Baru saja, Nathan Ryuu menerima panggilan yang membicarakan mengenai tertangkapnya Yamada Shoichiro dan itu sungguh menggembirakan bagi pria Onodera itu.
Yang mengejutkan dari percakapan mereka tadi ... adalah ketika Nathan Ryuu menyebut nama Reiko, bukan Nanako. Ini menandakan pria Onodera tersebut telah mengetahui identitas asli dari Reiko.
Sejak kapan dia tahu bahwa gadis itu bernama asli Reiko, bukan Nanako? Sehari setelah mereka berkenalan di mobil waktu itu. Entah kenapa, insting Nathan Ryuu mengatakan agar dia lekas menyelidiki identitas gadis itu dan tak lama, dia mendapatkan informasi mengenai Reiko.
Gadis itu ingin bermain-main dengan memberikan nama palsu? Nathan Ryuu akan dengan senang hati meladeninya.
Lalu ... tadi yang menelepon Nathan Ryuu adalah sekretaris kepercayaan dia, Aiba Itachi. Nathan Ryuu memercayakan kasus mengenai Yamada Shoichiro untuk ditangani Itachi dengan mengumpulkan berbagai bukti pelecehan yang dilakukan pria tua itu.
Dan atas permintaan Nathan Ryuu, ia meminta agar Itachi membujuk pihak polisi dan pengadilan untuk tidak perlu menghadirkan korban-korban dari Yamada Shoichiro karena tentunya sangat tidak nyaman bagi para wanita itu musti terekspos sebagai korban.
Napas Nathan Ryuu dihembuskan ringan sambil dia mengamati salah satu foto di ponselnya. Itu adalah foto-foto kondisi Reiko yang terluka yang dia abadikan dalam jepretan diam-diam tanpa sepengetahuan Reiko dan dijadikan barang bukti untuk menjerat Yamada Shoichiro.
Ditambah laporan visum dari dokter yang sebelumnya dipanggil, itu menjadikan bukti terang untuk melaporkan Yamada Shoichiro. Reiko tak mengetahui ini.
Semua tadi itu benar-benar dikerjakan Nathan Ryuu dan anak buahnya secara senyap tanpa Reiko tahu. Nathan Ryuu berpikir, tidak perlu gadis itu mengetahui mengenai sudah ditangkapnya mantan bos sialan itu karena toh polisi dan pengadilan tidak memerlukan kehadiran Reiko saat persidangan.
Seluruh korban sudah ditanyai di rumah masing-masing dan mereka untung saja berlaku kooperatif untuk menjerat Yamada Shoichiro masuk ke penjara. Mereka juga geram dan dendam pada pria tua itu dan sangat bersyukur akhirnya bisa membuat tuan Yamada dikandangkan dalam sel penjara.
Malah mereka berharap, tuan Yamada tidak perlu keluar penjara untuk selama-lamanya. Pria bajingan seperti itu tak layak menapak bebas di muka bumi ini!
Meski luka batin dan trauma para korban pelecehan itu tidak bisa mudah diobati dengan cara-cara sederhana dan terkadang tak bisa hilang sampai seumur hidup, namun ketika pelaku tertangkap, itu merupakan sedikit terapi untuk luka jiwa mereka.
Mereka banyak berterima kasih pada siapapun orang yang telah berhasil melaporkan dan memenjarakan tuan Yamada.
-0-0-0-0-
Di pagi harinya, Reiko berseri-seri karena dia telah mendapatkan ponselnya kembali dan sudah selesai dia charge. Untung saja dia selalu membawa alat charge di dalam tas kemanapun dia pergi. Isi tas itu adalah segala barang terpenting dalam hidupnya. Katakanlah dia tidak terlalu berduka jika rumahnya kebakaran dan habis asalkan tas dan isinya ini tetap selamat.
Ada ponsel, charger, dompet berisi uang tak seberapa dan beberapa kartu penting. Akan sangat repot andai itu hilang.
Maka dari itu, dia sangat berterima kasih pada Nathan Ryuu.
Astaga! Apakah kemarin dia sudah mengucapkan terima kasih pada lelaki itu?! Atau belum? Ya ampun! Kalau dia sampai terlupa, sungguh ngawurnya dia!
Oleh karena itu, Reiko lekas masuk ke kamar mandi dan bergegas membilas cepat tubuhnya dengan handuk yang telah disediakan bu Meguro sebelum ini. Yah, luka di tubuhnya memang belum terasa nyaman untuk dipaksakan mandi.
Selesai mandi dan berpakaian, bu Meguro masuk ke kamar dan bertanya, "Nona, sudah mandi? Baguslah kalau begitu. Tuan juga sepertinya sudah selesai mandi dan hendak sarapan. Nona bisa ke ruang makan dulu sekarang."
Reiko mengangguk dan berjalan ke ruang makan. Ternyata dia berpapasan dengan Nathan Ryuu di ambang pintu ruangan itu.
Segera saja Reiko membungkukkan badan, melakukan ojigi pada Nathan Ryuu seraya berkata, "Tu--emm, Ryuu! Aku sungguh berterima kasih padamu!"
"Hm? Berterima kasih?" Kening Nathan Ryuu berkerut.
"Ya, untuk ponsel dan juga tasku. Sepertinya kemarin aku belum sempat mengucapkan terima kasih padamu, dan aku minta maaf atas keteledoranku itu. Ryuu, domo arigatou gozaimasu!" Ia melafalkan ucapan terima kasih yang lengkap dan formal.
"Ha ha ha, kenapa kau seserius itu, sih? Santai saja, Nanako." Nathan Ryuu tak bisa menahan diri dan menepuk lembut puncak kepala gadis itu dua kali membuat Reiko terkejut tapi tak bisa berbuat apapun. "Uhum! Ayo kita sarapan. Sepertinya menu pagi ini sup ikan. Pasti segar dan menyenangkan perut kita."
Nathan Ryuu melangkah mendahului Reiko ke kursi makan diikuti Reiko yang masih sedikit merona karena tepukan pada kepala tadi. Ini adalah orang ketiga setelah ayah dan ibunya yang menepuk kepalanya seperti itu.
Sungguh itu merupakan perasaan melankolis sekaligus mengharukan karena dia teringat lagi akan kedua orang tuanya.
Menahan agar air matanya tidak perlu jatuh, Reiko mengulum senyumnya sambil duduk di seberang Nathan Ryuu. Dia tak boleh sedih. Harusnya dia bahagia meski tanpa orang tuanya lagi. Dia harus tetap bertahan dan tak boleh menyerah dalam hidup ini.
Masih ada banyak jalan, masih ada banyak peluang, masih ada banyak hal yang menunggu untuk dilakukan dan dieksplorasi. OLeh karena itu, tak pantas apabila Reiko terhanyut akan kesedihan hanya karena pengalaman buruk dengan tuan Yamada dan juga teringat akan orang tuanya.
Reiko sangat yakin ayah dan ibunya selalu memandangi dia dari surga. Mereka berdua orang yang sangat baik, tentu surga adalah tempat terbaik untuk keduanya. Reiko memiliki keyakinan itu.
Oleh karenanya, dia terus berjuang agar orang tuanya menatap bangga terhadap dirinya dari surga sana.
Pagi itu, seperti biasanya, Nathan Ryuu pamit untuk pergi bekerja. Reiko kini tak perlu lagi mati gaya karena dia sudah memiliki ponselnya lagi. Terlebih, ternyata dia boleh menggunakan wi-fi vila ini.
Sepanjang hari, Reiko terus berkubang di kamarnya sambil terus berselancar di internet.
Menjelang sore, secara tidak sengaja, dia melihat berita online yang sangat membuat dia terperangah.
"Tuan Yamada di tangkap?"
Itulah yang menjadikan dua mata Reiko terbelalak lebar sambil menatap layar ponselnya. Takut bahwa itu hanya tipuan matanya atau mungkin matanya kurang sehat, dia pun mengeja satu demi satu huruf di sana setelah diperbesar sedikit.
Dan yah, memang matanya waras dan dia mendapati berita mengenai ditangkapnya seorang pemilik konbini atas dugaan pelecehan dan penganiayaan pada banyak karyawan wanitanya.
"Ini ... siapa yang melaporkan tuan Yamada, yah?" Reiko bertanya sendiri di kamarnya. "Haruskah aku mencari siapa orangnya dan berterima kasih padanya?"
"Hatchiimm!" Mendadak, di dalam mobilnya sore itu, Nathan Ryuu bersin tanpa diduga.