Hari Jumat sekarang ini aku tak mau menunda lagi. Aku ingin segera pulang ke rumah Jogja untuk bertemu keluargaku, meminta support dan dukungan dari mereka. Untuk menguatkan hatiku yang saat ini terasa lepas setengahnya. Aku menyiapkan barang dan beberapa pakaian yang ingin aku bawa pulang. Setelah semuanya siap. Aku bergegas mandi dan ingin berangkat pagi-pagi sekali agar waktu bersama keluarga bisa lebih lama. Mungkin hari minggu pagi aku kembali lagi kesini. Dan malamnya aku harus persiapkan diri, jiwa, hati dan raga ini untuk melihatnya dipinang lelaki lain. Semoga aku saat itu sudah kuat melihatnya. Semoga juga acara dia lancar, meskipun hatiku sangat sakit sekali. Aku tetap ingin yang terbaik untuk dia.
"Assalamu'alaikum ... Assalamu'alaikum ... Mas Armaaaaaan, Assalamu'alaikum, tok tok tok!" Aku mendengar suara teriakan seorang gadis dari pintu kontrakanku. Siapa ya pagi-pagi begini? Bisikku. Aku pun segera bergegas menuju pintu untuk membukakan dia.
Aku sangat terkejut ketika kulihat setelah terbukanya pintu ini adalah seorang gadis yang tak asing.
"Hai hai Mas ...." Wajah gadis itu sangat sumringah, hadeeeh. Sungguh tak tepat kedatangannya ini ke tempatku. Aku sedang ingin sendiri dan menikmati kegalauan hati. Eeee ada Rika yang tiba-tiba berdiri di depanku. Aku syok dan melotot ketika melihat bagian kanan dan kiri dia di lantai. Ada tas-tas besar yang juga ia bawa.
"Aku mau berlibur ke Jogja, hehee tadi aku naik Gr*b car. Karena aku enggak mau ketinggalan. Aku ke tempat Mas Arman saja. Agar kamu mengajak aku. Mau atau tak mau. Hehehe, aku tahu Mas Arman baik hati, jadi kamu pasti enggak akan marah kan, Mas?" celotehnya tanpa membiarkan aku bisa membalasnya lebih dulu. Marah sih enggak tapi kesal nih. Bathinku memendam kedongkolan.
"Kok tahu kontrakanku?" tanyaku curiga.
"Ada deh, aku enggak mau kasih tahu. Takut orang itu dimarahi kamu Mas, ayo Mas kita berangkat. Kita naik Gr*b saja. Tuh orangnya masih di depan, aku suruh nungguin kita." cetus Rika.
Aku ya akhirnya terpaksa menuruti dia, bingung juga mau bagaimana dalam situasi dan kondisi begini. Akhirnya aku putuskan untuk kirim chat ke Bobby untuk mengajaknya juga ke Jogja. Mungkin dia mau ikut. Bobby kan ngefans setengah mati kepada Rika, iya ... Bobby yang Office Boy itu. Mendadak sih! Bisa jadi dia ikut atau bisa juga tak bisa ikut. Namanya juga usaha. Kalau ikut kan sekalian biar dia PDKT dengan Rika. Kalau enggak ada dia. Nih cewek pasti glendotin aku terus. Aku bukannya bisa berfikir jernih menghadapi masalahku dan acara pertunangan dia, malah tambah pusing. Kok bisa jadi begini sih ceritanya?.
Aku dan Rika akhirnya menaiki Gr*b car yang dia pesan tadi. Aku membawa satu tasku dan aku bantu dia angkut tas-tas dia yang segedhe gaban itu dengan terpaksa. Kami menuju terminal Bus yang posisinya berada di pertengahan antara kota Surabaya dan Sidoarjo Jawa timur ini.
Di dalam mobil, bisa dipastikan dirinya bakal nyerocos tanpa henti. Yaa ... hilang suasana hati yang ingin menyendiri dan menyelami hati ini. Aku pura-pura saja memejamkan mata selayaknya orang yang mengantuk. Agar aku terhindar dari obrolan dengan Rika.
Aku sengaja turun di depan pintu masuk, karena Bobby meminta aku untuk menunggu di pintu masuk terminal. Syukurlah si Bobby jadi bisa ikutan dan rumah dia juga kebetulan tak begitu jauh dengab terminal. Padahal mendadak sekali aku mengabarinya. Sudah pesimis saja aku kalau dia tak bisa ikut. Kalau begini kan biar Bobby yang handle si Rika. Hahaha. Aku tanpa sengaja tersenyum-senyum sendiri sambil mengangguk-anggukkan kepala.
"Lhah? Kok turun sini, Mas. Kenapa enggak masuk?" tanyanya heran sambil menoleh ke kanan dan kiri.
"Iya nih, kita menunggu seseorang." jawabku datar.
"Ooh ... Kamu mengajak orang lain, Mas?" tambahnya agak sewot.
"Iya, dia juga ingin ikut ke Jogja. Kan kasian belum pernah ke Jogja juga."
"Yaaa ... Kok ada orang lain sih? Kan aku bilang hanya aku saja Mas? Kenapa kamu ngajak orang lain? Cewek apa cowok nih?" Dia mengeluarkan jurus manjanya, bicara dengan bibir mencucu dan gerakan badannya yang bergoyang-goyan sebel itu. Merasa kecewa mungkin. Biarin, daripada aku repot sendiri.
"Cowok lah, emang cewek siapa?" balasku masih dengan ekspresi yang biasa.
Dari seberang telah berlari-lari dengan bersemangat menuju ke arah kami. Dia melambai-lambaikan tangan sebagai pertanda bahwa dia telah melihat kami. Aku pun membalas lambaiannya. Dia menyeberang dan berlari dengan cepatnya, dia mendekati aku sambil tersenyum lebar selebar-lebarnya. Dia tampak bahagia telah mendapati sosok Rika, gadis yang ia cintai tengah berdiri di hadapannya.
Dia memberikan tangan "Tos" kepadaku. Aku pun membalas "tos" juga lalu kami tertawa bersama. Rika yang baru menyadari kehadiran Bobby nampak memerah dan kaget akan keberadaan Bobby yang sudah di depan matanya.
"Aaaaaa!!! Kok kamu disini? Ngapain kamu? Hayo ngaku! Kamu ikutin aku ya?!" Teriaknya heboh dan marah-marah di depanku.
"Yang namanya jodoh tuh takkan kemana Bebh aku, kita akan menikmati kota Jogja bersama. Pasti romantis sekali bersamamu," goda Bobby makin membuat Rika muntab.
Humm anak-anak ini kocak juga, aku menutup mulutku karena ingin tertawa namun ku wujudkan dengan tersenyum-senyum saja.
"Iiiih ... enggak mau, enggak mau!!! Aku maunya ditemeni Mas Arman, aku mau romantisnya sama Mas Arman, bukan sama sikat odol begini!!! Pulang sono!!!" Rika memukul-mukul bahu Bobby sambil mendorongnya kuat-kuat.
"Eeeeh ... Enak saja pulang! Aku tuh di undang Mas Arman, diajakin liburan ke Jogja. Tanya dia, aku malah dibayarin kok sama dia. Weeeee," jawab Bobby sambil meledek dan menjulurkan lidah.
"Mas Arman enggak mungkin setega itu sama aku! Ini kan rencana kita berdua, aku mau berduaan sama Mas Arman! Aku tuh mau kenalan sama keluarganya!" tukas Rika maskin sewot sambil menghentak-hentakkan kakinya.
"Sssst ... Sssst ... Pada nyadar enggak sih? Kita jadi bahan tatapan semua orang lhoo. Santai dikit ya adik-adik. Iya Rik, aku yang ajak Bobby karena dia itu sama sekali belum tahu Jogja. Kasihan kan dia? Lagian asyik kan rame-rame? Seru lagi. Sudah yuk kita jalan. Kalau berantemnya nanti dilanjutkan lagi." jelasku agar dia mengerti.
"Noh dengar sendiri, kan? mas Arman yang ngajak aku! Di gratisin pula. Huh main labrak aja sih!" Bobby menggoda dengan mencibir.
"Mas Arman Jahat! jahat banget sama aku! Aku enggak suka kalau ada dia! Kenapa kamu ngajak Bobby Mas?" Rika makin mengoceh menggebu-gebu sambil menggerakkan semua anggota tubuhnya itu. Aku hanya melongo dan sambil memerintahkan telingaku agar menyaring nada suaranya yang memekikkan telingaku ini. Aku hanya menelan ludah karena seumur-umur baru kali menemui gadis dengan spesies langka ini.