Chereads / HANYA AKU UNTUK DIA / Chapter 56 - 56 Pantai

Chapter 56 - 56 Pantai

Ekspresi yang penuh kegembiraan oleh semua hati peserta. Wisata Jogja ini semakin menyenangkan kqrena saatnya menemukan pantai. Suasana dan waktu yang sangat cocok untuk menceburkan diri. Menghilangkan penat dan rasa risih yang sedari pagi berkelana keliling kesana kemari untuk menikmati keindahan alam yang menjadi tujuan kami.

"CIHUUYYYY. MANDI, MANDI PANTAI," sorak salah seorang temanku yang berlari tak sabar untuk menuju ke lokasi.

"Ayo, Nez ... Rasanya aku dan kamu sudah sangat lama tidak main ke pantai, bawa baju ganti sekalian ya?" ajak Arman kepadaku.

"Huummm ... Begini deh kalau uda ketemu soulmate nya. Dunia rasa milik berdua, kita sih ngontrak ya? Berasa gak di kenal. Dari tadi mana mau menoleh ke kita. Nolehnya searah terus daaaah," gumam Liza menggoda kami.

"Ya, gini nih asyiknya punya pacar, makanya jangan nunggu yang high quality. Coba jalani saja sama yang ada dulu," ledekku pada Liza.

"Humm ... yang ada dulu? Mana mau dia. Aku saja nungguin sampai jamuran enggak di Acc terus. Nasib ya nasib, kurang apa diriku ini" sahut Ardy.

"Sumpah lhoo Ardy tuh spesies langka. Sayang aja Liza enggak mau coba membuka hati. Ayo lah Liz ... Kasihanilah dia, kamu enggak boleh se-kejam itu menelantarkan hati yang tulus kepadamu," balas Arman.

"Huh ... Rayuan maut model apa ini? Enggak ada efeknya buat aku. Hehehe." Liza sambil hendak keluar dari bus. Eee ... si Ardy ngajak Arman godain Liza. Liza enggak mau nyemplung kayaknya, dia keluar tanpa bawa ganti. Mereka berdua saling mengkode kalau sudah dekat pantai nanti mau menceburkan Liza ke pantai. Oke deh aku iyain saja. Namanya juga seru-seruan.

Tampak begitu riang gembira ekspresi kami karena semua telah membaur dengan indahnya suasana pantai. Ada yang sudah bermain air, ada yang langsung duduk-duduk di pasir. Ada yang berpacaran, kayak aku. Aku berlari-larian melepaskan semua kejenuhan dalam hati yang telah lama menggelayuti ini.

Sesuai rencana tadi aku lihat Ardy dan Arman segera mendatangi Liza dengan sangat berhati-hati. Liza yang duduk santai di tepi pantai sambil menikmati cemilan dia. Tak menyangka kalau dirinya tiba-tiba diangkat oleh kedua lelaki itu.

"Wwwoooiii. Apa-apaan ini? Gila ih. Baju ganti aku masih di bus tahu." Liza berusaha meminta turun, namun dasar kedua cowok itu memang sudah niat, jadi mereka tak pantang menyerah. Aku tertawa terbahak-bahak sambil terus memotret adegan yang langka ini. Si Liza nampak sangat marah, tak lama dilemparlah dirinya itu ke pantai yang sedikit dangkal itu. Sehingga ia tercebur. Aku mengabadikan moment itu. Lucu sekali.

"Waaaaaaaaaa!!!!!!" teriaknya heboh. Kami bertiga hanya tertawa dan menunjuk-nunjuk dia. Sedanhkan dia sangat sewot dan tidak terima karena tidak sedang membawa baju gantinya.

"Ayo!! Arman, sekarang siapa lagi yang harus di lempar? Dia dinlempar apa enggak nih? Hehee," tanya Ardy melihat aku.

"Waaaah aku gak mauuuuu!!" Aku lari sambil menyelamatkan kamera dan tasku.

"STOP!! Ardy, dia bagianku. Kamu tak boleh membantuku. Aku mau bawa dia sendiri," Arman seakan tak rela Ardy membantu Arman untuk melakukan hal yang sama dengan Liza.

"Kamu potretin saja. Jangan ada yang lewat!" Arman langsung berlari mengejarku. Aku jujur saja sangat senang sebenarnya dengan melihat dia tertawa dan suasana senyaman ini. Bersama-sama semuanya sangat menyenangkan. Aku sengaja berlari jauh menuju keujung, dia terus mengejar dan memanggilku, tak urung dia berhasil meraihku. Dipeluknya aku, dan dia berputar-putar bersamaku sambil berlarian. Kami tertawa seakan tak ada beban di dada.

Kami berhenti dan saling menatap dengan cinta. Dia mengelus rambutku dan mengatakan sesuatu kepadaku.

"Aku ... Sangat mencintaimu, mungkin ucapan ini tidak akan bisa lagi aku ucapkan setelah ini, aku .... cukup tahu diri."

"Aku juga tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, Arman. Aku pula mencintaimu sampai telah hilang semua akalku bila bersamamu, tapi sepertinya jalan di depan kita sangatlah terjal untuk dilalui kita." Aku memegang tangannya dengan erat.

"Kamu harus kuat, Nez ... Aku akan kuat bila kamu juga kuat. Aku akan rapuh bila kamu menangis," tambahnya. Aku mengangguk sebagai jawaban bahwa aku akan mencoba untuk kuat menjalani ini semua. Aku akan tetap berdiri tegak dan mencoba berjalan walau harus tertatih-tatih membawa cinta ini.

Dia memelukku kembali dengan erat. Setelah suasana hening sesaat.

Aku tahu dia ingin menggendong aku. Hummm aku pasrah saja kalau memang harus tercebur bersamanya. Hahaa. Aku memang ingin mandi di pantai. Arman benar saja, dia menggendong tubuhku dengan mudahnya, aku mengeratkan peganganku di lehernya. Aku selalu menatap dirinya. Aku sudah lama tak main pantai memang. Apalagi ke pantai bersamanya? Mungkin sudah bertahun-tahun lalu. Dia terus menatap aku sambil berjalan menuju bibir pantai. Ardy dan Liza memerciki kami dengan air pantai sambil bersorak berbarengan.

"Huuuuuuuuuu," teriaknya

"Swiiiiwiiiiiiiitttt!" Ardy bersiul-siuk kencang.

Dan banyak lagi deh teriakan orang-orang melihat kami. Sedangkan kami tak memperdulikan mereka. Aku dan Arman hanya saling tersenyum, aku sangat nyaman dalam gendongannya. Dia tak mungkin melempar aku ke air. Itu terlalu ekstrim. Aku tahu dia akan ikut bersamaku menceburkan diri. Setiap momen aku bersamanya. Berhasil di potret oleh Ardy. Aku jadi tak sabar melihat hasilnya nanti. Kami lalu benar-benar membenamkan diri di pantai itu. Begitu ramai dan riuhnya. Semua asyik bermain air bersama.

Kami berswa foto ria dalam segala moment dan berenang sesuka hati. Liza dan Ardy juga nampak akur, mereka ikut mendatangi kami dan lanjut berseru-seruan bersama aku dan Arman. Kami berempat saling mencipratkan air ke arah lawan. Menambah keseruan suasana.

"Waaah kalau seperti ini, nanti malam tinggal telernya nih kita. Keasyikan main pantai. Tadi juga sudah berkeliling Borobudur." Arman berkata.

"Iya lhoo apalagi Malioboro itu kan jalan-jalan saja isinya. Tempat belanja-belanja dan kuliner khas Jogja," timpal Ardy.

"Hai! Hallo ... seru banget para Mbak dan Mas nih, aku mau ikutan dong ... hehehe." Si Rika tiba-tiba datang. Dia langsung memposisikan diri di sebelah Arman sambil berusaha turut memercikka air ke arah kami. Ha?! Garing nih cewek.

"Hai Mbak Liza yang cantik. Jangan suka marah ya? Jadi cepat tua lhoo. Jangan melotot gitu kepadaku." Rika sambil menenggelamkan dirinya dan segera muncul kembali.

"Yaa ... sudah, ayo dibuat asyik saja." jawabku spontan.

"Ayo lah dibuat Asyik!!!" Liza memercikkan air dengan cepat dan kuatnya ke arah Rika sambil tertawa-tawa. Akhirnya aku juga ikutan menyerang. Hahaa lucu sekali ekspresi di yang gelagapan. Arman dan Ardy tampak menatap kami kebingungan. Ardy asyik memotret selalu.

"Waaaaaa... uhuk! uhuk!" Rika tampak menghirup air pantai. Ups Liza nih tega banget. Kalau aku kan hanya ikutan saja.