"Hey! kenapa kau melamun?! habiskan makananmu cepat!" bentak Anna sang ibu.
Marlyna hanya mengangguk, dia melahap sesendok nasi yang sudah dia aduk-aduk selama lima menit itu dengan penuh hayalan. Entah apa yang dipikirkan gadis ini sekarang, wajahnya terlihat begitu bingung.
"Ibu aku makan dikantor saja!" ucap Marlyna sembari bergegas meninggalkan ayah dan ibunya dimeja makan.
Pak Dimas merasa heran dengan sikap putrinya itu, "Dia kenapa bu?!"
"Entah, mungkin lagi PMS saja yah! sudahlah lebih bagus makan dikantor, jadi Marlyna bisa lebih dekat dengan Boss tampannya itu," ucap bu Anna.
"Bos tampan? memangnya ibu sudah pernah melihat atasan Marlyna?!" tanya pak Dimas penuh kecurigaaan.
"Iya sudah! kemarin Bossnya kemari, terus mengantar putri kita pulang! wajahnya tampan sekali, jika saja aku masih muda mungkin argh!"
"Heh! apa maksud kata-kata ibu itu?!" tanya pak Dimas melotot.
"Ayah gak perlu tahu! makan sana! terus cuci piring!"
***
Klotak klotak
Suara langkah kaki Marlyna terdengar begitu jelas dilorong kantor yang cukup panjang ini, dia berjalan setengah berlari sembari membawa kopi ditangannya. Berharap Andra akan senang dengan niat baiknya kali ini.
"Permi--"
Marlyna langsung menutup matanya ketika baru saja memasuki pintu ruangan Andra, dia melihat seorang wanita cantik dengan tubuh yang indah tengah duduk diatas paha kekar Bossnya. Mereka terlihat begitu intim dengan ciuman panasnya, dan membuat gadis ini tercengang.
"Boss?!" panggil gadis itu dengan posisi sudah membelakangi Bossnya.
Andra langsung terkejut mendengar panggilan gadis yang tidak asing diteliganya itu, dia menurunkan wanita bernama Sarah dari pangkuannya kemudian mengusap bibirnya yang basah.
"Marlyna?! sejak kapan kau disini?" tanya Andra dengan ekspresi panik.
"Sejak tadi ! maaf mengganggu, aku hanya ingin mengantarkan ini," ucap gadis itu.
Wanita bernama Sarah itu menyipitkan matanya dengan senyum yang kecut, dia menatap sinis pada gadis yang ada dihadapannya, "Bagaimana jika kita lanjutkan ini nanti sayang? karena sepertinya ada tikus kecil disini," ucap Sarah.
"Iya. Sekarang pergilah!" ucap Andra.
Marlyna mengerutkan bibirnya, jika saja wanita itu bukan orang yang dekat dengan Bossnya. Mungkin sudah dia coblos kedua mata itu dengan kuku-kukunya yang panjang dan tajam.
Wanita itu berjalan dengan senyum kecutnya melewati Marlyna, dalam sekilas dia juga sempat melihat wajah gadis yang sudah mengganggu kegiatannya tadi.
Sarah meylani, dia adalah wanita yang begitu dekat dengan Andra. Wajahnya yang cantik dengan gaya glamor membuat siapa saja yang melihat pasti akan terpikat. Terlebih Andra, lelaki mata keranjang ini cukup menyukai Sarah sebagai teman mainnya. Semua orang dikantor pun, merasa keduanya cocok jika memang memiliki hubungan khusus.
"Ada apa kau kemari hah?! ruangan kerjamu bukan disini," ucap Andra.
"Aku hanya ingin mengantarkan Boss kopi itu saja," ucap Marlyna sembari meletakan cangkir kecil di atas meja Andra.
"Kopi? aku tidak suka minuman itu! aku lebih menyukai susu hangat," ucap Andra sembari menggigit bibir bawahnya.
Marlyna bergidik ngeri, pikirannya kini sudah traveling ke Afrika. Susu hangat?! siapa saja yang mendengar kata itu pasti akan langsung berfikiran jorok. Apa lagi jika orang ini yang mengatakannya!
"Mm... lain kali aku akan memberimu susu hangat Boss, tapi sekarang hanya ada itu!" ucap Marlyna cepat.
"Ah sayang sekali. Tapi karena kau yang buat, aku akan meminumnya dengan senang hati. Sekarang katakan apa maumu? kau tidak mungkin memberikan sesuatu tanpa meminta imbalan,kan Nona?!" tanya Andra, sembari mencelupkan jarinya ke dalam kopi panas itu.
Gadis itu membulatkan matanya, "Tidak Boss! aku hanya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuanmu kemarin. Aku juga minta maaf karena lari tanpa sebab!"
Andra tersenyum bangga, dia memang sengaja menolong gadis ini kemarin. Karena dengan begitu hubungan mereka bisa lebih dekat dari sebelumnya, entah kenapa dia begitu penasaran dengan Marlyna. Gadis ini memiliki daya tarik yang tinggi dan membuat Andra tidak bisa menahannya untuk tidak ingin menyentuhnya.
"Kau itu gadis yang sangat cantik, jadi pulanglah dengan seorang lelaki yang bisa menjagamu. Karena jika tidak, preman-preman sialan itu akan kembali datang dan mengganggumu!" ucap Andra, sembari mengaduk-aduk kopinya dengan jari yang sama.
"Iya Boss! lain kali aku akan berhati-hati. Terima kasih!" ucap Marlyna.
"Hm, sekarang pergilah!"
"Baik Boss permisi,"
Setelah memberikan kopi spesial itu, Marlyna berjalan keluar dan pergi ke tempat yang seharusnya dia datangi sekarang. Memulai pekerjaan baru yang sudah sangat dia tunggu-tunggu, namun entah kenapa hatinya merasa sedikit kesal melihat wanita genit tadi duduk dipangkuan Andra dengan nikmatnya.
"Huaaaa! otakku sudah sangat kotor pagi-pagi begini. Huss husss!"
Ceklek
Marlyna membuka pintu ruangan tempatnya bekerja, dia melihat belum ada siapa-siapa disini. Hanya ada komputer yang menyala sedangkan lelaki bernama Jino itu juga belum muncul.
"Dimana lelaki tampan itu ya?" gumam Marlyna sembari duduk di kursinya.
Gadis ini menyalakan komputer dihadapannya, kemudian mulai mengerjakan apa yang diperintahkan Jino kemarin. Tapi tidak ada satu pun email yang masuk pagi ini, dan itu berarti pekerjaannya masih sangat kosong.
Ceklek
Tiba-tiba suara pintu terbuka, lelaki bernama Jino itu masuk dengan banyak dokumen-dokumen ditangannya. Dia tersenyum manis kemudian duduk dimeja yang komputernya sudah menyala itu. Memilah satu persatu dokumen yang akan dia salin, kemudian memberikan sebagian di meja Marlyna.
"Apa ini Jino?!" tanya gadis itu bingung.
"Tolong kau cek data-data yang ada dikomputer, kemudian samakan dengan selembaran yang ada dimejamu. Setelah itu berikan pada tuan Andra!" petintah Jino.
"Ah iya baiklah, dimana aku bisa menemukan datanya?!" tanya Marlyna kembali.
"Mm... kau buka saja folder DG lalu pilih yang bulan Febuari," jawab Jino.
Marlyna mengangguk. "Iya baiklah!"
Dia langsung mengerjakan perintah Jino dengan cepat, kemudian pergi ke ruangan Andra dengan begitu bersemangatnya.
Tok tok tok
Kali ini dia mengetuk pintu agar Marlyna tidak melihat lagi pemandangan mengerikan tadi, setelah itu dia memberikan dokumen yang telah dikerjakannya tadi pada Andra yang tengah sibuk dengan laptopnya.
"Boss, ini dokumen keuangan bulan Febuari," ucap Marlyna.
"Kenapa kau yang mengantarnya? dimana Jino?!" tanya Andra dengan mata yang menatap ke laptop.
"Dia sibuk dengan dokumen-dokumen lain, jadi aku membantunya!" jawab Marlyna cepat.
"Ah itu bagus, letakan saja disana nanti aku akan memeriksanya," ucap Andra dengan tangan kanan yang memegang bahu.
"Kenapa Boss? kau pegal ? padahal ini masih sangat pagi?!" tanya Marlyna.
"Iya kemarin malam aku berolahraga, jadi tubuhku sedikit pegal. Kau bisa melakukannya untukku?!" tanya Andra.
"Melakukan apa?!" tanya Marlyna dengan mata yang melotot.
"Pijat bahuku sebentar, lagi pula pasti tidak ada pekerjaan yang cukup menyibukan untukmu,kan?!"
"Iya, tapi aku tidak terlalu pandai melakukan itu!"
Andra menarik Marlyna ke hadapannya, kemudian meletakan telapak tangan mungil itu dibahu kekarnya. Dia tidak ingin ada alasan atau pun penolakan dari siapa pun termasuk bawahannya ini.
"Cepat lakukan perintah Bossmu!" ucap Andra.
Marlyna hanya mengangguk, dia mulai memijat tubuh kekar itu dengan sangat berhati-hati. Tangannya sedikit gemetar karena baru pertama kali menyentuh tubuh seorang lelaki.
Berapa lama dia berolahraga? lengan dan bahunya benar-benar keras dan argh pikiranmu Marlyna! tutup mata saja dan lakukan yang diperintahkan lelaki banyak bicara ini !
Gadis ini terus bergumam didalam hatinya dengan telapak tangan yang turun naik melewati lengan kekar Andra. Marlyna hanya merasa jika pekerjaan aslinya di perusahaan ini adalah seorang pesuruh. Tapi itu bukan masalah, asalkan gaji yang dia dapatkan sesuai dengan yang dilakukannya.
"Pijatanmu lumayan juga, kau ingin beralih profesi jadi tukang pijat Marlyna? atau mungkin orang yang setiap pagi membuatkan kopi untuku?! haha...." ucap Andra dengan nada mengejek.
"Tidak, terima kasih! aku sudah nyaman bekerja bersama Jino disana!" jawab gadis itu dengan sedikit membentak.
Andra menepis lengan Marlyna, kemudian berbalik memutarkan kursinya, "Apa yang kau suka dari Jino? tunggu, apa aku salah menempatkan posisi?!"
"Hah? aku hanya suka disana! maksudku iya pekerjaanya aku suka, iya begitu!" ucap Marlyna dengan mata yang melirik kesana-kemari.
"Begitu?!"
"Iya!"
Lelaki ini tersenyum kecil, dia berdiri dan mendesak Marlyna ke meja yang ada dibelakangnya. Tubuh mereka saling bersentuhan tanpa ada jarak yang memisah.
"Kau suka pada sekertarisku?!" tanya Andra.
"Apa? tentu saja tidak!" jawab Marlyna.
"Lalu bagaimana denganku? apa kau tidak suka denganku?!" tanya Andra dengan senyum iblisnya.
Marlyna menggelengkan kepalanya, dia tidak mengerti kenapa lelaki ini terus melakukan hal ini padanya. Hal yang selalu membuat jantung Marlyna berdetak begitu kencang.
"Boss, mm... aku merasa sesak dengan posisi ini. Bisakah aku pergi?! ada pekerjaan yang harus dilakukan!"
Andra tidak mendengarkan ucapan Marlyna, dia mengangkat tubuh gadis itu ke atas meja lalu semakin mendesaknya lebih ke posisi intim lagi. Wajahnya terus mendesak sampai Marlyna menempelkan kepalanya di dinding belakang, tangan mungil itu menahan beban yang kini sudah hampir menindih tubuhnya.
Jantungnya berdetak semakin kencang ketika bibir Andra mulai semakin dekat dengan wajahnya.
"Boss apa yang kau lakukan!"
Andra hanya tersenyum. "Aku hanya ingin tahu, kau membenciku atau tidak,"