Chereads / Another World Chronicles Universe / Chapter 24 - Intermision 02. Re-Story [Revised]

Chapter 24 - Intermision 02. Re-Story [Revised]

Red Riding Hood dan Wolf melaporkan kejadian di luar dungeon Twin Tower kepada Grimm bersaudara. Gadis bertudung merah membuka topengnya. Menjelaskan kronologi saat membantu para otherworlder hingga menculik gadis bermata merah bernama Fan. Ditambah, Red Riding Hood dan Wolf memerintahkan para serigala untuk memperlambat laju mereka ke dalam dungeon. Sedangkan Wolf berhasil mengambil beberapa sampel darah dan daging untuk dijadikan kelinci percobaan di lantasi sembilan. Tempat dirinya dan Red Riding Hood bersemayam. Mereka juga mendapatkan sebagian upeti hasil jarahan dari para bandit dan monster bernama Tentakelpferd. Kedua telapak tangan menadahkan kepada Wilhelm selaku pembuat dungeon bersama Jacob. Menghampiri Wolf beserta mengelus-elus kepala serigala berbulu coklat. Lidahnya menjulur ke bawah. Merasa senang karena sudah lama tidak mendapatkan pujian dari Wilhelm. Pria nyaris botak itu menuliskan sesuatu untuk Wolf.

"Kerja bagus, Wolf. Kurasa kau memang pantas mendapatkan pujian dariku."

"Lalu bagaimana dengan akhir kisahnya? Apa anda akan merubah nasib saya dalam cerita Red Riding Hood?"

"Wolf!" bentak Red Riding Hood.

"Apa? Aku kan berhak mendapatkan yang terbaik bukan? Setidaknya, apa yang telah kulakukan bisa mengubah nasibku saat ini."

"Kurasa kau benar. Baiklah! Kukabulkan keinginanmu Wolf!"

"Asyik!" ucap Wolf kegirangan.

"Red Riding Hood! Wolf! Kemarilah," ucap Wilhelm.

Red Riding Hood dan Wolf maju secara bersamaan. Grimm bersaudara memejamkan mata. Muncullah Berserk Crystal melayang di udara. Red Riding Hood dan Wolf berlutut di hadapan Grimm bersaudara. Wilhelm dan Jacob mencelupkan tinta sihir berwarna hitam. Tinta itu tidak akan pernah habis selama mereka memiliki energi sihir dalam dirinya. Seperempat halaman mulai dibuka. Keduanya mulai menulis. Melalui tinta hitam yang sudah terkontaminasi oleh sihir. Tulisan dari Jacob dan Wilhelm seirama. Partikel-partikel sihir melingkari pada bagian kepala Red Riding Hood dan Wolf, di mana mereka dapat merasakan energi yang begitu membesar. Di samping itu, Red Riding Hood merasakan sebuah pelukan dari sang nenek. Beliau telah dibuat oleh Jacob dan Wilhelm sebagai pendamping kelak di lantai sembilan. Gadis bertudung merah membuka penutup kepala. Kedua telapak tangannya diangkat. Partikel sihir masuk ke dalam tubuh Red Riding Hood dan Wolf. Menyerapnya hingga mereka memiliki elemen sihir.

Sementara itu, Wilhelm dan Jacob berkonentrasi secara penuh untuk menulis ulang cerita sampai selesai. Dalam kisah Red Riding Hood, gadis bertudung merah akan bertemu dengan Wolf yang menyamar sebagai seorang 'nenek'. Red Riding Hood menaruh curiga terhadap Wolf. Maka, gadis bertudung merah menyiasatinya dengan berpura-pura buang air besar. Tetapi Wolf tidak mengizinkan Red Riding Hood untuk pergi. Berkali-kali Red Riding Hood menolak kemari. Wolf masih bersikeras mengajak gadis bertudung merah kemari. Selagi serigala berbulu coklat berniat untuk menyantap seorang gadis perawan. Helaan napas keluar dari mulut dia. Saat Red Riding Hood mendekat, dirinya diselamatkan oleh sang pemburu. Mengenakan pakaian pemburu dan kapak dari gagang kayu. Kapak tersebut telah diperhalus sampai ujungnya tajam. Dia membuka pintunya, berada di pintu belakang sedang membawa seekor rusa dalam keadaan mati. Kebetulan, dia ingin berkunjung ke rumah nenek gadis bertudung merah. Serta membutuhkan kulit seekor serigala menjelang musim dingin nantinya. Jika kulitnya tebal, maka sang pemburu berniat untuk menjualnya ke pasar. Itu yang terlintas di kepala pemburu.

Mereka berdua berdiskusi mengenai rencana untuk menjebak Wolf. Red Riding Hood dan pemburu. Rencananya begini. Red Riding Hood ke kamar mandi untuk buang air kecil. Setelah itu, dia sengaja membiarkan dirinya masuk ke dalam perangkap Wolf. Setelah itu, serigala berbulu coklat menghampiri Red Riding Hood. Saat itulah, pemburu memenggal kepala Wolf. Sekaligus berpikir bahwa makhluk buas berbulu tebal coklat terkena perangkap. Sayangnya, Wolf tidak terkena serangan kejutan dari pemburu. Red Riding Hood berbalik badan. Membuka cerobong asap yang terdiri dari panci dilumuri saus dan air. Siap untuk dihidangkan Wolf tidak seharusnya menyalakan perapian sebelum mendekati Red Riding Hood. Wajah Wolf terbentuk batu bata. Berusaha melepaskan diri dari pancinya. Pemburu dan Red Riding Hood menutup penampan pancinya. Memastikan Wolf tidak berontak. Suara cakaran dari dalam menyelekit telinga mereka. Keduanya terus bertahan. Beberapa menit berselang, tidak ada tanda-tanda Wolf memberontak. Suara gelembung berbuih dari dalam. Ketika dibuka, Dia sudah tidak bernyawa. Red Riding Hood dan pemburu merasa lega. Akhirnya, Wolf sudah tiada. Itulah kisah mereka.

Namun, Grimm bersaudara merevisi sebagian isi ceritanya. Tentu saja, bukan Wolf yang meregang nyawa dalam cerita mereka. Melainkan sang pemburu. Sama seperti di cerita sebelumnya, pemburu itu menginginkan harta dan kekayaan dari si nenek, karena konon hartanya memiliki ribuan permata yang tersimpan di dalam rumahnya. Red Riding Hood disuruh oleh neneknya untuk memanggil Wolf. Serigala berbulu tebal coklat dulunya hewan peliharaan yang dilepas oleh neneknya lantaran tubuhnya penuh luka. Jadi, Wolf membayar hutang sang nenek. Dia bersedia membantu dengan syarat memberikan seluruh jiwa dan tubuh pemburu kepadanya. Ketika sang pemburu berhasil mengikat Red Riding Hood, dia menemukan harta yang dicari. Mengisi perhiasannya ke dalam kantung sampai penuh. Hingga datanglah Wolf yang melihat nenek dan Red Riding Hood sedang dalam diikat. Tanpa ampun, serigala berbulu coklat membunuh sang pemburu dan memakannya dalam keadaan hidup-hidup. Kisah kepahlawanan Wolf menjadi teladan bagi anak-anak untuk tidak berbuat serakah terhadap pemberian orang lain.

Jacob dan Wilhelm telah selesai menulis. Kedua telapak tangan mereka seirama, menaruh di atas meja. Keringat bercucuran dari mereka. Menghirup napas lega dari mulut keduanya. Wolf dan Red Riding Hood saling memandang. Tidak paham kenapa mereka banjir keringat.

"Inikah ending yang kau harapkan Wolf?"

"Mantap. Tuan memang terbaik!"

Keduanya puas dengan hasil yang diinginkan. Meski Wolf dan Red Riding Hood membacanya berulang-ulang, paling tidak Jacob dan Wilhelm senang dengan hasil pencapaiannya. Kedua bola mata mereka tidak pernah lepas dari langit yang cerah. Menampakkan sinar matahari yang bersinar. Wilhelm menoleh pada Red Riding Hood. Memberikan sebuah kunci berisikan gudang peninggalan dirinya.

"Red Riding Hood, aku ingin membawakanku sebuah ramuan obat."

"Ramuan obat Tuan?"

"Ya. Kau tahu kan ramuan obat penghapus ingatan?"

"Itu kan—"

"Campurkan dengan air putih. Dan berikan kepada Fan. Aku tertarik untuk menjadikan dia sebagai rekanmu," kata Wilhelm tersenyum.

"Baik Tuan!" ucap Red Riding Hood mengiyakan permintaan Wilhelm.

Selagi Red Riding Hood berbalik badan, sang nenek merasa bangga atas pencapaian cucunya. Ditambah lagi, dia mendapatkan kekuatan melimpah berupa merajut. Ekspresinya menyeringai. Tidak sabar untuk melakukan eksperimen terhadap monster yang ditemuinya.

"Jacob … sudah saatnya kita membuka tirai utama kita," perintah Wilhelm.

"Wilhelm, apa kau yakin dengan itu?" tanya Jacob.

"Tentu saja! Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Jika tidak … penulis sialan itu akan menuju kemari dan menghancurkan segala apa yang kita punya. Kita punya keuntungan kali ini. Yaitu Berserk Crystal. Dan hanya kitalah yang mengetahui lantai mana yang terdapat kristal tersebut," beber Wilhelm.

Jacob bergumam panjang. Dia sebenarnya mempertanyakan keputusan Wilhelm yang dinilai terburu-buru. Sangat riskan jika para otherworlder menuju kemari. Terutama quest yang dibuat secara sengaja oleh mereka.

"Kita lihat apakah mereka bisa mengatasi menara yang telah dibuat. Kuharap kalian tidak membuatku kecewa … otherworlder."

Sementara itu, Rapunzel berjalan di dalam lantai dasar. Melirik area paling dalam. Menyelidiki setiap jebakan yang melintas. Tetapi anehnya, tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Hingga wanita berambut pirang melihat sebuah ruangan kosong. Seingat Rapunzel, tidak ada ruangan yang dibuat Grim bersaudara. Saat melintas, sebuah teknik pedang berelemen angin ke arahnya. Rapunzel menghindar. Mengikat rambut pirangnya. Energi sihir mengalir dalam tubuh dia. Melirik sosok seorang laki-laki mengeluarkan pedang dari sarungnya. Dia memasang kuda-kuda. Kedua telapak tangannya dihempaskan secara vertikal. Rapunzel sadar, lawan yang dihadapi bukanlah manusia atau otherworlder. Lebih dari itu. Dia memutuskan untuk mundur serta mengaktifkan [Invinsible]. Hawa keberadaan wanita berambut pirang telah menghilang. Hentakan kaki kanan telah meratakan semua kepulan asap di sekelilingnya. Senyuman bibir miring ke samping. Tidak sabar menemui ruangan yang dituju.