku. Karena aku lebih dekat dengan Ibu, kalau dengan Ayahku lebih baik tatap muka saja.
[Humm ... Tuh benar, kan? Aku tolong di belikan oleh-oleh ya? Nanti kalau sampai Surabaya aku ganti. Khusus yang ini jangan dilupakan. Kalau sampai lupa kamu harus balik kesana lagi berdua denganku. Hahaa] balas Mas Royan dalam chatnya. Membuat aku mencibir kecut. Arman yang melihatku mulai bertanya.
"Ada apa?!" tanyanya sambil mengunyah makan siangnya.
"Ooh, enggak. Aku diminta belikan oleh-oleh untuk semua keluarganya," kilahku. Karena aku tak mau Arman cemburu jika aku bilang oleh-oleh untuk Mas Royan saja. Maka aku harus berbohong untuk beli oleh-oleh sekeluarganya saja. Sepertinya lebih netral. Toh aku juga akan membelikan Ayah dan Ibuku juga, jadi kesannya ramai-ramai.
"Belikan saja semuanya baju. Aku bantu memilihkan. Nanti saja pas di Malioboro akan banyak model dan jenis kain yang bisa di pilih.
Entahlah ... Kenapa aku harus dalam keadaan ini, kenapa dua lelaki ini sepertinya tidak punya rasa marah terhadapku. Arman yang selalu mendampingiku. Memang begitu sifatnya. Baik dan sabar.
Terus beberapa kali aku bertemu Mas Royan, sekalipun tak pernah kesal atau marah terhadapku yang selalu judes dan bisa aku nilai sendiri, sering kurang ajar padanya. Meskipun dia bukan orang yang aku cinta, tapi buka salah dia juga sehingga dalam posisi ini. Semua murni salah Ayahku. Karena kami terjebak dalam situasi begini karena keputusannya.
Kuharap sifatnya tidak akan berubah sampai kelak kalau memang aku harus menikah dengannya. Aku sangat takut mengetahui keaslian seseorang yang dibalut kepura-puraan. Aku takut dia berpura-pura baik selama belum memiliki aku seutuhnya. Aku takut setelah menikah dia akan berubah dan semena-mena terhadapku. Aku adalah gadis yang sangat cengeng. Perkara kecil saja bisa membuat aku menangis tangisan bombay selama berhari-hari.
"Kamu memikirkan apa? Ayo kita lupakan dulu yang lain, kita nikmati waktu bersama kita ini mumpung masih bisa. Aku tak mau kehilangan sedetikpun kebahagiaan bersamamu. Dalam kenangan kita berekreasi bersama ini. Kelak bisa untuk cerita anak cucu kita. Bahkan sebagai hiasan dalam album foto kita. Kita ukir sebaik mungkin, Nez." Arman menggenggam erat tanganku dan mengelus punggung tanganku dengan jempolnya. Aku jadi berkaca-kaca dan terbinar-binar haru mendengar ucapannya.
Aku memberikan balasan senyuman termanisku untuknya.
Lalu teman-teman kami memberi aba-aba untuk segera menyelesaikan makan siang ini. Karena bus akan menuju lokasi wisata berikutnya, ke Pantai Parang Teritis. Aku telah lama tidak berkunjung kesana. Terakhir adalah saat Rekreasi ketika lulus sekolah SMP. Jadi mungkin sudah banyak perubahan dan makin indah pastinya.