Chereads / HANYA AKU UNTUK DIA / Chapter 57 - 57 Kau PilihanKu

Chapter 57 - 57 Kau PilihanKu

Aku yang telah lebih dulu meninggalkan arena permainan air itu karena merasa tubuhku telah menggigil, kulit-kulit ini telah mengkerut dikarenakan lama terendam air. Aku bangkit dan pamit untuk lebih dulu meninggalkan mereka yang masih disana. Aku mau mandi di tempat yang telah disediakan.

"Nez, tolong dong nanti ambilin aku baju ganti ya? Di dalam tasku yang aku taruh bawah kursi," pinta Liza dan aku menyanggupinya.

Setelah aku selesai mandi dan mengemas pakaian basahku. Aku masukkan ke dalam kantong kresek. Lalu aku menuju parkiran bus untuk menaruh baju basahku sekalian ingin mengambilkan Liza baju gantinya. Bus tampak lengang masih tak ada orang. Segera aku merogoh tas Liza untuk mengambil baju ganti untuknya. Ada beberapa setel, sempat bingung memilih yang mana. Akhirnya aku ambil mana saja yang menurutku bagus. Aku berbalik badan dan aku mendapati telah ada Arman baru memasuki bus ini. Mungkin dia juga menaruh baju kotornya.

Dia mendekat kepadaku. Aku hanya memandang dirinya dengan seksama. Dia memegang kedua bahuku dengan kedua tangannya. Dia memberikan kepadaku sebuah ciuman yang manis, pada bibir ini. Ciuman kerinduan, ciuman kasih sayang? Ciuman perpisahan ... Entahlah ... Aku hanya terdiam dan merasakannya dengan lebih dalam.

Dia melepaskan dan menarikku dalam dekapannya.

"Aku tak ingin ada yang melihat kita, aku lakukan dengan cepat. Maafkan aku, masih membuatmu terganggu. Padahal hari minggu semua orang akan tahu kamu akan menjadi milik orang lain." Dia mengeratkan dekapan itu. Aku merasakan kehangatan darinya. Aku diam tak menjawabnya karena memang tak tahu harus berkata apa.

Aku tahu kita tak bisa berlama-lama. Karena sebentar lagi akan ada mereka yang berdatangan. Arman mencium keningku lalu menggandeng tanganku untuk keluar dari bus ini. Kami kembali menuju pantai berjalan berdampingan. Aku masih terdiam. Aku hanya menggerakkan kakiku untuk mengikuti langkahnya sambil menenteng kantung berisi baju Liza.

Aku menyerahkan baju itu. Dan dia segera meraih pemberianku. Kulihat bibir tipisnya sudah menbiru dan bergetar-getar mengingat dia memang yang lebih dulu diceburkan di air pantai tadi. Dia menyedekapkan tangannya sendiri ke badannya karena kedinginan. Dia menuju kamar mandi setelah itu.

"Nez, tolong pesenin kopi ya? Sekalian saja kita berempat. Uangnya di tasku itu ya? Aku kedinginan banget ini. Aku mau itu sudah ada setelah aku mandi. Makasi sayang." Dia berlari meninggalkan aku dan Arman yang masih asyik menyaksikan teman-teman yang belum puas bermain di pantai.

"Biar aku yang belikan ya? Kamu mau apa?" Arman bangkit dari duduknya dan hendak beli minuman untuk kami.

"Cokelat panas kalau ada, kalau enggak ada ya kopi susu saja," pintaku dibalas dengan anggukannya.

Tak selang berapa lama, empat minuman telah ia bawakan di hadapanku. Aku mengucapkan terima kasih sambil menerimanya.

"Kamu dari tadi diam saja, Nez? Ada apa?" Arman membuka obrolan.

"Enggak tahu, aku takut salah ngomong sama kamu dan takut menangis lagi, karena sedang banyak orang jadi aku berusaha diam dulu," jawabku pelan sambil menyeruput kopiku.

"Aku tahu, aku yang memintamu untuk tidak lagi menangis, tapi siapa yang bisa membohongi perasaannya? Kalau kamu memang ingin menangis. Ya menangis saja daripada sesak di dadamu," sahutnya.

"Enggak kok Aku baik-baik saja," jawabku berusaha relaks.

"YOK SEMUANYA. KITA LANJUT KE MALIOBORO!!" Ajak salah satu panitia acara kami, di susul rombongan lainnya yang sudah siap ini untuk kembali menaiki bus. Liza dan minumannya biar saja nanti saat di bus. Aku meninggalkan pantai saat ini.

MALIOBORO ...

Semua memilih untuk makan dulu karena memang jam makan malam telah terlewat, tapi semua diberi kebebasan untuk makan dimana saja warung atau tempat yang disukai masing-masing. Aku berempat sekawan ini menunjuk sebuah warung sederhana yang bertuliskan menjual makanan khas Jogja. Aku sangat ingin memesan Gudeg Jogja, apalagi? Menu ini yang memang terkenal dari Jogja dan aku sudah lama tak memakannya. Ada sih di salah satu warung Surabaya yang menyediakan menu ini juga, tapi beda sekali dengan memakan menu ini di lokasi Jogja langsung. Terasa lebih nikmat. Apalagi ditemani orang yang tersayang. Rasanya tak terlukiskna. Tampak begitu lezat perpaduan antara sayur nangka khasnya, lauk krecek sapi berbumbu kecap pedas ini, telur bulat berbumbu, tahu dan tempe seperti di bacem, nasi panas dan sambal pedas. Hummm ngiler deh menatap berbagai masakan si Ibu penjual yang tertata rapi di meja ini. Aku tak sabar ingin melahapnya.

Kami berkeliling Malioboro menatap keindahan tata letak kota dan berkelap-kelipnya lampu berderet-deret di sepanjang jalanan. Betapa indah memyejukkan hati suasana dikala malam hari. Langit diatas juga menampilkan banyak bintang nan bercahaya indah. Mengedip-ngedip berdampingan dengan keindahan cahaya bulan.

"Nez, ayo cari baju, kamu mau beli banyak buat oleh-oleh, kan?" Ajak Arman ke sebuah toko pakaian.

"Iya, aku harus beli banyak. Berapa ya? Untuk oleh-oleh saja ada lima orang, aku sendiri juga pingin." Aku mencoba menghitung berapa kebutuhanku, sambil aku memasuki toko baju itu. Arman bersedia membantuku.

"Tolong pilihkan ya? Untuk yang pakaian cowok, aku mau pilih untuk yang ceweknya," pintaku, karena aku tak ingin berlama-lama juga dalam urusan memilih saja.

"Kamu mau beli berapa untuk dia?"

"Siapa?"

"Calonmu itu." Arman menyebut dia, menyebabkan hatiku terasa sakit. Bagaimana hatimu Arman?"

"Berapa ya?"

"Ya beli dua saja, oke aku carikan. Orangnya se-aku kan?" tanyanya lagi. Yakin kamu enggak apa-apa Arman?

"Ya, tadi kamu sudah lihat sendiri pas ngantar aku ke bus, di Jombang tadi." Aku tak henti-hentinya menatap dia. Dia kulihat tidak apa-apa, atau hanya mencoba berwajah baik-baik saja? Malah aku yang sangat sedih. Arman mencarikan baju oleh-oleh untuk rivalnya? Aku sendiri tak mampu berfikir kalau sampai berada di posisi dia. Bayangin aku mencarikan baju hadiah untuk si Ayu? Hummm .... amit-amit deh. Bisa-bisa baju itu sudah koyak sebelum kebeli. Toko ini juga bisa aku obrak abrik sambil berteriak-teriak. Membayangkan wajah Ayu saja aku sangat illfeel, apalagi membelikn pakaian untuknya? Najis berat!

"Nez, yang ini bagus enggak?"

"Untuk siapa?"

"Kok tanya lagi? Untuk dia lah!"

"Ooh kirain buat kamu,"

"Aku sudah sering kesini, untuk apa aku bingung beli? Aku gak usah beli. Aku orang sini kok," jawab Arman.

"Aku gak butuh bagus tidaknya, yang penting oleh-oleh. Ambilkan saja terserah. Yang untuk Ayahku saja yang pilihan. Ayo cepat saja. Jangan lama-lama, masih pengen jalan-jalan diluar." Aku memutuskan jawaban begitu. Karena aku tak mau soal oleh-oleh saja harus menyita waktu. Aku lebih ingin menikmati suasana ini bersama Arman. Berjalan-jalan mengitari Malioboro ini. Karena pasti tak akan bisa terulang lagi. Kenangan bersamanya seperti ini.