Malam pun semakin larut. Pesta pun telah usai. Tamu-tamu undangan telah pergi ke rumah mereka masing-masing. Sambil tersenyum Jesicca keluar dari kamar mandi memelintir rambutnya yang panjang dengan handuk dan mengikatkan tali handuk berbentuk baju itu ke pinggang rampingnya.
Jesicca menghampiri Arya yang tengah tidur di spring bed king miliknya lalu duduk di pinggiran spring bed lalu tengkurap mengelus rambut hitam cepak nya Arya.
"Kamu tak akan bisa lepas dariku Mas. Selama ini aku ingin memilikimu. Tetapi mengapa si Ratna yang kau pilih dulu. Bukan Aku."
Masa lalu Jesicca itu sangatlah pahit bersama Arya. Tak ingin ia ulang lagi dan tak mau di kenang lagi. Baginya hanya sekarang tersisa kesempatan itu. Kesempatan memiliki Arya Wisya Sandoso.
Terngiang, ketika Kuliah dulu.
Jesicca dan Arya dulu sahabat dekat. Karna kebaikan yang di miliki Arya membuat Jesicca salah faham atas segala kebaikan Arya. Jesicca menjadi tenggelam dalam perasaannya lebih dari seorang teman, bahkan ia menginginkan Arya menjadi pendamping hidupnya. Tetapi karna Arya tak mencintai Jesicca. Arya hanya menganggapnya sebatas teman saja.
Di kantin Kampus.
Arya sedang menyeruput secangkir kopi di atas meja. Menyeruputnya perlahan-lahan sambil memainkan ponselnya. Senyum-senyum sendiri menatap layar ponsel di tangan kirinya.
Datanglah Jesicca menghampiri, duduk di sebelah Arya seraya menepuk pundaknya, seketika itu Arya kaget. Hingga menumpahkan kopi di atas meja dan celana jeans birunya.
"Eh Kamu gak apa-apa, sorry!" Jesicca mengambil tisu di atas meja lalu membersihkan sisa kopi yang tumpah di celana Jeans birunya Arya.
"Gak apa-apa, hanya sedikit," jawab Arya mengelus-elus pahanya yang basah karna kopi.
"Hmm, ke mall yuk Ar, aku mau beli sepatu, aku mumet sama skripsi padahal baru juga bab satu," ajak Jesicca.
Arya tak menjawab Ia memutarkan kedua bola matanya berfikir sejenak.
Jesicca mengguncangkan lengan tangan kanan Arya memohon padanya agar mau menemaninya ke mall. Dengan kedipan matanya dan khas senyum di bibir tipisnya. "Please!"
Arya bangkit dari kursi yang ia duduki dan berkata, "Yuk!"
Senyuman Jesicca begitu sangat puas, mereka berjalan menuju parkiran motor.
Sesampainya di Mall, Jesicca langsung saja menuju ke Carrefour. Mencari dan memilih sepatu yang ia mau. Arya menyusul di belakangnya, mengikutinya hingga selesai memilih sepatu, lalu membayarnya di kasir.
"Aku udah dapet sepatunya, kamu bosan ya?" tanya Jesicca.
Arya hanya menggeleng dan tersenyum. Ia sempat menoleh sekali kearah toko baju Wanita di sebelah, melihatnya dari balik kaca.
"Jes kita ke sana dulu ya," kata Arya di balas anggukan Jesicca.
Arya tertarik dengan sebuah tunik batik hitam putih panjang yang terpasang di sudut-sudut baju batik lainnya, dengan lengan yang bisa di atur panjang dan pendek. Lalu tanpa pikir panjang ia mengambilnya untuk Ratna Kekasihnya.
"Beli apa kamu, Ar?" tanya Jesicca berada di sebelah Arya.
"Ini bagus gak?" tanyanya sambil memperlihatkan Tunik batik hitam biru itu pada Jesicca.
"Bagus, bahannya juga halus, buat siapa?" tanya Jesicca tersenyum.
"Iya bagus ya? Entah kenapa aku kok tiba-tiba pengen ngasih ini ke dia."
"Pacar?"
"Iya, namanya Ratna. Kami sudah berpacaran kurang lebih setahun," jawab Arya.
Raut wajah Jesicca berubah jadi cemberut dan tak bersemangat. Arya menyembunyikan pacarnya tak pernah bercerita kepadanya. Sungguh terluka hatinya. Pujaan hati yang ia kagumi memilih wanita lain. Selama ini kebaikan yang ia berikan padanya tak berarti apapun.
"Kamu beli apa Jes?" tanya Arya.
"Aku beli baju dress ini saja. Gimana bagus gak?"
"Bagus kok, Yaudah kita ke kasir, nanti aku yang bayar," ucapnya tersenyum.
Mereka pun menuju kasir untuk membayar.
"Makasih ya udah di bayarin," ucap Jesicca.
"Iya gak apa-apa, kamukan temanku." ucap Arya tersenyum.
mereka berjalan-jalan. Melihat lihat isi Mall.
"Laper gak?" tanya Arya.
"Iya nih," jawab Jesicca memegangi perutnya.
"Yuk kita makan di Solaria situ aja , gimana?"
Dengan anggukan Jesicca berkata, "Ok!"
Sesampainya di Solaria mereka memesan makanan. menempati meja dekat jendela kaca dan mereka duduk berhadapan.
"Kenapa kamu tidak pernah cerita padaku kamu punya pacar, Ar?" tanya Jesicca sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Tidak apa-apa. hanya saja hubungan Kita tak ada yang tahu termasuk Mamah dan Kamu."
"Mengapa begitu?" tanya Jesicca penasaran.
"Kamu taukan Mamahku seperti apa?" ucap Arya seraya memainkan ponselnya.
sudah lama rasanya Jesicca ingin membongkar isi hatinya. Mengatakan bahwa ia ingin menjadi pacarnya dan mencintainya. Walaupun Jesicca dekat dengan Marni Ibunya Arya Wisya Sandoso. Tetap saja Jesicca tak bisa meluluhkan hati Arya.
"Kenal Dimana kamu dengan pacarmu itu?" jiwa detektifnya mulai menggebu-gebu. (mungkin bahasa gaulnya adalah KEPO).
"Waktu itu di pesta pernikahan temanku. dia adalah salah satu temannya Ratna dan kami tanpa sengaja berkenalan, jalan dan menjadi pacar." tak sungkan-sungkan lagi Arya menceritakan kisah cintanya pada Jesicca.
Bagaikan tersambar petir tiba-tiba jantung Jesicca berdetak tak menentu. Menandakan bahwa ia telah patah hati.
Tiba-tiba makanan mereka datang.
"Jes!" Arya menepuk pundak Jesicca yang tengah melamun.
Tersontak Jesicca kaget dan berkata, "Oh iya, Ar?"
"Makananmu sudah datang. Cepatlah makan abis itu kan ku kenalkan kamu dengan Ratna."
"Ok," jawabnya dengan malas.
Selesai makan mereka pun keluar dari mall. menunggu di lantai bawah luar Mall.
"Hai Mas Arya!" sapa seorang Wanita berparas manis khas orang Jawa memiliki warna kulit sawo matang gelap bermata bulat. memakai seragam kerja berwarna biru langit dan celana bahan hitam.
"Ratnaaa!" ucap Arya tersenyum. "Kenalkan ini Ratna, Ratna ini Jesicca teman kampusku."
Ratna dan Jesicca mendadak seperti patung diam tak bergerak. Mereka saling berpandangan. kedua mata Mereka sama-sama melotot. Mereka berbarengan menunjuk satu sama lain.
"Ratnaaa!" Jesicca terkejut.
"Jesicca!" Ratna pun mengekpresikan rasa terkejut juga penasaran.
"Kalian saling kenal?" tanya Arya kebingungan.
"Iya, kami dulu satu sekolah SMA, Mas!" jawab Ratna menjelaskan.
Jesicca terdiam, ekspresi wajahnya seperti tak suka. Terselip dendam membara di masa lalu dengan Ratna. Tapi ia sembunyikan agar Arya tak mengetahuinya.
"Oh, Kalian sudah saling kenal? bagus dong kalau begitu. oh iya Aku mau ngasih sesuatu sama Kamu, semoga kamu berkenan menerima hadiahku ini Ratna." Arya menyodorkan sebuah paper bag yang berisikan tunik batik hitam putih tersebut.
Ratna membuka isi di dalam bungkusan paper bag itu dan tersenyum lalu berkata, "Terima kasih ya Mas Arya. Ini bagus sekali."
Arya tersipu malu rasanya pipinya merah seperti udang rebus yang di masak terlalu matang. Hingga rasanya jantungnya ingin jatuh keluar dari dalam dadanya. Sedangkan Jesicca berkobarlah api cemburu yang ia tanam dalam-dalam di lubuk hatinya. Rasanya dendam dan sakit hati berpadu menjadi satu kesatuan.
"Hmm,,hmm!" Jesicca bergumam melirik kedua bola matanya keatas.
"Oh ya Mas Arya aku balik pulang dulu ya. soalnya sudah sore. Lebih baik kamu antar Jesicca pulang." Ratna tau dari tatapan dan tingkah laku Jesicca, jika Ia cemburu melihatnya. Ada rasa cemburu di dalam matanya. yah, begitu besar. besar sekali.
"Bagaimana dengan kamu Ratna?"
"Tidak usah khawatirkan Aku. Aku bisa naik ojek langgananku kok." Ratna tersenyum manis menatap Arya.
Arya dan Ratna saling mencintai pada pandangan pertama. tetapi rintangan mereka lebih besar daripada cinta mereka berdua.
"Kamu hati-hati di jalan, jika sampai rumah kabari Aku secepatnya," ucap Arya mengecup kening Ratna.
Bagaikan dunia runtuh bagi Jesicca. begitu banyak sakit hati yang terpendam lama di dadanya. Sakit sekali. Seperti menabur garam di bagian luka.
"Baik Mas, Jesicca aku pamit pulang ya." Jesicca mengangguk dan melambaikan tangan. Ratna pun berlalu menuruni tangga kecil. menuju jalan raya.
Arya menatap Ratna tak berkedip sedetik pun. Raut wajahnya menandakan cintanya besar pada Ratna.
"Arya, mari kita pulang. keburu sore nanti Mamahmu khawatir," ucap Jesicca menepuk pundak Arya.
Arya membalikan badan "Ayuk Jes!"
Sesampainya di rumah Jessica. Sepasang mata telah mengintip di balik tirai korden kaca jendela kamar bawah.
Jesicca turun menginjak pedal kaki di bawah motor lalu mengembalikan helm milik Arya.
"Sepertinya kita sedang di awasi?" tanya Arya membuka helm dan menaruhnya di jok depan motor.
" Itu Ibuku. Sudahlah tak usah di pikirkan."
"Ya sudah aku pulang dulu ya," ucap Arya memasukan helmnya ke kepalanya. Tetapi langsung di halangi dengan tangan kanan Jesicca.
"Aku ingin mengatakan sesuatu!"
"Apa?" Arya membuka helmnya dan menaruhnya di pinggang kirinya.
"Besok hari Minggu. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku tunggu kamu di Taman biasa ya." Jesicca pun berbalik arah dan berjalan menuju pagar rumahnya, melambaikan tangannya.
"Jam 10 pagi aku tunggu kamu ya, Ar!!" teriaknya.
"Ok, aku pamit dulu ya," jawab Arya memasukan kembali helmnya ke kepala lalu melajukan motornya.