Memikirkan tentang kisah yang diceritakan oleh senior Yama, dan juga memikirkan pertanyaan yang terus hinggap di dalam kepalanya, membuat Eiji tidak tidur selama satu hari penuh. Dan bahkan karenanya dia dan juga Shuta harus terlambat masuk sekolah setelah Shuta menyusul dirinya karena ia tidak kunjung datang di stopan bus tempat biasa mereka bertemu untuk pergi bersekolah.
"Bagaimana bisa kau terlambat bangun, Eiji!!" protes Shuta kepada Eiji, kini keduanya tengah berlari dengan terburu-buru untuk masuk ke dalam sekolahan.
Bahkan tidak hanya itu, pikiran Eiji saat ini menjadi sedikit kacau hingga itu pun berimbas kepada semua tindakannya dan bahkan berimbas ketika ia mengerjakan soal matematika di depan papan tulis yang kala itu diperintahkan oleh sang guru yang membuat banyak di antara mereka tertawa melihat jawaban Eiji yang sangat di luar ekspetasi mereka pada biasanya.
Waktu pun bergulir, jam pelajaran sejarah pun dimulai dan saat itu Eiji kembali melakukan sebuah kesalahan. "Sttt … Pssst … Eiji! … oi Eiji!!" panggil Sawamura kepada Eiji yang kala itu duduk satu bangku lebih depan dari dirinya dan letaknya sedikit ke arah samping darinya.
Panggilan pelan dari Sawamura sama sekali tidak di gubris oleh Eiji, yang kemudian membuat Sawamura harus kembali memanggilnya namun lebih kencang sedikit, agar sang guru juga tidak menyadarinya.
"Hei Eiji!" panggilnya lagi, dan itu berhasil. Eiji menoleh menatap Sawamura yang kini menunjuk sesuatu yang tengah digenggam oleh dirinya. Dan hal itu membuat Eiji mengedikan kepalanya untuk bertanya kepada Sawamura.
"Bukumu … bukumu terbalik!" bisik Sawamura kepada Eiji yang kini dengan segera menolehkan pandangannya menatap ke arah buku yang digenggam olehnya sendiri dan benar saja, buku itu terbalik. Karenanya Eiji pun segera membenarkan posisi buku yang baru saja ia benarkan.
Itu merupakan sebuah kecerobohan Eiji ketika jam pelajaran sejarah tiba, dan itu merupakan beberapa kecerobohan yang baru saja di lakukan oleh dirinya, karena pada dasarnya masih ada kecerobohan Eiji yang lainnya yang dilakukan olehnya hari itu.
Hal itu tentu membuat teman-teman satu kelasnya merasa ada yang aneh dengan Eiji, dan bahkan kabar itu pun akhirnya sampai di telinga Shuta dan juga Jiro yang berada di kelas lainnya. Kabar itu pun akhirnya membuat Shuta dan Jiro segera mencari keberadaan Eiji untuk menanyakan keadaannya.
"Ah!" sebuah pekikan membuat Shuta dan Jiro yang berjalan pun pada akhirnya serempak menolehkan pandangannya ke kanan dan juga kiri, yang akhirnya menatap lurus ke depan, di mana Eiji baru saja melakukan sebuah kecerobohan lainnya setelah ia tersadar saat ternyata dirinya salah memilih satu minuman di finding machine yang ada di ujung lorong lantai bawah sekolahan mereka.
Melihatnya seperti itu membuat Shuta menghelakan napasnya dan segera berlari bersamaan dengan Jiro untuk pergi menghampirinya.
"Oi! Eiji!!" panggilan Shuta kepada Eiji, membuat dirinya menoleh menatap Shuta dan juga Jiro yang datang mendekati dirinya di ujung lorong itu.
"Eiji-chan …. apakah kau baik-baik saja?" tanya Jiro kepada Eiji yang kini mengangguk dengan pelan untuk menanggapi pertanyaan itu, namun jawaban itu tentu tidak membuat Shuta dan Jiro percaya kepadanya.
"kenapa kau bisa seceroboh itu hari ini?? aku yakin bahwa ada yang salah denganmu!" jelas Shuta kepada Eiji, yang kemudian diberi anggukan kepala oleh Jiro, seolah dirinya setuju dengan apa yang diucapkan oleh Shuta yang kini berdiri tepat di samping dirinya dan tengah berhadapan dengan Eiji.
Mendengar penjelasan itu, membuat Eiji pun menghela napasnya dan kemudian mengangguk dengan lemas. "Ya … hari ini aku membuat banyak sekali kesalahan" jelas Eiji kepada Shuta dan Jiro, dan bahkan ia pun menambahkannya dengan berucap, "Terlambat masuk, salah mengerjakan soal di papan tulis, terbalik membaca buku sejarah, salah memberikan penghapus kepada Makato, tidak sengaja menumpahkan saos di bajuku dan sekarang salah memilih minuman …" ucap Eiji menerangkan seluruh kesalahannya panjang lebar kepada Shuta dan Jiro.
Mendengar hal itu, membuat Shuta dan Jiro hanya mampu menggelengkan kepalanya. "Apa yang sebenarnya terjadi?? apa yang sedang kau pikirkan, Eiji??" tanya Shuta kepada Eiji yang kini menghelakan napasnya dan mengedikkan bahunya.
Meski itu adalah reaksi yang diberikan oleh Eiji, namun Shuta yakin jika sahabat kecilnya itu tengah memikirkan sesuatu hal, namun ia juga tahu bahwa Eiji tidak pernah mau terbuka perihal sesuatu masalah dan bahkan seperti saat ini. Namun untungnya, Shuta adalah orang yang memiliki pemikiran yang terbuka, dan ia menghormati privasi Eiji sebagai seorang sahabat.
Ditepuknya bahu Eiji oleh Shuta yang kini menyunggingkan senyumannya, "Apapun itu … kuharap kau bisa menuntaskannya, Eiji!" itulah ucapan yang dilontarkan oleh Shuta kepada Eiji yang kini menatapnya dan kemudian menganggukkan kepalanya dengan pasti.
"Ok! Kalau begitu, ayo kita beli makanan di kantin!" ajak Jiro kini berseru kepada mereka berdua, dan karena ajakan itulah mereka segera menganggukkan kepala dengan setuju dan kemudian pergi menuju kantin bersama-sama.
…
Eiji kehilangan fokusnya seharian ini hanya karena memikirkan tentang kisah perjalanan Yama, dan karena rasa penasarannya terus berkembang dan tidak pernah menghilang, Eiji pun memutuskan untuk pergi menjenguk Yama sekali lagi. Namun kali ini, ia pergi hanya seorang diri saja, tidak dengan Shuta karena pada saat yang bersamaan, Shuta harus berlatih di klub baseballnya, dan itu merupakan waktu yang tepat bagi Eiji untuk pergi menengok kembali Senior Yama yang kabarnya masih di rawat di rumah sakit Yamagata City Hospital Saiseikan.
Setelah jam sekolah berakhir, tanpa menunda-nunda lagi Eiji pun pergi menuju stasiun dan pergi ke kota Higashine untuk menjenguk Seinornya di Yamagata City Hospital Saiseikan.
Selama perjalanan menuju kota Higashine, pikiran Eiji tidak pernah berhenti untuk mengingat semua kisah yang diceritakan oleh Yama di hari kemarin, rasa penasarannya benar-benar parah sehingga Eiji pun meringis setelah menyadari bahwa ia menjadi seseorang yang aneh karena penasaran dengan hal yang belum tentu benar terjadi pada hidup kakak tingkatnya itu.
"Cih … aku bodoh! Sudahlah, yang jelas … jika itu tidak benar, setidaknya aku tidak merasa penasaran dengan kisah yang diceritakan olehnya." itulah gumaman yang diucapkan oleh Eiji kepada dirinya sendiri yang kini menganggukkan kepalanya untuk menjawab hal tersebut.
Langkah kaki Eiji kini menelusuri lorong-lorong rumah sakit, dan pada akhirnya ia pun sampai di depan ruangan di mana Yama di rawat. Eiji terdiam untuk sejenak, sebelum akhirnya ia mengetuk pintu ruangan tersebut sebanyak tiga kali, dan karenanya pintu itu pun terbuka oleh Yuki yang kini terlihat bingung dengan kedatangan Eiji yang kala itu datang sendiri dengan membawa satu keranjang buah-buahan untuk Yama, teman kecilnya.
"Um … Eiji, benar?" tanya Yuki kepada Eiji yang kini menganggukkan kepalanya, dan karena itu pula Yama yang tengah terduduk di ranjang rumah sakit pun menoleh menatapnya yang kini membalas tatapan tersebut.
"Maukah kau menceritakan semuanya secara detail kepadaku?" tanya Eiji kepada Yama yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian menyadari bahwa Eiji adalah anak yang masih merasa penasaran dengan pengalaman yang telah diceritakan olehnya kepada teman-temannya kemarin malam.
…