Chereads / Labirin (Dimensi Misteri) / Chapter 21 - Kisah Pendek

Chapter 21 - Kisah Pendek

(waktu yang tengah bergulir saat ini - Eiji)

Suasana di ruang rawat Yama seketika hening, mereka telah mendengarkan kisah perjalanan Yama di dalam sebuah wilayah yang disebut oleh Yama sebagai labirin, Yama menceritakan kisahnya dengan singkat namun mendetail. Hal itu membuat beberapa dari mereka merasa penasaran dengan kelengkapan dari isi cerita dan yang lainnya merasa tidak percaya dengan hal yang baru saja diceritakan oleh Yama.

Eiji adalah orang yang berada di pihak yang merasa penasaran dengan hal itu, dan ketika dirinya hendak bertanya lebih jauh lagi, seorang perawat pun datang dan memberitahukan bahwa waktu besuk sudah habis, bersamaan dengan itu pun Mr. Nakamura dan juga Mrs. Nakamura datang.

Karena waktu sudah habis, mereka pun segera bersiap untuk pulang. "Terima kasih karena kalian sudah mau menjenguk dan menemani putra kami Yama." itulah ucapan yang dilontarkan oleh Mrs. Nakamura kepada Shuta, Eiji, Jiro dan para senior dan juga para junior yang lainnya.

Mrs. Nakamura terlihat sangat senang, karena banyak sekali orang yang mau meluangkan waktunya untuk membesuk, menemani, dan mendengarkan cerita Yama selama tiga jam lamanya hingga akhirnya waktu besuk di rumah sakit pun telah habis, dan Yama harus kembali meminum obat yang telah disiapkan oleh dokter yang menanganinya kala itu.

"Tidak masalah bagi kami, Bibi … kami sangat senang karena bisa berbincang dan bertemu kembali dengan Yama … kami juga mengharapkan Yama untuk lekas sembuh sehingga kami bisa bertemu dengan Yama kembali di sekolahan." balas ramah Satoshi kepada Mrs. Nakamura, mewakilkan mereka semua yang telah membesuk Yama, dan ucapan dari Satoshi tentu membuat Mrs. Nakamura dan Mr. Nakamura merasa sangat bersyukur dan juga senang mendengar hal tersebut. Mereka kembali berterima kasih atas doa yang diberikan oleh mereka kepada Yama.

Pada akhirnya anak-anak pun pamit dan bergegas untuk pulang sebelum waktu menjadi semakin malam. Mereka berjalan keluar dari rumah sakit secara bersamaan dan kemudian mereka pun berjalan menuju stopan bus untuk pulang kembali ke kota Murayama. Dan di sepanjang perjalanan ketika mereka berjalan menuju stopan bus, mereka berbincang satu sama lain secara random untuk membahas anime dan yang lainnya yang setidaknya agar mereka bisa membunuh waktu dan kesunyian di sana,

Srak … Srak … Srak …

Suara dari kerikil yang berada di pinggir jalanan itu, yang dengan sengaja di seret-seret oleh Jiro yang mengimbangi jalannya bersama dengan Eiji dan juga Shuta.

"Um … Shuta-chan!" panggil Jiro kepada Shuta yang kini menolehkan pandangannya menatap Jiro yang tengah berjalan di samping Shuta dan juga Eiji.

"Ya, ada apa … Jiro?" tanya Shuta kepada Jiro yang kini terlihat tampak berpikir,

"Bukankah … di Higashine ada sekolah yang bagus?? kalau tidak salah Higashine Shiritsu Daichi Junior High School, kudengar semua fasilitasnya lengkap, tapi kenapa senior Yama dan juga senior Yuki bersekolah di Murayama?? tidakkah itu aneh?" tanya Jiro kepada Shuta dna juga Eiji yang kini mengerutkan dahinya menanggapi pertanyaan random yang dilontarkan oleh Jiro,

"Eum, yah … mungkin karena mereka ingin mendapatkan pengalaman baru dengan bersekolah di tempat yang lokasinya cukup jauh dari tempat tinggalnya, dan berteman dengan orang-orang yang tinggal di luar kota Higashine, karena menurutku memiliki teman di kota luar sangat menyenangkan." jawab Shuta terlihat mengasal, namun hal itu begitu saja dipercayai oleh Jiro yang kini ber'o' ria dan menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. Dan karenanya Shuta serta Eiji pun hanya mempu menahan tawa seraya menggelengkan kepala, mereka tidak habis pikir dengan anak yang satu itu.

Setelah mereka menghabiskan waktu yang cukup lama di perjalanan dan akhirnya sampailah mereka semua di Murayama Eki mae atau stopan bus di kota Murayama, masing-masing dari mereka pun saling berpamitan dan membubarkan diri untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, namun tidak dengan Shuta dan juga Eiji, keduanya harus kembali menaiki bis menuju Kaneyama bersama-sama.

"Oi, Eiji …" Panggilan dari Shuta saat itu, membuat Eiji yang tengah melamun pun pada akhirnya menolehkan pandangannya untuk menatap Shuta yang baru saja memanggilnya. Saat ini Shuta melipatkan kedua tangannya ke arah jok di mana tempat duduk depan tengah kosong, serta menempelkan dagunya di sandaran jok depan tersebut. Posisi mereka saat ini adalah duduk bersebelahan di dalam bus yang menuju ke arah kota mereka Kaneyama.

"Apakah kamu mempercayai apa yang telah diceritakan oleh senior Yama tadi?" tanya Shuta kepada Eiji yang kini mengerutkan dahinya dan berpikir kembali.

"Entahlah … aku merasa bimbang dengan hal itu." jawab Eiji dengan singkat.

Ketika mendengar sahabatnya berucap demikian, Shuta pun spontan mengerutkan keningnya dan kembali bertanya kepada Eiji, "Ha?! kenapa kau harus merasa bimbang?? apakah kau mempercayainya?" tanya Shuta kepada Eiji yang kini dengan cepat menoleh menatapnya.

"Kau sendiri?? apakau kau mempercayainya??" ucap Eiji berbalik menanyakan hal yang serupa kepada Shuta, dan pertanyaan itu membuat Shuta pun terlihat ragu, dan kemudian menggelengkan kepala untuk menanggapi pertanyaan tersebut.

"Eum … sebenarnya, aku tidak mempercayai pengalaman yang diceritakan oleh senior Yama beberapa waktu yang lalu, namun … entah mengapa raut wajah dari seinor Yama benar-benar menampakan bahwa dia memang telah mengalami semua itu, dan lagi ceritanya yang mendetail membuat aku merasa bahwa kedua hal itu sudah menjadikanku kembali merasa ragu karenanya … aku meragukan jika itu benar saja nyata, namun semua itu tidak masuk ke dalam logikaku, apakah kau merasakan hal yang sama denganku, Eiji?" jelas Shuta panjang lebar yang pada akhirnya bertanya kembali kepada Eiji, yang kini karenanya membuat Eiji menganggukkan kepala setuju dengan ucapan Shuta.

"Ya … aku juga merasakan hal yang sama sepertimu Shuta, aku merasa bahwa Senior Yama benar-benar mengalami semuanya, karena tatapan yang terpancar dari dirinya, menampakkan bahwa ia takut dan tidak ingin kembali ke tempat yang diceritakan olehnya lagi, seolah itu merupakan mimpi buruk yang nyata baginya." balas Eiji kepada Shuta, yang kemudian diberi anggukan kepala yang cepat oleh Shuta yang juga menyetujui akan hal itu.

"Hoah!! apapun itu, jika ternyata memang pengalaman yang diceritakan oleh Senior Yama adalah benar … maka itu akan menjadi sangat sulit baginya karena menyaksikan semua hal yang mengerikan dan mengejutkan, seperti yang sudah dijelaskan olehnya, benar bukan?" tanya Shuta kepada Eiji yang kini menanggapinya hanya dengan sebuah anggukan kepala.

Pandangan Eiji saat ini pun perlahan menoleh ke arah jendela untuk kemudian menatap gelapnya malam dan sinarnya rembulan yang lembut yang kala itu menerangi langit kota, dan selama perjalanan pulang menuju rumah mereka, Eiji tidak pernah berhenti memikirkan satu hal yang selalu mengganjal di kepalanya.

Kenapa bisa seniornya yang satu itu mengalami hal yang mengerikan seperti yang telah diceritakan olehnya sendiri?

….