Merasa situasi mulai tidak aman, akhirnya Refan mempercepat lajunya dan meninggalkan Mike di belakang. Dengan seringainya Refan melewati garis finish tanpa luka sedikitpun, sedangkan Mike menatap kesal pada Refan yang bisa selamat dari gerakan liciknya.
Orang-orang bersorak saat melihat ada yang melewati garis finish, dan mereka mengakui jika orang itu kini menempati posisi kedua setelah Black Devil. Simon, Nando, Reisya, dan Ruri pun ikut tersenyum melihat Refan kembali dengan selamat. Mereka langsung menghampiri tempat berhentinya Refan, dan mengucapkan selamat.
"Asik, menang dong. Lo memang hebat, teman gw." Puji Simon pada Refan.
"Selamat bro, bisa kali traktirannya." Ucap Nando sambil menaik turunkan alisnya.
"Otak lo isinya makan mulu, jam berapa nih? Mana ada tempat makan yang buka?" Jawab Simon mengingatkan.
"Oh iya lupa, ya udah si kan bisa besok." Balas Nando tidak mau kalah.
"Berisik ya kalian, bisa diem gak?" Tukas Refan dengan wajah malasnya.
Mendengar hal itu, Simon dan Nando seketika terdiam. Lalu Ruri dan Reisya ikut mengucapkan selamat, hal itu mengalihkan perhatian Refan membuat kedua cowok itu bisa bernafas lega.
"Selamat ya Fan, lo keren si bisa menang dari di juara bertahan kedua." Ucap Ruri pada Refan.
"Makasih." balas Refan dengan anggukan kecil.
Setelah Ruri mengatakan hal itu ia pun menghampiri Simon dan Nando, lalu ia menarik kedua cowok itu untuk sedikit menjauh dari Refan dan Reisya.
"Kalian ikut gw yuk, gw haus nih beliin minum ya?" Pinta Ruri pads kedua pria itu.
"Tapi kan itu, eh kenapa di tarik sih? Elah." Keluh Nando pada sikap Ruri yang tiba-tiba menariknya dari sana.
Kini tersisa Refan dan Reisya, beruntung mereka sedikit jauh dari arema balap karna balapan yang selanjutnya akan di mulai.
"Selamat ya atas kemenangan lo, ternyata lo bisa juga lepas dari cara liciknya Mike." Ucap Reisya dengan seringainya.
Mendengar hal itu, Refan kembali merasa aneh. Sepertinya Reisya memang sudah mengenal tempat itu lebih jauh, bahkan untuk tipe pembalap yang di rahasiakan pun ia tau.
"Makasih, tapi ada satu hal yang ingin gw tanyain. Dan gw mau lo jawab jujur, bisakan?" Balas Refan menekankan.
Reisya mengangkat alisnya menantang, sepertinya ia tau apa yang ingin Refan tanyakan. Jadi, apa sekarang waktunya untuk membongkar rahasia?
"Tanyain aja, pasti gw jawab kok." Tantang Reisya.
"Sebenernya udah berapa lama lo tau tentang tempat ini?" Tanya Refan penasaran.
Mendengar pertanyaan Refan, Reisya pun tersenyum tipis. Kalau hanya itu, sepertinya tidak masalah untuk menceritakannya.
"Dua tahun." jawab Reisya jujur.
Refan cukup terkejut mendengar pengakuan Reisya, ia pikir ini pertama kalinya Reisya ke sini makanya ia berani mengajaknya dan berkata Reisya akan suka. Padahal nyatanya Reisya sudah tau lebih jauh dari dirinya, yang baru 2 bulan ini menemukan tempat ini.
"Pantes aja tau banyak, lo nemuin sendiri atau di ajak orang ke sini? Secara ini kan tempat rahasia banget, dan jarang ada yang tau kalau bukan anak balap liar." Tanya Refan lagi ingin tau.
"Gw nemu sendiri, saat itu gw lagi merasa muak di rumah terus gw muter-muter di jalan. Tanpa sadar belok ke tempat ini, dan ternyata ada yang seru. Jadi gw coba lihat, dan gw suka." Jawab Reisya menjelaskan.
Refan mengangguk paham mendengar hal itu, kini rasa penasarannya terjawab sudah. Pantas saja Reisya tau banyak hal, ternyata dia memang suka menonton pertandingan ini.
"Ya udah, ayo kita cari yang lain. Gw mau nitip motor dulu, setelah itu kita pulang." Ajak Refan pada Reisya.
Reisya mengangguk paham, lalu ia naik ke motor Refan dan tidak lupa berpegangan pada pundak Refan. Lalu Refan mematikan kembali motornya, dan menarik tangan Reisya untuk memeluknya.
"Begini baru aman, jangan di lepas." Titah Refan pada Reisya.
Diam-diam Reisya tersenyum, lalu ia mengangguk paham dengan perintah Refan itu. Motor Refan melaju, menuju ke arah depan tempat dimana mobil Refan terparkir tadi. Di sama sudah ada Ruri, Simon, dan Nando, Reisya pun turun dari motor Refan begitu juga Refan sendiri.
"Gw titip lagi, awas jangan di mainin. Langsung bawa balik!" Titah Refan dengan penekanan.
"Iya, gw juga paham kali." Balas Nando dengan wajah kesalnya karna di tuduh Refan.
Setelah Refan memberikan kunci motornya pada nando, tiba-tiba simon mengulurkan sebuah amplop coklat yang sudah pasti isinya uang taruhan. Refan menatap sesaat, lalu ia bertanya apa uang itu sudah di potong biaya perbaikan atau belum.
"Udah di potong perbaikan?" Tanya Refan memastikan.
"Aman, ini sepenuhnya bagian lo." Jawab Simon dengan seringainya.
Setelah mendengar hal itu, barulah Refan mengambil uang bagiannya itu.
"Thanks." ucap Refan.
Simon dan Nando mengangguk pelan, lalu setelahnya Refan dan Reisya pun pamit karna meraka harus pulang sekarang.
"Ya udah gw duluan ya? Kalian juga jangan lama-lama, ingat besok sekolah." Pamit Refan pada Simon, Nando, dan Ruri.
"Iya, kita juga abis ini mau balik kok." Balas Ruri mewakilkan.
"Bagus dah." balas Refan lalu ia masuk ke dalam mobil.
"Gw juga pamit ya, dah." Pamit Reisya pada Ruri, Simon, dan Nando, lalu ia ikut masuk ke dalam mobil.
Mobil Refan pun bergerak meninggalkan tempat itu, di susul oleh Nando dan Simon yang membonceng Ruri. Mereka semua pergi dari arena dan kembali ke rumah masing-masing, mengingat besok masih ada jadwal sekolah jadi mereka langsung tidur setelah sampai.
Refan mengantar Reisya sampai ke depan pintu lobi, setelah itu ia pun pamit karna sudah terlalu larut malam.
"Makasih ya udah anter gw, lo yakin gak mau mampir?" Ucap Reisya memastikan.
"Lain kali aja ya, soalnya udah terlalu malem." Balas Refan dengan ragu.
"Ok deh, lo hati-hati ya di jalan." Jawab Reisya mengingatkan.
"Iya, gw duluan ya? Bye." Pamit Refan.
"Bye" jawab Reisya sambil melambaikan tangannya.
Mobil Refan pun melaju meninggalkan lobi apartemen, lalu Reisya melangkah masuk ke dalam menuju ke apartemen miliknya. Sesampainya di sana, Reisya langsung masuk ke dalam kamar. Ia menaruh tasnya yang cukup besar itu, dan langsung berbaring di ranjang. Tanpa terasa Reisya tertidur begitu pulas, bahkan ia belum melepas sepatu dan jaketnya.
Di sisi lain, Refan baru saja masuk ke dalam mansion. Suasana mansion sangat sepi, sepertinya orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya. Lalu Refan melangkah ke dapur, ia mengambil air putih dari lemari es dan meminumnya. Setelah selesai, Refan naik ke kamarnya. Sesampainya di kamar Refan langsung berbaring, lalu ia pun terjun dalam dunia mimpinya.