'Aku berjalan dan terus berjalan hingga kedua kakiku sudah tidak kuat lagi untuk melangkah. Merasa putus asa, setelah menyadari bahwa aku tidak kunjung menemukan jalan keluarnya.
Frustasi, tentu … aku merasakan bahwa diriku sudah tidak memiliki harapan lagi, namun ketika sebuah panggilan terdengar di telingaku, aku menyadari bahwa harapan itu masih ada dan aku bertemu dengannya, lelaki bertato yang baik hati.' - Nakamura Yama
(Menceritakan tentang Yama yang bertemu dengan Philip.)
Sudah cukup lama Yama berjalan, dan bahkan kedua kakinya tidak dapat lagi melangkah, ia merasa bahwa dirinya sudah melalui jalan yang sama sebanyak dua kali. Namun selama itu ia tidak mendapati satu pun jalan keluar atau setidaknya sebuah papan petunjuk seperti peta yang berukuran besar, yang seharusnya selalu ada di taman labirin tersebut untuk menjadikan sebagai sebuah petunjuk arah dan pemandu menuju jalan keluar.
Dengan lemas, Yama terduduk di salah satu dinding labirin sisi kanan. Dirinya sudah sangat lelah dan ia merasa sangat haus dan ia juga merasa lapar, namun ia tidak memiliki apapun untuk di makan.
"Hei!" sebuah panggilan yang terdengar di telinga Yama pun membuat dirinya menoleh menatap ke arah seseorang yang saat ini berdiri cukup jauh dari tempatnya terduduk, dan menyadari bahwa tidak hanya dirinya di labirin itu pun membuat Yama segera bangkit dari duduknya dan tersenyum dengan senang seraya berjalan menghampiri orang yang baru saja memanggilnya.
Seorang lelaki yang saat itu berdiri di ujung lorong itu pun terlihat dipenuhi oleh tato yang menempel di seluruh tubuhnya, atau lebih tepatnya dari tangan kanan hingga ke pipi dan dahinya. Lelaki itu tidak terlihat begitu ramah, namun Yama berusaha untuk seakrab mungkin dengan menyunggingkan senyumannya ketika ia sampai tepat di hadapan lelaki tersebut.
"Oh, Hallo! Beruntung sekali aku menemukan seseorang seperti anda di sini." ucap Yama, dan terdengar dari ucapannya Yama seolah merasa bahagia dan bersyukur telah bertemu dengan lelaki itu. Bahkan sikap ramah dari Yama pun membuat lelaki yang baru saja memanggilnya itu, kini mengerenyitkan dahi dan menatap Yama yang kini terdiam di hadapannya, hanya dua meter dekatnya dan itu cukup membuat lelaki bertato tersebut merasa bingung.
Pandangan Yama di detik kemudian pun teralihkan ketika ia merasa bahwa ada yang menetes di kedua tangan dari lelaki itu, dan Yama terkejut bukan main ketika melihat bahwa kedua tangan dari laki-laki itu berlumuran dengan darah, yang membuat Yama tergagap menunjuk kedua lengannya, "Oh! … k … kamu berdarah!" ucap Yama kepada laki-laki itu, dan dari ucapan yang dilontarkan oleh Yama, lelaki itu merasa bahwa Yama merasa khawatir dengan kondisi yang dialami oleh dirinya saat ini.
"Anak baru??" tanya laki-laki bertato itu kepada Yama, pertanyaan dari lelaki itu tidak dijawab, membuat dirinya meyakini jika Yama tidak akan menanggapinya dan pandangannya terus saja tertuju pada kedua tangan laki-laki bertato yang kini berlumuran dengan darah, dan menyadari itu tentu saja membuat lelaki tersebut berdeham sehingga membuat Yama menoleh menatapnya dengan bingung. Melihat kebingungan Yama, membuat lelaki bertato yang berdiri tepat di hadapan Yama saat itu, kini menghela napasnya dan menyadari jika Yama merupakan anak yang baru saja datang kemari.
"Hh … kurasa aku benar, kau adalah anak yang baru." ucap Lelaki tersebut yang kemudian mengayunkan lengannya dan meminta Yama untuk ikut bersama dengan dirinya terduduk di salah satu dinding labirin dan kemudian berbincang.
Melihat lelaki itu mengajaknya untuk duduk, Yama pun pada akhirnya ikut terduduk tepat di samping lelaki bertato itu dan kemudian berucap, "Eum … aku Yama, siapa namamu?" tanya Yama sedikit canggung kepada lelaki bertato yang kini mengelap darah yang melumuri kedua tangannya dengan jaket yang dikenakan olehnya, yang membuat Yama menyadari jika itu bukanlah darah yang berasal dari dirinya, dan ia juga belum sampai ada pikiran darah siapa itu, sehingga membuat Yama terlihat tenang-tenang saja.
"Hh … aku Philip." jawab Philip singkat kepada Yama yang kini ber'o'ria dan menganggukkan kepala karenanya.
"Eum, … apakah kau tahu kita berada dimana sekarang? Karena jujur saja, aku merasa bingung, aku seharusnya ada di perlintasan kereta api yang berada tidak jauh dari rumahku, tapi secara tiba-tiba saja … aku berada di labirin ini, dan lagi … aku tidak menemukan jalan keluar." jelas Yama kepada Philip yang kini menoleh menatapnya dan kemudian menyipitkan dahinya setelah melihat wajahnya dan menyadari bahwa ia lebih muda dari dirinya.
"Apakah kau masih sekolah?" tanya Philip menghiraukan pertanyaan Yama dan balik bertanya dengan pertanyaan yang lainnya, yang tentu saja membuat Yama mengerutkan dahi dan kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi itu semua.
Maklum saja, Philip tidak menyadari umur Yama karena Pakaian Yama saat ini memakai celana panjang hijau tua dengan banyak sakunya, kaos oblong putih serta jaket hitam berbahan kain. Philip sempat berpikir bahwa Yama mungkin adalah orang yang berkisar 20 tahunan, namun setelah ditelisik lebih, wajah Yama terlihat sangat muda dari itu.
"Berapa umurmu?!" tanya Philip lagi kepada Yama yang kini terlihat berpikir dan kemudian berucap dengan pasti,
"aku kelas 3 SMP dan tahun ini aku berumur empat belas tahun." jawaban yang dilontarkan oleh Yama saat itu sangat mengejutkan bagi Philip, dan keterkejutannya itu ditunjukkan dengan raut dari dirinya yang membelalakan matanya setelah mendengar jawaban dari Yama.
"Hei! Kenapa kau bisa berada di sini nak?!!" tanya Philip kepada Yama yang terlihat bingung karenanya, sedangkan Philip saat ini terlihat kesal, seolah anak seumuran Yama tidak boleh berada di dalam labirin ini.
"Apakah aku tidak boleh berada di sini, Philip??" tanya Yama kepada Philip yang kini beranjak dari duduknya dan terlihat frustasi entah karena apa.
"Ya! Untuk apa mereka mengirim anak berusia empat belas tahun ke dalam dimensi ini?!" jawab Philip seraya menggeram kesal entah kepada siapa, dan melihat gerak-gerik itu tentu saja membuat Yama menjadi sedikit takut dan sekaligus bingung dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Philip.
"Philip … aku tidak mengerti maksud dari ucapanmu?" tanya Yama kepada Philip yang kini berjongkok di hadapan Yama dan menggenggam kedua bahu Yama seraya berucap,
"Dengar ... tempat ini tidak baik untukmu, Yama … kau harus segera pulang kembali ke dunia, ini bukan tempat yang baik untukmu!" jelas Philip kepada Yama, dan ucapan itu tentu saja membuat Yama semakin bingung karenanya.
Yama dengan jelas mendengar bahwa Philip berucap, jika dirinya harus segera kembali ke dunia, dan kata itu lah yang menjadi pertanyaan yang serius bagi Yama. Jika dirinya harus kembali ke dunia, jadi tempat yang dipijaki oleh mereka berdua saat ini adalah apa?? itulah pertanyaan serius yang hingga di dalam benak Yama saat ini.
"Philip … aku benar-benar tidak mengerti dengan ucapanmu" ucap Yama menjadi panik karena ucapan Philip, dan pertanyaan itu membuat Philip menatapnya dan kemudian menghela napas dengan berat untuk akhirnya memerintahkan Yama untuk berdiri dari duduknya.
"Ayo … ikutlah denganku, aku akan menjelaskan semua yang kuketahui tentang tempat ini, agar setidaknya kau akan mengerti setelah mendengarkan penjelasanku selama di jalan." ucap Philip kepada Yama yang kini bangkit dari duduknya dan berjalan beriringan dengan Philip yang berjalan menjauhi tempat mereka beristirahat tadi.
Sebenarnya Yama merasa takut dengan banyak hal, dan termasuk dengan Philip yang ia sadari merupakan orang yang aneh. Namun karena ia tidak punya pilihan lagi dan ingin segera pulang, menjadikan dirinya harus memercayai sepenuhnya kepada Philip dan terus mengikuti langkah kakinya. Yama merasa yakin bahwa tidak semua orang aneh itu adalah orang yang berbahaya.