Onodera muda menoleh ke Reiko dan berkata, "Nanako, bukankah sudah kukatakan untuk memanggilku Ryuu saja tanpa embel-embel tuan?"
"O-ohh, ya. Ehem!" Reiko gugup karena lagi-lagi Nathan Ryuu menegurnya mengenai itu.
Tak lama kemudian, mereka bertiga sudah berada di salah satu Maid Cafe dadakan di event itu. Tempatnya cukup nyaman dan berada di salah satu ruangan cukup luas di sana.
Setelah memesan makanan dan minuman, Runa masih saja terheran-heran dengan cara Nathan Ryuu memanggil sahabatnya. Nanako? Tak tahan ketika mendengar Onodera muda terus memanggil Reiko dengan nama asing tersebut, Runa bertanya, "Kenapa Tuan Ryuu memanggilnya dengan Nanako?"
Reiko hampir saja mati tersedak air ludahnya sendiri mendengar pertanyaan Runa. Ia segera menyodok kaki Runa di bawah meja dan memberikan kode melalui tatapan matanya. "O-ohh, itu ... ano ... kami sudah saling berjanji untuk memanggil nama kecil kami saja. He he ... jadi, aku memanggilnya Ryuu, dan dia memanggilku Nanako."
Masih belum mengerti dengan sepenuhnya, Runa menatap Reiko dan dia berusaha memahami.
"Ha ha, ya, itu memang sudah menjadi janji kami berdua. Arata Nanako. Nama yang indah, bukan?" Nathan Ryuu seakan semakin mempermudah Runa untuk mengerti alur yang diinginkan Reiko.
Mendengar Onodera muda menyebut nama Arata Nanako, karuan saja Runa pun paham. Rupanya Reiko tidak ingin Nathan Ryuu mengetahui nama asli dia. Astaga ... kenapa harus begitu? Apakah pergaulan di kota besar macam Tokyo seseram itu sampai harus merahasiakan nama sendiri?
Atau jangan-jangan Nanako itu sebuah nama panggung dari sahabatnya? Ahh, nanti dia akan menanyakan hal demikian ke Reiko. Ia paling tidak suka disiksa dengan rasa penasaran.
Yang tidak diketahui oleh Reiko dan juga Runa, bahwa Nathan Ryuu sebenarnya sangat mengetahui nama asli Reiko, bahkan juga beserta seluruh biodata gadis itu, dan juga latar belakangnya.
Namun, tentu saja Nathan Ryuu tidak ingin mengungkapkan apa saja yang sudah dia ketahui dari gadis itu atau Reiko akan sangat ketakutan padanya. Ia tidak ingin menakuti Reiko. Ia ingin berteman baik dengan gadis itu.
Percakapan biasa pun terjadi antara mereka bertiga. Runa berkali-kali hampir saja silap lidah menyebut nama asli sahabatnya ketika Nathan Ryuu menanyakan padanya mengenai hubungan dia dengan Reiko.
Nathan Ryuu bertanya mengenai persahabatan antara Runa dan Reiko. Lalu Runa pun menceritakan sesuai apa adanya. Dan karena dia sudah terlanjur mengucapkan mengenai kampung halamannya, maka tidak mungkin lagi dia bisa mengganti dengan nama kota lain.
Ya biarlah kalau memang Nathan Ryuu harus mengetahui kota tempat tinggal dia, memangnya apa yang bisa dilakukan pria itu? Menguntit sampai ke sana? Tidak mungkin, kan? Maka dari itu, Runa hanya bisa menenangkan dirinya.
Sambil menikmati santap siang di kafe tersebut, mereka terus berbincang dengan nyaman. Nathan Ryuu memang seorang lelaki yang mudah diajak bicara, terlebih, pembawaan lelaki itu sungguh ramah dan menyenangkan.
"Jadi, setelah ini kalian akan ke mana?" tanya Nathan Ryuu sesudah mereka menuntaskan makanan masing-masing.
"Um, mungkin aku akan kembali ke rumahku." Runa menjawab terlebih dahulu. "Re-Nanako, kau ikut denganku, kan?" Ia melirik ke Reiko yang sedang menghabiskan jus buahnya.
"A-ahh, ya! Tentu!" tandas Reiko begitu saja. Padahal mereka berdua belum membicarakan akan ke mana setelah ini. Tapi, apa salahnya mengiyakan ucapan Runa? Sepertinya itu sebuah solusi yang baik bagi dia.
Karena Reiko sudah tidak memiliki hunian lagi di Tokyo, maka apa salahnya jika dia ikut saja Runa kembali ke Kamakura, sekalian untuk mengunjungi makam kedua orang tuanya. Sudah berapa lama dia tidak kembali ke sana?
Sedangkan Runa berpikir bahwa dengan Reiko merahasiakan nama aslinya kepada Nathan Ryuu, mungkin saja sahabatnya itu tidak merasa nyaman dengan tuan muda Onodera. Mungkin sebenarnya Nathan Ryuu adalah lelaki yang berbahaya sehingga Reiko harus menyembunyikan identitas aslinya.
Oleh karena itu, tanpa persetujuan Reiko sebelumnya, Runa dengan spontan mengatakan akan mengajak Reiko kembali bersamanya. Diharapkan, dengan begitu, maka Nathan Ryuu akan mundur dari mengganggu Reiko.
Tapi ... benarkah Nathan Ryuu lelaki berbahaya? Runa agak sangsi mengenai ini. Ia terus menatap lelaki di depannya itu. Tampan, itu sudah pasti. Proporsi tubuhnya juga bagus. Dan jangkung pula dengan fitur wajah seperti bukan sepenuhnya berdarah Jepang.
Runa menduga-duga, mungkin Nathan Ryuu memiliki darah campuran, karena dari namanya saja terlihat dia tidak sepenuhnya orang Jepang. Reiko sungguh berhutang banyak cerita padanya. Ia harus menagih itu saat mereka berdua saja!
Akhirnya, ketiga orang itu pun bangun dari kursi mereka dan berjalan keluar dari kafe. Nathan Ryuu bersikeras membayar semua tagihan dengan alasan itu adalah tugas seorang gentleman. Yah, terserah saja, batin Runa. Kami justru untung kalau begitu.
"Maaf, Ryuu. Aku harus pergi dulu dengan Runa. Terima kasih untuk makanan dan minumannya." Reiko pun membungkukkan tubuh, melakukan ojigi sebagai bentuk sopan santun pada Nathan Ryuu. Runa pun melakukan hal sama.
"Ahh, ya, baiklah. Berhati-hatilah kalian di jalan, jangan lengah dan jaga diri dengan baik, oke?" Tuan muda Onodera tidak lupa menasehati kedua gadis muda itu.
"Baik. Sampai jumpa." Lalu Reiko dan Runa berjalan menjauh dari Nathan Ryuu. Setelah belasan langkah, Runa melirik ke belakang hanya untuk memastikan pria itu tidak mengikuti mereka.
Namun, ketika dua gadis itu hendak mencapai pintu gerbang keluar, mendadak saja terdengar suara Onodera Ryuzaki memanggil. "Nanako! Nanako!"