Sore itu, Eiji terduduk di kursi samping ranjang Yama. Kedua matanya kini menunduk canggung ketika merasa bahwa Yama dan Yuki kini menatapnya dengan seksama.
"Jadi?? bolehkah aku bertanya terlebih dahulu, kenapa kau ingin mendengarkan pengalamanku?" tanya Yama kepada Eiji yang kini terlihat terkejut dengan pertanyaan itu, ia tidak tahu bahwa Yama akan bertanya seperti itu kepadanya, karena pertanyaan yang mendadak itu lah yang membuat Eiji kini terlihat gelagapan.
"Ah … Eum, itu …-
Eiji tidak tahu harus menjelaskan apa dan menjawab seperti apa, namun kemudian Yama tertawa di hadapannya dan menoleh menatap Yuki yang kini tersenyum, "Yuki!" panggil Yama kepadanya yang kemudian menganggukkan kepala dan mengeluarkan sebuah buku catatan dengan cover yang dibalut oleh kulit sintetis.
Diberikannya catatan itu kepada Yama yang kemudian diserahkannya catatan itu kepada Eiji yang kini terlihat kebingungan disana, "Aku tidak mungkin menceritakan semuanya secara mendetail, karena itu semua akan membutuhkan waktu yang lama … jadi bacalah ini, ini adalah catatanku yang kutulis setelah aku terbangun dari tidurku dan berhasil meloloskan diri dari sana." jelas Yama kepada Eiji seraya menyerahkan catatan itu kepadanya, penjelasan itu lah membuat Eiji menganggukkan kepalanya seraya berucap terima kasih kepada Yama dan juga Yuki yang ada di dalam ruangan itu.
"Terima kasih." ucap Eiji kepada Yama yang kini menggelengkan kepalanya untuk menanggapi ucapan Eiji.
"Tidak … terima kasih Eiji, karena kau adalah satu-satunya orang yang percaya dengan apa yang kuceritakan setelah Yuki." terang Yama kepada Eiji yang kini menoleh menatapnya dan kemudian beralih menatap Yuki yang kini tersenyum menatap dirinya.
"kebanyakan dari mereka hanya akan mendengarkan versi singkatnya seperti teman yang lain, dan tidak ingin mengetahui kelanjutannya, mungkin pengalamanku saat itu seperti cerita yang membosankan, tapi kau … kau dan Yuki ingin mengetahuinya dengan lebih, karena aku yakin kalian percaya dengan apa yang aku ceritakan dan apa yang telah aku alami … dan aku berterima kasih karenanya." sambung Yama lagi panjang lebar.
…
Malam itu sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Eiji tidak pernah sedikitpun menolehkan pandangannya ke arah lain selain catatan yang sempat diberikan oleh Senior Yama di ruang rawatnya, dan karenanya pula Eiji semakin menjadi tidak sabar untuk membaca catatan pengalaman dari Yama yang dengan sengaja di catat di dalam buku tersebut.
Karena merasa sudah tidak sabar untuk membacanya, Eiji pun akhirnya membaca lembar pertama dari catatan tersebut. Catatan itu pun bertuliskan 'Tidak ada satu pun kejadian yang ditulis ke dalam buku catatan ini yang berupa sebuah fiksi. Semua yang terjadi di dalam buku catatan ini adalah beberapa kejadian kualami dengan sadar, di dalam dimensi yang aku dan temanku sebut sebagai dimensi misteri atau yang disebut oleh mereka sebagai Labirin. Tertanda sang penulis, sekaligus orang yang mengalaminya : Nakamura Yama.'.
"Hh … " Eiji hanya bisa menghembuskan napasnya cukup dalam ketika ia membaca lebar pertama dari buku catatan tersebut, yang pada akhirnya membuat Eiji pun membuka lembar selanjutnya untuk mengetahui awal mula kejadiannya.
'Rasa ketakutan ketika kerikil-kerikil jalur kereta yang menyelubungiku siang itu, Melebihi rasa ketika aku berdiri di tengah perlintasan kereta dan menunggu kedatangannya untuk membawaku pergi ke alam yang lainnya dan meninggalkan kepedihan juga kesedihan yang kualami di dunia ini, atau setidaknya membawaku kembali berengkarnasi menjadi sesuatu yang lebih baik dari yang sekarang.
Ya, untuk beberapa saat aku memang mengurungkan niatku untuk bunuh diri. Merasa bahwa kehidupanku sayang untuk di tinggalkan. Indah serta hangatnya mentari sayang untuk dilewatkan, namun bukan seperti ini yang kuinginkan.
Untuk waktu yang singkat, kerikil-kerikil yang menyelubungi tubuhku pun akhirnya menghempasku dengan cukup kencang ke dalam sebuah lokasi yang tidak pernah aku ketahui sebelumnya.
Sebuah lokasi di mana hanya ada semak-semak tinggi yang menghalangi seluruh pandanganku.' -Nakamura Yama
Pandangan Eiji saat ini terolehkan ke arah luar, di mana dirinya sudah sampai di kota Kaneyama, yang akhirnya membuat Eiji pun menutup buku catatan tersebut dan bersiap untuk turun dari Bis. Ia berjalan untuk sampai ke rumahnya dan bertemu dengan keluarganya yang sudah menunggu kedatangannya dan juga sang Ibu yang telah menyiapkan makan malam untuk mereka semua.
…
(Cerita mengenai Nakamura Yama di dalam Dimensi)
tak ada yang bisa dilihat oleh Yama selain semak-semak tinggi yang menghalangi pandangannya untuk melihat ke arah sekitar sana, hanya ada jalan setapak yang mengarah ke depan dan ke belakang yang membuat Yama akhirnya berpikir bahwa itu merupakan sebuah labirin yang cukup besar, terlihat dari tinggi semak-semaknya.
Menyadari bahwa dirinya berada di dalam labirin, Yama pun merasa aneh karena seolah bebatuan kerikil yang berada di rel kereta api tadi, yang sempat mengerubuni tubuhnya saat itu dengan sengaja membawanya ke dalam labirin yang tidak ia ketahui.
"Di mana aku saat ini??" tanya Yama kepada dirinya sendiri, ia mungkin saja tengah bermimpi yang pada akhirnya ia pun berjalan melangkah ke depan untuk mencari tahu apakan benar ini hanya sebuah mimpi, dan jika benar kenapa dia bisa berada di dalam labirin, jika mimpi yang sebelumnya adalah di rel kereta api? Namun, setahu Yama ia sadar bahwa kejadian di rel itu adalah benar.
Merasa bingung terhadap apa yang baru saja dialami olehnya, membuat Yama pun melihat-lihat apa yang nantinya akan terjadi di dalam labirin itu. Ia berjalan untuk menelusuri lorong labirin yang tengah ia pijaki dan mencari sebuah jalan keluar, namun sudah lebih dari dua jam rasanya berjalan, Yama tidak kunjung menemukan jalan keluarnya. Hal itu pun membuat Yama semakin bingung lagi.
"Apakah benar aku berada di dalam mimpi?? dan jika benar ini mimpi, lalu kenapa aku merasa lelah sekali setelah berjalan cukup lama di sini?? bukankah jika kita bermimpi maka kita tidak akan merasakan lelah?" gumam Yama kepada dirinya sendiri, ia berpikir sejenak dan akhirnya memilih untuk mencubit dirinya sendiri sekeras mungkin untuk mengetes dirinya apakah pikirannya mengenai alam mimpi itu benar, dan akhirnya Yama pun mengaduh kesakitan karenanya.
"Auhh!!" ringis Yama merasa kesakitan di tangan kirinya yang sempat ia cubit sendiri, dan dirinya bahkan sempat tertegun ketika ia merasakan sakit. "Tidak … tidak mungkin, apakah tempat ini nyata?! bagaimana bisa?? bagaimana bisa kerikil itu membawaku ke mari?? tempat apa ini?? di mana aku?!" gumamnya sendiri seraya menoleh ke kanan dan ke kiri dengan cukup panik.
Yama pun akhirnya terdiam untuk berkonsentrasi agar bisa berpikir dengan jernih, memikirkan bagaimana caranya kerikil kecil itu membawa Yama kemari dan bagaimana caranya Yama untuk bisa keluar dari tempat itu. Pada akhirnya Yama pun menyerah dengan itu semua dan memilih untuk mencari petunjuk jalan keluar, dan keputusan itu pun membuatnya kembali melangkahkan kakinya menelusuri tempat tersebut untuk mencari tanda atau gerbang yang bisa saja itu merupakan jalan keluar dari labirin ini.
…
(waktu yang tengah bergulir saat ini - Eiji)
Tok-tok-tok …
"Kakak … bisakah kau membantuku??" sebuah ketukan dan suara adik dari Eiji pun membuat Eiji yang tengah terfokus membaca segera menutup catatan tersebut dan menoleh menatap sang adik yang membuka pintu kamarnya dengan membawa sebuah buku bahasa Inggris yang ada di tangan kanannya.
Melihat hal itu, membuat Eiji menganggukkan kepala dan merapihkan meja belajarnya, "Kemari … kakak bantu!" ucap Eiji kepada sang adik yang kini tersenyum dengan senang dan masuk ke dalam kamar sang kakak.
…