Kini Refan, Reisya, Simon, Ruri, dan Nando sudah berdiri di sisi jalan tempat dimana pertandingan balap akan di adakan. Bahkan Simon dan Nando sudah menyelidiki lawan terkuat di arena itu, dan ia menantang orang itu untuk melawan Refan.
"Jadi kali ini, siapa lawan gw?" Tanya Refan pada Simon dan Nando.
"Seharusnya si lo lawan Black Devil, tapi ternyata sudah sebulan ini dia absen. Gak ada yang tau dia dimana, jadi untuk kali ini lo lawan posisi dua dulu." Jawab Simon memberitahu.
Refan mengangguk paham, baginya siapapun lawan yang berhadapan dengannya tidak akan ia ampuni. Refan adalah Road Devil, jadi siapapun tidak ada yang boleh mengalahkan dirinya.
"Gw penasaran, sehebat apa sih Black Devil itu? Sayang sekali dia gak dateng lagi, padahal mau gw ajak duel." Balas Refan dengan angkuh.
Mendengar perkataan Refan, Reisya dan Ruri pun saling melirik. Mereka berdua tentu tau siapa Black Devil itu, dan Refan terlalu angkuh untuk menantang raja The Track.
"Tapi lawan lo kali ini juga bukan sembarangan Fan, lo harus hati-hati. Dia terkenal curang, berkali-kali lawannya celaka karna di tendang saat berdampingan. Jadi sebisa mungkin, lo cari posisi aman, atau menjauh dari dia." Jelas Nando mengingatkan Refan.
Refan pun mengangguk paham, lalu ia mulai memakai sarung tangannya agar tidak licin saat memainkan gas nanti. Setelah itu, Refan mempertanyakan keberadaan motor kesayangannya.
"Dimana Dev?" Tanya Refan pada Simon dan Nando.
"Tuh" tunjuk Simon pada motor sport mewah super keren di belakang mereka.
Melihat motor kesayangannya, Refan pun langsung menghampiri motor itu dan menaikinya. Refan mencari posisi ternyaman nya saat menaiki Dev, lalu ia tersenyum puas dengan suara mesin motor yang lebih sengit dari sebelumnya.
"Dev makin berkelas." gumam Refan dengan bangga.
"Iyalah jelas, siapa dulu mekaniknya?" Balas Nando dengan sombong.
"Gak tau, gak kenal gw." Jawab Refan tanpa melihat ke arah Nando sedikitpun.
Mendengar hal itu Simon pun tertawa keras, lalu ia menepuk bahu Nando.
"Sabar bro, ini ujian." Tukas Simon lalu ia kembali tertawa.
"Songong ya kalian, awas aja kalau mau nambah mesin lagi. Gak akan gw bantu, cari aja sono mekanik yang lain." Balas Nando dengan malas.
Seketika Refan dan Simon menoleh pada Nando, mereka tentu tidak setuju dengan perkataan Nando itu.
"Dih, ya gak bisa gitulah." Jawab Refan tidak setuju.
"Bodo amat, lo aja gak mengakui usaha gw. Buat apa gw bantuin lo?" Balas Nando dengan sinis.
"Jangan baperan lah Nan, kita kan cuma bercanda. Ya kan Fan?" Jawab Simon sambil meminta pendapat Refan.
"Iya, kita cuma bercanda kayak gak biasa aja lo." Sambung Refan.
Nando hanya menatap kedua temannya itu dengan malas, tanpa ada niat untuk membuka suaranya. Sedangkan Reisya dan Ruri merasa di abaikan di sana, sejak tadi mereka hanya memperhatikan saja apa yang ketiga pria itu lakukan.
"Ya udah deh, gw akui pekerjaan lo emang terbaik. Motor gw rasanya jadi enak, keren dah intinya." Ungkap Refan dengan sedikit terpaksa.
Setelah mendengar pujian Refan pada karyanya, barulah Nando kembali tersenyum senang.
"Nah gitu dong, di puji. Udah di bantuin juga, gak tau terima kasih banget tadi." Balas Nando puas.
Setelah mengatakan hal itu, Nando kembali memeriksa keamanan kendaraan Refan. Saat di rasa sudah tepat, Nando pun bisa melepasnya.
"Gimana? Sudah lebih enteng?" Tanya Nando ingin tau.
"Iya, pas buat gw." Jawab Refan merasa puas.
"Bagus deh kalo gitu" balas Nando ikut merasa puas.
Di sisi lain, Ruri berbisik pada Reisya tentang apa yang mereka dengar tadi.
"Sya, lo dengar kan? Refan nyari Black Devil, lo gak bakal nunjukin diri kan?" Tanya Ruri khawatir.
"Gak seru kalau gitu, tunggu gw ambil motor terus kita tantang yang katanya Road Devil ini." Jawab Reisya dengan seringainya.
"Tapi kalau ketahuan gimana?" Tanya Ruri lagi.
"Ya udah, mungkin emang sudah saatnya identitas gw terbongkar. Toh mereka juga sama seperti kita kan? Kalau mereka bicara ke yang lain, sama aja bunuh diri. Karna mereka tanpa sadar mengakui, jika mereka juga suka ikutan balap liar." Jawab Reisya dengan seringainya.
Ruri mengangguk paham, apa yang Reisya katakan ada benarnya juga. Kalaupun ketiga pria itu tau, tidak mungkin juga Refan, Simon, dan Nando itu mau mengatakan identitas asli mereka ke orang lain. Hanya orang bodoh yang mau melakukan itu, karna itu sama saja dia mengakui aksi liarnya sendiri.
"Lo emang paling bisa deh, good girl." Balas Ruri masih berbisik.
Reisya hanya tersenyum miring, setelah itu mereka semua pindah ke arena balap. Pertandingan Refan melawan juara bertahan kedua akan di mulai, Refan pun mulai mengatur posisi di jalanan. Di sampingnya ada Mike, juara bertahan nomor dua yang terkenal curang dan tidak pandang bulu. Sebelum pertandingan benar-benar di mulai, Reisya lebih dulu menghampiri Refan bersama yang lainnya.
"Semangat Fan, gw yakin lo pasti menang." Ucap Simon percaya.
"Gw juga yakin lo menang, dan lo emang harus menang si." Sambung Nando dengan kekehannya.
"Iya dong, ya kali gw kalah." Balas Refan dengan percaya dirinya.
"Good Luck ya Fan, pastikan kalo lo jadi juara." Ucap Ruri ikut menyemangati.
Setelah itu semua menatap pada Reisya, melihat hal itu Reisya jadi ikut-ikutan membuka suaranya untuk menyemangati Refan.
"Dia bukan orang sembarangan, lo harus hati-hati. Jangan lengah, dan pastiin kalo lo menang. Ok, semangat." Ungkap Reisya dengan santai namun serius.
Mendengar hal itu Refan kembali mengernyit, Reisya bertingkah seolah dia kenal dengan lawannya. Tapi karna sudah di peringatkan berkali-kali, itu artinya Refan harus lebih berhati-hati sekarang.
"Ok" jawab Refan.
Setelah mengatakan hal itu, Reisya dan yang lainnya mulai menyingkir dari jalan. Lalu seorang wanita berada di tengah jalan sambil membawa sapu tangan, lalu ia menggoyangkan sebentar sapu tangan itu lalu melemparnya ke udara. Setelah sapu tangan itu menyentuh tanah, maka motor pembalap boleh melaju meninggalkan start.
Desingan knalpot memenuhi jalan, bersamaan dengan ucapan semangat yang di berikan oleh penonton pada kedua pembalap. Acara semakin meriah saat para pembalap mulai melewati jalan berliku hingga ke atas gedung, setelah itu mereka memutari tiang puncak dan kembali lagi ke bawah.
Keduanya sama-sama kuat mereka jalan beriringan hingga sampai ke puncak, setelah memutar barulah motor Refan sedikit mendahului Mike. Melihat hal itu, Mike menampilkan seringainya. Lalu ia bergerak mendekati motor Refan lalu menendangnya beberapa kali, beruntung Refan menguasai keseimbangan dengan baik sehingga efek dari tendangan itu tidak seberapa.