Reisya baru saja kembali ke mansion pukul 8 malam, bukannya di sambut dengan baik. Reisya malah disuguhi pemandangan yang mengiris hatinya, adik tirinya bermanja ria pada sang ayah. Dimana dulu Reisya lah yang berada di posisi itu, Reisya hanya tersenyum miris melihat hal itu. Baru saja Reisya akan menuju kamarnya, tapi suara sang ayah menghentikan langkahnya.
"abis dari mana kamu, jam segini baru pulang?" tegur Heri pada Reisya.
Reisya berbalik menatap ayahnya dengan datar, sedikit melirik ke arah Meri dan Lucy yang menyeringai di belakang Heri. Benar-benar memuakkan bukan?
"cari udara segar" jawab Reisya singkat.
"jangan bohong! Kamu abis kelayaban gak jelaskan? Kamu memang benar-benar anak tidak tau aturan!" tuduh Heri langsung.
Reisya terkekeh sinis, lalu ia menatap Meri, Lucy, dan Heri secara tajam.
"apa yang mereka adukan padamu?" tanya Reisya dengan datar, amat sangat datar.
"Reisya! Jaga bicaramu! Jangan kurang ajar sama orang tua!" bentak Heri pada Reisya.
Reisya terkejut, ayahnya berani membentaknya di depan kedua benalu itu. Harga diri Reisya hancur, air matanya mengalir begitu saja. Hal itu membuat Meri dan Lucy tersenyum puas di belakang sana, dan Reisya tidak terima dengan hal itu.
"kau salah ayah, kau buta pada kepalsuan mereka. Sadarlah ayah, kau hanya di peralat oleh Meri dan Lucy." ungkap Reisya sedih.
Heri yang mendengar perkataan Reisya jadi naik pitam, ia melayangkan tangannya dan menampar Reisya dengan keras. Pukulan Heri tidak main-main, bahkan Reisya sampai terjatuh ke lantai.
"anak kurang ajar! Meri itu ibumu! Dan Lucy adalah adikmu, dimana sopan santunmu pada mereka?" tegur Heri lagi pada Reisya.
"mereka bukan keluargaku, aku tidak pernah menganggap mereka begitu. Aku membenci mereka, jangan pernah memaksa aku untuk menyukai apa yang aku benci." balas Reisya sambil bangkit dari posisi jatuhnya.
"sialan! Pergi kau dari sini! Kau membuatku malu, aku tidak pernah memiliki putri tidak tau diri seperti dirimu!" usir Heri pada Reisya.
Reisya terkejut, amat sangat terkejut. Ayahnya mengusir dirinya, anak kandungnya. Dan malah membela wanita ketiga itu juga anak tirinya itu, Reisya benar-benar hancur sekarang.
Dengan langkah cepat Reisya masuk ke kamarnya, dan mengambil semua barang-barangnya. Termasuk foto dan surat wasiat ibunya yang tidak di ketahui ayahnya, Reisya berjanji akan membalaskan rasa sakit hatinya itu dengan surat wasiat dari ibunya.
Setelah selesai mengemas barang-barang berharganya, Reisya kembali ke ruang keluarga. Disana Heri sudah di peluk oleh Lucy yang menyeringai pada Reisya, di sisi lain ada Meri yang menggandeng tangan Heri erat.
Miris, sangat miris. Reisya melihat ayahnya di kuasai oleh dua medusa jahat itu, tapi tenang saja. Biarkan mereka bahagia sesaat, sebelum pembalasan dendamnya dimulai nanti.
"ingat ayah! Kau akan mengemis maaf padaku suatu saat nanti. Aku tidak marah dan sudah memaafkanmu, tapi aku amat sangat kecewa padamu. Kau bukanlah ayahku yang dulu, kau bukan dia. Aku tidak mengenal dirimu yang sekarang, kau bukanlah ayahku." ucap Reisya pada Heri, lalu ia meninggalkan Mansion itu dengan langkah pasti.
.
.
.
Reisya tau ini akan terjadi, karna itu Reisya sudah mencari-cari tempat yang pas untuk ia tinggali selanjutnya. Reisya masuk ke salah satu apartement termurah di wilayah ini, ia menanyakan apakah ada unit kosong pada reseptionist.
Beruntung ada satu unit tersisa untuknya, dan Reisya langsung saja menyewanya. Sesaat setelah reseptionist memberikan kuncinya, Reisya langsung menaiki lift menuju apartemantnya yang berada dilantai 10.
Pintu apartement terbuka, Reisya menyimpan kembali kuncinya di belakang pintu. Lalu ia masuk ke rumah barunya itu, terkesan kecil memang di bandingkan rumah aslinya. Tapi setidaknya, apart ini lebih dari cukup untuknya seorang.
Menjelajahi tiap sudut apartement adalah pekerjaan pertama Reisya, ia ingin memastikan dan mengenal lebih jauh tempat barunya ini. Dan nyatanya ia nyaman, apalagi tempat ini dekat dengan sekolahnya. Jadi Reisya tidak butuh waktu lama untuk berangkat ke sekolahnya, dan lagi biaya sewanya cukup murah. Sangat cocok untuk Reisya di keadaannya saat ini.
Reisya merapikan semua barang-barang yang dibawanya tadi, setelah rapi ia melangkah untuk membersihkan dirinya sendiri. Saat tubuhnya sudah bersih, barulah Reisya berbaring di kasur yang lumayan luas itu. Waktu menunjukkan pukul 12 malam, Reisya memilih untuk segera tidur karna besok ia harus bangun pagi untuk sekolah.
.
.
.
Sinar mentari menyapa tubuh seorang gadis yang masih asik bergelut dengan selimutnya, namun lama kelamaan ia pun merasa terganggu akibat cahaya yang menerpa wajahnya.
Reisya, gadis itu bangun dari mimpinya dan melangkah untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai, Reisya segera memakai seragam sekolahnya. Dirasa sudah Rapi, Reisya sedikit perapikan rambut dan wajahnya. Memar di pipi kirinya sangat terlihat jelas, tapi Reisya menutupinya dengan bedak dan sedikit blush on berwarna pink.
Lalu Reisya memakai sedikit lipbalm agar bibirnya tidak terlihat pucat, setelah merasa puas dengan penampilannya Reisya pun keluar dari kamarnya dan berangkat ke sekolahnya.
Karna jarak tempuh apartement ke sekolah dekat, Reisya memilih untuk jalan kaki saja. Dan saat Reisya sedang asik berjalan, sebuah mobil volvo metalic berhenti di hadapannya. Reisya mengernyit bingung, namun ia mengabaikannya dan lanjut berjalan.
Si pemilik mobil akhirnya turun dan memanggil Reisya, Reisya pun berbalik menatap orang yang memanggil dirinya itu.
"Reisya!" panggil orang itu.
"Refando? Ada apa?" tanya Reisya.
"lo kok jalan?" balas Refan menanyakan.
"lagi pengen aja" jawab Reisya seadanya.
"bareng gw aja mau gak?" ajak Refando tiba-tiba.
Reisya terlihat berpikir, sebenarnya dengan jalan kaki tidak masalah untuk Reisya. Tapi kalau ada tumpangan kenapa gak? Dan lagi, aksi rencana balas dendam Reisya bisa dimulai dari Refando bukan?
"boleh." jawab Reisya menyetujui.
Refando menyeringai puas, lalu ia membukakan pintu penumpang untuk Reisya. Reisya pun membalasnya dengan ungkapan terima kasih, lalu Refan kembali ke kursi kemudinya.
Mobil Refan melaju di jalanan, sampai akhirnya mereka tiba di sekolah. Reisya turun dari mobil Refan bersamaan dengan Refan, hal itu tentu saja mengejutkan seisi sekolah. Pasalnya Refan sangat tidak suka ada cewe yang sembarangan menyentuh mobil kesayangannya, Refan akan mengamuk jika hal itu terjadi.
Kecuali cewe yang pasti istimewa baginya, karna Refan akan menyerahkan segalanya jika sudah benar-benar menyayangi orang itu.
Dan pagi ini, Refando si kapten basket yang tampan dan keren, incaran para siswi di sekolah, datang bersama si gadis cantik namun dingin itu. Tentu saja hal itu membuat para siswa/siswi saling berbisik dan mempertanyakan, karna yang mereka tau Refan berpacaran dengan Lucy. Dan nyatanya? Refan malah jalan dengan gadis lain, yaitu Reisya.