Jesicca duduk di bangku besi yang tak jauh beberapa meter dari Danau yang tenang. Matanya menyorotkan pandangan serius. Angin dingin bertiup menggigilkan. Memainkan daun-daun dari musim gugur, rumput-rumput hijau menari-nari membuat mata yang memandangnya terasa damai.
Beberapa menit menunggu. kemudian...
"Jesicca!" Sahut Arya.
Jesicca bangkit membalikkan badannya dari kursi besi yang Ia duduki tadi. Kedua bola matanya menyiratkan kekesalan melihat pemandangan di depannya.
Arya datang bersama Ratna dan itu membuat hatinya terluka. Arya menggenggam erat tangan kiri Ratna. Sungguh tak terduga. ia terluka kembali.
"Arya!" entah apa yang harus Jesicca lakukan dan apa yang harus ia perbuat lagi. Ingin rasanya mengungkapkan isi hatinya pada Arya. Tetapi? Musnah sudah harapannya.
"Hai Jesicca, apa kabar?" Tanya Ratna tersenyum.
Jesicca memaksakan senyumnya dan berkata, "Baik!"
"Ada apa sebenarnya Jes kamu menyuruhku datang ke sini?" Tanya Arya langsung tanpa basa-basi.
"Aku-Aku-Aku!" ucap Jesicca terbata-bata. pikirannya kacau. Hingga pada akhirnya ia berkata, "Ratna, apa aku bisa berbicara dengan Arya sebentar saja. Hanya berdua!"
Jesicca memohon. Menempelkan kedua
telapak tangannya di hadapan Ratna.
Ratna melepaskan pegangannya dari jemari tangan Arya. "Mas, Aku beli air minum dulu untuk kalian. Sepertinya Jesicca ingin mengatakan sesuatu yang penting padamu, tidak usah khawatir Aku akan kembali!" Ratna mengelus pundak Arya lalu berbalik arah berjalan menuju tempat orang berjualan minuman.
"Cepat kembali!" ucap Arya.
Ratna tersenyum.
Arya kembali terdiam. Memikirkan sesuatu yang tak Ia mengerti dari seorang Wanita.
"Berbicaralah Jes? Apa yang bisa Aku bantu?" tanya Arya membuka percakapan.
"Se-be-na-rnya aku ingin mengatakan...Ak-u-uu mencintaimu Ar!" Jesicca terbata-bata tanpa basa-basi.
Jesicca adalah Seorang Wanita yang apapun keinginannya belum tercapai. Pasti akan Ia lakukan. Apapun resikonya. Baginya, suatu pendirian dan rasa cintanya menyatu menjadi orang yang keras kepala.
"Apaaa!" Arya terkejut mendengar perkataan Jesicca. Tak pernah terbayangkan dalam lubuk hati dan pikirannya Jesicca mengatakan seperti itu, jelas-jelas Arya mengatakan bahwa Ia hanya mencintai Ratna.
Rasanya seperti tersambar petir bagi Arya. Tanpa di duga semua menjadi tidak baik-baik saja.
Arya memegang kedua pundak Jesicca. Mereka saling bertatapan.
"Jesicca. Aku sudah menganggapmu sebagai Teman, Sahabat, bahkan Adik. Aku hanya mencintai Ratna, tak ada yang lain lagi."
Jesicca menepis kedua tangan Arya di pundaknya. Ia berbalik arah ke pohon besar di hadapannya.
"Aku tau itu, Ar. Tapi entah mengapa ini semua terjadi begitu cepat. mengalir begitu saja." ucap Jesicca. "Apa yang harusku lakukan, Ar?"
"Lupakan Aku, Anggap saja aku tak pernah ada di dalam hatimu. Percayalah suatu saat kamu pasti akan mendapatkan laki-laki yang baik."
Kedua mata Jesicca berkaca-kaca menyisahkan perih yang teramat sangat dalam. Perkataan Arya membuatnya tak dapat di lupakan. Sakit tapi tak berdarah.
"Bolehkah aku memelukmu sekali saja. menganggap hubungan kita sebagai sahabat juga adikmu ini," ucap Jesicca memalingkan tubuhnya langsung memeluk tubuh tinggi Arya. Tanpa aba-aba dan ijin Arya.
" Aku, Jesicca tak akan pernah berhenti untuk mencintaimu!" gumamnya di dalam hati seraya menutup matanya.
Arya melepas pelukan Jesicca lalu kembali memegangi pundak Jesicca "Aku yakin, suatu saat Kamu pasti akan menemukan seseorang yang mencintai kamu setulus hatimu. Seperti Aku mencintai Ratna."
Sejak itu juga, perasaan Jesicca hancur. Tapi tetap ingin memiliki Pria tinggi yang humble dan sempurna di matanya itulah Arya Wisya Sandoso.
Jesicca menepis lamunannya. Kembali kepada kenyataan hidup yang Ia jalani sekarang. Walaupun pahit Ia kenang di masa lalunya tetapi tetap tersimpan sebagai sebuah pertimbangan baginya, sebuah keinginan yang harus Ia peroleh saat ini. Tak akan pernah Ia lepas lagi ataupun menyerah begitu saja.
"Selamat datang masa depanku," Ucap Jesicca menempelkan bibirnya ke telinga Arya.
Sebelum Arya di bopong oleh pelayan-pelayannya ke kamarnya. Jesicca sudah memerintahkan kepada Mereka agar membukakan baju kemeja putih, jas hitam, lalu celana bahan hitam milik Arya untuk di lepas juga sepatu pentopel hitamnya.
Jadi seakan-akan ini adalah sebuah musibah.
Bagi Jesicca inilah kesempatannya untuk menaklukan Arya. Jesicca dari dulu sangatlah pandai dalam hal memikat seorang Pria. Bahkan kekayaannya pun saat ini. Merampas dari Pria kaya yang lemah dan dari sebuah perjanjian juga.
Tinggallah Arya berbaring dengan kaos kutang dan celana pendek boxter nya. Jesicca bersiap-siap untuk berakting tidur bersama Arya. Karna Arya yang mabuk dan tak terkontrol emosinya semalam. Di malam pertunangan mereka.
Matahari pun telah terbit, memancarkan cahayanya dari sudut kecil di jendela kamar. Memantulkan hingga sampai ke titik ruangan.
Arya terbangun, membuka matanya perlahan-lahan. Melirik sudut kesudut ruangan kamar dengan mata yang di sipitkan, begitu tampak samar-samar pandangannya lalu menyeret pantatnya kebelakang untuk bangkit menyender ke Papan sandaran spring bed king tersebut.
"Rasanya sakit sekali kepalaku!" Ujar Arya memijit-mijit keningnya. Ketika Ia melirik ke sebelah kiri di dapatinya Jesicca berada di sebelahnya tertidur pulas dengan selimutnya.
"Apa yang terjadi semalam?" Ia bertanya-tanya. Ia mengingat semalam telah banyak minum lalu mabuk dan tak ingat lagi.
Arya Membuka selimut tebal di tubuhnya lalu...
Melihat betapa terkejutnya Ia memandang tubuhnya dari bagian dadanya hingga ke bawah kaki. Hanya berbalut kaus kutang dan celana pendek boxter. Lalu ia menarik kembali selimut tebal itu. Kembali melirik Jesicca di sebelah kirinya.
"Tidak!!" serunya. Buru-buru Ia lalu bangkit dari spring bed king. Memungut baju kemeja putih, jas, dan celana bahan hitamnya di lantai ubin. Cepat-cepat Arya mengenakan kembali baju kemeja putih yang kusut dan celana bahan hitamnya, lalu melihat sepatu pentopel hitam posisinya tak beraturan. Ia pun memungut dengan cepat hingga memakainya dengan terburu-buru. Memegangi jas hitam di lengan kirinya.
"Kamu sudah bangun!" Ucap Jesicca langsung duduk di pinggiran spring bed kingnya. "Mau kemana kamu?" tanya Jesicca tampaknya Arya akan segera berjalan menuju pintu.
Arya berhenti Beberapa langkah sebelum sampai ke pintu. "Aku ingin pergi, semua ini salah. Aku tak melakukan apapun!"
Jesicca tersenyum dengan bibir di miringkan sebelah. Melangkah perlahan dengan lingerie pink yang Ia kenakan menuju arah Arya.
"Kenapa? Memang apa yang kita lakukan. Bukankah kamu mabuk semalam?"
Arya membalikkan badannya mereka saling memandang. "Kamu ingin menjebakku Jes? Apa ini rencana barumu?"
"Untuk apa?" tanya Jesicca lalu duduk di pinggir spring bed. Menyilangkan kaki dan memainkan kukunya yang bercat merah.
Arya mengepal tangan kanannya. Rasa amarahnya mulai berkecambuk. Ingin rasanya menghilang dari hadapan Jesicca tanpa harus membuka pintu kamar. Tanpa berkata Arya membalikkan badannya memegang handlepintu.
"Tunggu!" Jesicca berdiri.
Langkah Arya terhenti Ia masih memegangi handle pintu.
"Aku tunggu kamu di kantorku. Aku akan memperkenalkanmu dengan semua karyawan ku, bahwa Kamu sekarang sudah menjadi partner kerja di perusahaanku."
Arya tak berkata, Ia menurunkan handle pintu lalu keluar dari kamar.