Chereads / twenty four hours / Chapter 24 - Bab 24/Dia Punya Ciri Khasnya Sendiri

Chapter 24 - Bab 24/Dia Punya Ciri Khasnya Sendiri

'12 MARET 2017'

Hari Minggu yang cerah untuk dua anak berbeda kelamin, berbeda makanan kesukaan, otak dan kewarasan. Tapi, punya satu hobi yang sama. Salah satunya tidak bisa dan tidak ingin bisa melepaskan olahan kedelai yang dibuat keripik tersebut. Anak itu ingin menunjukkan kasih sayangnya pada bahan dasar berupa kedelai tersebut. Semoga petani kedelai sejahtera karena Zafran.

Zafran. Anak yang sibuk mengunyah keripik tempenya di bangku lapangan basket sembari mengayunkan kakinya. Ini saatnya Zafran beristirahat setelah puas bermain basket dengan cewek tembam berkulit putih dan rambut sebahu seperti Dora.

Berbeda dengan Zafran, cewek gembul tersebut masih sibuk memantulkan bola basketnya di lantai lapangan. Keringat membasahi pelipis gadis itu.

"Aran! ini cara aku supaya tembakan bolanya tepat!" ucap Gembul masih sibuk dengan bolanya.

"Iya, iya! aku liatin. Soalnya keripik ini terlalu sayang buat dicuekin." ucap Zafran tanpa peduli dengan remahan keripik yang muncrat dari mulutnya.

Gembul menghela pasrah, menatap Zafran dengan malas. Daripada membuang waktu, gadis itu memilih untuk menunjukkan langsung pada Zafran.

Gembul memegang bola basket di depan dadanya, melihat Zafran untuk memastikan jika cowok titisan kedelai itu sedang memperhatikannya.

"Gimana? gimana? aku udah nggak sabar, nih!" Zafran mulai tidak sabaran.

Gembul mengangguk, dan mulai menunjukkan pada Zafran caranya bermain bola basket khas dirinya.

Gembul menatap ring di depannya, memegang bola di depan dada, dan menekukkan kakinya.

Zafran yang memerhatikan, dapat melihat dengan jelas perbedaan cara Gembul memegang dan mengambil ancang-ancang dari pemain basket lainnya. Sangat berbeda! seperti punya ciri khasnya tersendiri.

Itu terlihat ketika kaki kiri Gembul diposisikan miring dan kaki kanannya berada di belakang dengan posisi juga ikut miring. Cewek itu pun mulai melakukan aksinya. Perlahan ia meluruskan kakinya dan melompat, melambungkan bolanya dengan tangan kanan. Lengan Gembul terlihat menjulang dengan lurus dan panjang.

Dalam hitungan detik, bola tersebut melayang dan masuk dengan tepat dalam ring basket. Zafran yang melihat langsung berhenti mengunyah keripiknya, sangat kagum dengan apa yang telah disaksikannya. Sulit bagi Zafran untuk menjabarkan tentang apa yang dilakukan Gembul. Yang pasti, Zafran hanya dapat mengatakan kalau itu sangat keren. Gembul seperti punya ciri khasnya sendiri.

Zafran berdiri, bertepuk tangan dengan takjub. Kepalanya menggeleng beberapa kali.

"Keren!! hebat!! luar biasa!! amazing!! marvelous!! sangat menakjubkan! Aran yang tampan ini sampai kehabisan kata-kata." heboh Zafran dengan lebay.

Tanpa memedulikan Zafran, Gembul berlari mengambil bolanya, dan berpindah ke bangku di samping Zafran. Dua sahabat itu kini duduk bersebelahan.

"Baru kali ini aku lihat lambungan bola seperti tadi." ucap Zafran tidak henti-henti.

Gembul mengembangkan senyumnya bangga, sedikit menaikkan dagunya dengan sombong pada Zafran. Pelipisnya dipenuhi dengan keringat yang bercucuran.

"Ini ciri khas aku!" jelas Gembul.

"Tapi masih hebatan aku! bahkan, Valentino Rossi bakal ngaku kerabat aku setelah melihat kemampuan Aran yang tampan ini." Zafran mulai tidak ingin kalah.

"Hubungannya apa coba?" tanya Gembul merasa heran.

"Ada. Hubungannya yaitu, semua yang terkenal di Dunia bakal mengakui kehebatan Aku. Bahkan, kalau Muhammad Ali masih hidup. Mungkin dia bakal adopsi aku sebagai adiknya,"

"Sebagai kakak pengganti untuk Kak Eggy yang akhir-akhir ini suka masukin cabai secara diam-diam ke makanan aku." curhat Zafran dengan ngaco.

"Terserah, deh!" pasrah Gembul sembari geleng-geleng setelah mendengar ucapan Zafran yang di luar logika. Gembul juga sudah tahu sikap Zafran yang tidak ingin kalah, dan Gembul sangat menyukai sikap Zafran yang itu.

Zafran teringat sesuatu, cowok itu dengan cepat merogoh tasnya di samping kursi. Mengeluarkan satu buah coklat batang rasa mint. Menunjukkannya pada Gembul.

"Ini! yang kamu pesan, akhir-akhir ini penjualannya terbatas, nggak terlalu banyak dijual." jelas Zafran.

Melihat coklat mint di tangan Zafran, Gembul langsung mengembangkan senyumnya dengan lebar, dan bahagia.

"Wah.. akhirnya ada juga! makasih Aran yang tampan dan baik hati!" senang Gembul.

Zafran menggeleng, "Salah! yang benar itu Zafran yang tampan, mapan, dan sopan. Nggak boleh diganti! karena itu namanya merubah hak cipta!"

Gembul mendesis, "Iya, iya, Zafran yang tampan, mapan dan sopan melebihi Zayn Malik." pasrah Gembul.

Zafran tersenyum puas, memberikan coklat rasa mint tersebut pada Gembul. Cewek berambut sebahu itu pun menerima dengan senang hati, tanpa berat hati ataupun berat tangan. Jika sudah coklat, tangannya akan ringan-ringan saja untuk menerima.

Ketika mengambil coklat dari tangan Zafran. Zafran melihat telapak tangan Gembul yang kapalan. Dengan cepat, Zafran menarik tangan Gembul dan membuka telapak tangan cewek itu. Zafran pun ikut membuka telapak tangannya dan mensejajarkan dengan telapak Gembul.

"Wah.. tangan kita sangat indah, punya coraknya sendiri." kagum Zafran melihat tangannya dan gembul yang kapalan karena terlalu sering bermain basket.

"Kata Papa aku, ini tandanya kita adalah pemain basket sejati." ucap Gembul bangga.

"Papa kamu memang beneran mendukung, ya?" tanya Zafran.

Gembul mengangguk, "Sangat mendukung! kata Papa, nggak apa kalau tangan aku seperti ini. Yang penting aku jadi orang yang apa adanya."

Zafran menghela pelan dan mengangguk mengerti

"Iya, iya, udah pernah kamu bilang!"

Sampai saai ini, itulah yang Zafran sukai dari sifat Gembul. Menjadi apa adanya, tanpa peduli ucapan orang. Dan yang paling Zafran kagumi adalah, keinginan cewek ini untuk menjadi terkenal dalam basket. sangat, sangat, sangat, mengangumkan bagi Zafran.

Tidak ingin berlama, Gembul pun dengan tidak sabar membuka bungkus coklat dan mematahkan satu potongan untuk dimakannya. Cewek putih tembam itu sangat menikmati coklat yang dimakannya.

Zafran hanya menatap gadis di sampingnya dengan heran, berkali-kali Zafran menggeleng lemah melihat Gembul.

"Wahai, wahai, Adinda berupa setengah coklat! kenapa dirimu sangat menyukai coklat mint yang sangat tidak enak?" tanya Zafran ingin sekali mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya selama ini.

Gembul tidak menjawab, gadis itu langsung saja memotong satu potongan coklat dari bungkus. Dan tanpa basa-basi menyodorkan pada Zafran.

"Wahai, wahai, Kakanda berupa setengah kedelai! kenapa tidak kamu coba saja sendiri?" tawar dan suruh Gembul.

Dengan ragu, Zafran meraih coklat tersebut. Memutar-mutarnya di depan wajah, seakan dapat menemukan jawaban hanya dengan memutar makanan manis tersebut.

Zafran menatap Gembul tidak yakin, sementara Gembul langsung mengangkat dagunya sebagai isyarat meminta Zafran untuk langsung memakan.

Zafran menghela berat, menelan ludahnya dengan susah payah. Dan, dengan cepat memasukkan coklatnya ke dalam mulut, langsung mengunyah coklat rasa mint tersebut.

Zafran mengunyah dengan pelan, merasakan sensasi aneh yang dirasakannya. Rasa manis yang bercampur dengan rasa dingin. Zafran seperti sedang mengunyah pasta gigi dengan rasa buah-buahan. Yang biasanya digunakan pada Balita. Seperti itulah yang dirasakan oleh Zafran. Dan Zafran sangat tidak suka!

Dengan perasaan yang berat, Zafran langsung menelan coklat di mulutnya. Cowok itu meringis menatap Gembul.

"Kenapa coklat seperti ini kehabisan stok, ya? padahal rasanya nggak enak!" Zafran tidak habis fikir.

"Orang macam apa yang mau beli ini? sampai-sampai di Supermarket cuma tinggal sedikit?"

"Orang seperti aku." jawab Gembul cepat.

"Kamu kan bukan orang!" ledek Zafran dan dihadiahi lirikan tajam dari Gembul.

"Bahkan, Papa langsung bilang sama Kasirnya kalau Papa bakal hubungi pabrik coklatnya dan beli pabriknya kalau nggak mau jual buat aku, karena aku terus maksa buat beli coklat ini. Hanya demi cewek setengah rupa ini!"

"Sekali lagi, makasih banyak Zafran yang tampan, mapan dan sopan se-ASEAN melebihi Shahrukh Khan!" ucap Gembul sedikit terpaksa.

"Jadi, kenapa kamu suka?" tanya Zafran lagi merasa belum dapat jawaban.

Gembul tersenyum kecil, menatap langit-langit, dan menghela panjang.

"Karena, aku merasa sangat bersemangat kalau makan coklat mint," jawab Gembul memulai.

"Hah?" bingung Zafran, "kenapa nggak jadi cheerleader aja sekalian? semangatnya nggak nanggung-nanggung!"

Gembul beralih menatap coklat di tangannya, tidak mempedulikan ucapan Zafran barusan. Kini, ia tersenyum hambar pada coklatnya.

"Aku seperti sedang menghadapi suatu tantangan kalau makan ini. Jadi lebih bahagia, jadi lebih semangat karena sensasinya.

Gembul beralih menatap Zafran, tersenyum hingga matanya menyipit.

"Dan tantangan itu sangat enak dan menyenangkan."