Menurut informasi dari Nuansha, Berserk Crystal merupakan salah satu peninggalan benda pusaka milik para Dewa. Sekilas, tidak berbahaya jika diperhatikan. Akan tetapi, kristal tersebut akan merubah sifat seseorang menjadi kebalikannya. Ditambah, dapat meningkatkan kemampuan di atas rata-rata. Ciri khas Berserk Crystal pada awalnya berupa cahaya berkilauan. Tetapi, itu hanyalah tipuan semata. Ketika kristal itu tertarik pada suatu individu, Berserk Crystal berubah menjadi gelap kapanpun benda itu mau. Selain itu, kristal tersebut dapat menghipnotis orang-orang di sekitar dungeon. Tidak peduli laki-laki, perempuan, anak kecil maupun dewasa.
"Lalu bagaimana cara mengalahkan Grimm bersaudara?" tanya Allen.
"Sejujurnya, aku tidak tahu cara mengalahkan mereka. Tapi jika kita membujuk mereka, kristal itu akan mempengaruhi kita semua. Satu-satunya cara adalah mencari sumber yang tersembunyi di dalam dungeon itu. Dan menghancurkannya selagi sempat. Apabila kalian telah berhasil menghancurkan benda itu, otomatis Berserk Crystal tidak akan bisa mempengaruhi semua orang yang ada di dalam dungeon," jelas Nuansha.
"Tapi apakah dengan cara itu bisa dilakukan dengan mudah?" tanya Yumi memiringkan kepala.
Para otherworlder saling memandang. Nuansha tidak berharap memahami situasi yang sudah terjadi belakangan ini. Tetapi, wanita pirang berkuncir kuda memilih membungkam mulutnya.
"Akan kami coba. Tapi sebenarnya kita ada di mana sih?" tanya Rina.
Para otherworlder terperangah mendengar langsung dari bibir Rina. Reaksi gadis berambut panjang itu lamban. Allen bisa memahami hal itu, karena dia baru saja tidak sadarkan diri. Apalagi berada di ruangan yang begitu minimalis dan tidak seperti ruangan sebelumnya yang kosong. Membalasnya berupa senyuman dari wanita pirang berkuncir kuda. Mengambil piring yang ada di meja makan, mencucinya hingga bersih. Sabun colek ada di samping kanan wastafel. Mengusapnya hingga bersih mengkilap dan wangi. Semburan air pelan dari keran wastafel dimatikan. Menoleh kepada Yumi beserta para otherworlder.
"Maaf. Aku lupa memberitahukan hal paling penting. Kalian berada di ruangan khusus. Anggap saja, ini adalah checkpoint. Umumnya, ruangan ini dikhususkan bagi para petualang seperti kalian. Sayangnya, ruangan ini hanya berlaku bagi ras seperti kita."
"Pantas saja desainnya biasa. Tidak kusangka Grimm bersaudara membuat ruangan ini untuk kita," ujar Allen berkomentar.
"Tebakanmu salah, Tuan Allen. Sebenarnya, desain ruangan ini berasal dari buatanku. Karena dungeon Twin Tower merupakan tempat yang misterius sekaligus menara menyimpan segudang informasi penting yang tidak kuketahui. Konon, hanya pemilik dungeon yang mengetahui denahnya dan seluk beluk dungeon itu sendiri."
"Kalau begitu, ada cara tidak, kita bisa ke sana?" tanya Yumi.
"Bukan kita ke sana. Tapi cara untuk bertahan hidup di dalam dungeon."
"Tunggu sebentar! Ini masih dungeon dari Twin Tower bukan?" sanggah Rina.
Nuansha mengangguk pelan. Setelah mencuci piring sampai bersih, dia mengambil di lemari. Secarik kertas terbuat dari kulit binatang bergmbar peta yang dibuat oleh Nuansha. Memberikannya kepada Allen. Tetapi saat menerimanya, sebuah tulisan sulit dipahami bagi mereka. Apalagi Hiro dan kawan-kawan yang baru saja mengalami reinkarnasi dan sihir pemanggilan oleh para Dewa.
"Wening-san, sudah berapa lama kau terjebak di sini?" tanya Yumi.
Dia bergumam panjang. Tidak ada ekspresi apapun dari wanita berambut pirang ponytail. Kemudian ekspresinya berubah berupa senyum masam. Mengambang cukup jelas dari bibirnya. Kedua bola matanya memancarkan kesedihan mendalam beserta kedua bahu melemas. Yumi dan Rina memalingkan wajahnya. Terlalu sensitif menurut wanita berambut pirang kuncir kuda. Nuansha menunjuk pada jalan yang belum dijelajahi oleh para otherworlder. Tepatnya arah timur. Lurus sampai menemukan sebuah gambar berupa labirin.
"Itu adalah lantai paling dasar. Lantai pertama. Bisa dibilang, lantai ini cukup membingungkan rutenya. Jika kalian sampai di sana, carilah tangga yang membentang spiral. Untuk mencapai ke sana, kalian harus mencari sebuah ruangan berisikan minyak."
"Minyak ya? Bisakah agak spesifik?" ucap Allen.
Namun jawabannya hanya sebatas gelengan kepala. Membuatnya Marc dan Ronald mengerutkan kening. Alis mereka turun ke bawah.
"Dengan kata lain, kau tidak tahu apa-apa kecuali lantai dasar?" tanya Roland.
Nuansha mengangguk perkataan Roland. Keempat orang menghela napas berirama. Bagi Allen menggeleng pelan mendengarnya. Tetapi, dia berpikir positif. Lebih baik informasinya sedikit daripada tidak sama sekali. Bagi Marc, Ronald tidak suka jika informasi yang didapatkan sangat minim. Bisa saja, wanita bernama Nuansha menjebak mereka. Marc menepuk pundak Ronald.
"Tapi tidak ada salahnya kita mencoba. Benar begitu Allen?" kata Marc.
"Kurasa kau benar."
"Baiklah. Kita selesaikan segera berangkat dan—"
"Tunggu, teman-teman. Ada hal yang harus kusampaikan kepada kalian. Terutama mengenai kondisi Fan," kata Rina memotong perkataan Marc dengan ekspresi ragu.
Gadis berambut panjang itu menjabarkan ingatan ketika menaruh implant sihir ke sebuah bola mata [Lizard Warrior]. Serta pelaku di balik semua ini. Ekspresi mereka menjadi suram. Nuansha yang tidak mengetahui arah pembicaraan ini, memutuskan untuk mendengarkan percakapan mereka.
"Begitu ya … aku tidak menduga mereka akan melakukan sesuatu terhadap Fan," kata Allen bernada datar.
"Kukira mereka itu orang baik. Ternyata malah menusuk dari belakang," gumam Yumi bernada sedih.
"Sial! Kalau saja kita membawanya ke dalam—"
"Kau ini benar-benar bodoh, Ronald! Apa kau lupa, kalau Fan dibawa ke sini akan menjadi beban untuknya!" bentak Hiro.
"Tapi tetap saja dia itu anggotaku, Hiro! Begitu juga dengan Marc! Kalau saja kita membawanya, tentu saja nasibnya tidak akan seperti sihir pemanggilan milik Rina!" sanggah Ronald tidak terima dengan perkataan Hiro.
"Oi! Aku hanya mengutarakan faktanya! Mana kutahu kalau dia diculik? Selama ini, Rina sudah memberikan bantuan berupa memanggil sihir monster. Dua malahan! Ditambah lagi, sihir pemanggilan Rina tidaklah selemah yang kalian berdua pikirkan!" bela Hiro terhadap aksi Rina.
"Kemungkinan besar kekuatan sihir itu berasal dari Wolf lantaran dua monster panggilanku telah dibunuh olehnya. Dan Red Riding Hood mengincar Fan karena berbagai alasan tertentu. Selain itu, kemunculan Rapunzel juga meningkatkan energi sihir mereka lantaran berasal dari Grimm bersaudara," jelas Rina menerangkan pada otherworlder.
Pemuda berambut coklat mengangguk pelan. Dengan kata lain, bukan sepenuhnya salah Rina soal penculikan yang dilakukan Red Riding Hood dan rekan-rekannya. Gadis berambut panjang juga tidak mau disalahkan atas kejadian menimpanya. Tetapi, penjelasan Rina barusan membuat Ronald tidak terima. Dia mencengkram baju kerah Rina. Yumi hendak menolong sahabatnya. Tiba-tiba, Hiro menggebrak meja dengan melotot. Sebuah pukulan mendarat dari lengan pemuda berambut coklat. Pukulan keras ke pipi kanan. Ronald tersungkur dari kursi. Marc ingin membalasnya. Tiba-tiba, suara siulan keras dari Allen menghentikan aksi kedua pihak. Seketika, semua orang terdiam. Termasuk Hiro dan Ronald yang saling melempar pukulan. Situasinya malah semakin menegang jika terus dibiarkan.
"Kalian bisa tidak diam tidak!" bentak Allen.
Hiro maupun Ronald terdiam dari pria tua berambut putih. Allen mengenakan topi koboinya sehabis dilepas. Bangkit berdiri dan menerima peta dari Nuansha berupa menggulungnya. Tidak ketinggalan, dia mengecek status sembari melirik pada Nuansha.
"Apa kau ingin keluar dari ruangan ini? Kami membutuhkanmu untuk memandu lantai dasar."
Namun, Nuansha menggeleng kepala, menandakan penolakan secara halus. Disertai ekspresi tersenyum penuh kehangatan. Para otherworlder saling melirik. Kemudian, Yumi bertanya kepada Nuansha.
"Apa kau yakin?"
"Kalau aku tidak yakin, untuk apa memberikan ini kepada kalian? Lagipula, aku ingin kalian bisa menyelesaikan dungeon secepat yang kalian bisa."
"Baiklah kalau begitu. Kami berterima kasih atas pelayanan yang anda berikan. Khususnya sesama otherworlder," kata Allen bertutur kata sopan.
"Tidak ada masalah. Yang penting kalian bisa makan dan istirahat saja sudah cukup kok."
Mereka berenam tersenyum. Memohon pamit undur diri. Keempat orang keluar duluan. Sedangkan Ronald dan Marc menyusul dari belakang. Ketika Allen dan kawan-kawan sudah keluar dari ruangan, Nuansha menepuk pundak Hiro. Terlihat ekspresi mengeras beserta bibirnya digigit. Nuansha menyunggingkan senyum.
"Jangan diambil hati. Dia berkata demikian karena ingin melindungimu dari bahaya. Aku tidak tahu hubunganmu dengan Allen di masa lalu. Jadi, kau tidak bisa menyalahkan dia sepenuhnya," kata Nuansha tersenyum.
Namun perkataan itu tidak tahu, apakah direspon dengan baik atau abaikan oleh pemuda itu. Pintu knop dibuka, lalu hembusan angin cukup kencang. Dia tersenyum karena kepergian mereka berakhir dengan cukup baik. Nuansha merasakan sedikit kehangatan setelah lama dia bersembunyi di ruangan pribadinya. Serta menoleh pada sebuah foto figura bersama dengan seorang pria. Keduanya memancarkan kemesraan berupa melingkarkan pinggang mereka.
"Kuharap aku bisa berbincang denganmu mengenai pertemuan sesama para otherworlder. Wahai suamiku."