Chereads / Bukan Salah Rasa / Chapter 9 - Ketiduran

Chapter 9 - Ketiduran

Bel pulang sekolah berbunyi 5 menit lalu, Refan dan Reisya pun melangkah meninggalkan atap. Reisya selesai dengan acara menangisnya 15 menit yang lalu, kini matanya sembab.

Sebelumnya Refan memakai jaket kulit warna hitam, kini jaket itu telah berpindah pada tubuh Reisya. Reisya menggunakan jaket Refan untuk menutupi wajahnya, untungnya sekolah sudah lumayan sepi.

Sampai di parkiran sekolah, sudah ada teman-teman mereka disana. Ruri langsung menghampiri Reisya dan menanyakan keadaan Reisya, lalu Ruri menyalahkan Refan yang sudah membuat Reisya menangis. Refan hanya memutar bola matanya malas, sedangkan kedua teman cowonya malah menyeringai melihat sikap baru sahabatnya itu.

"lo beneran gak apa-apa Sya?" tanya Ruri memastikan.

"iya, gw udah baikan kok." jawab Reisya dengan suara seraknya.

"berhubung Reisya udah baik-baik aja, gw balik duluan deh. Jadi nyamuk doank disini, bye guys!" pamit Nando lalu masuk ke mobilnya, dan meninggalkan parkiran sekolah.

"gw juga balik deh, ayo yank!" lanjut Simon, sambil memanggil Ruri.

"eh iy, Sya gw balik dulu ya. Eh Fan, jagain Reisya ya. Anter dengan selamat!" tekan Ruri pada Refan.

"iya, bawel lo. Udah sono balik!" usir Refan pada Ruri.

"dih ngusir, ya udah Sya lo baik-baik ya? Kalo si Refan bandel, sentil aja jidatnya. Dah!" ingat Ruri.

Reisya terkekeh mendengar godaan Ruri pada Refan, sedangkan Refan sendiri malah menggerutu kesal karna di anggap anak kecil oleh Ruri.

"puas ketawanya? Ayo balik!" ucap Refan kesal.

"dih ngambek" ledek Reisya masih dengan tawanya.

Refan dan Reisya pun masuk ke mobil Refan, dan meninggalkan sekolah yang sudah sepi itu. Di perjalanan, Reisya merasa mengantuk. Ia pun memilih untuk tertidur sebentar, sampai apartemennya nanti.

.

.

.

Refan memarkirkan mobilnya di garasi mansionnya, setelah selesai ia melepas sabuk pengaman yang mengikatnya pada kursi kemudi. Lalu Refan berniat membangunkan Reisya yang tertidur, tapi melihat Reisya yang sepertinya sangat lelah Refan jadi tidak tega untuk membangunkannya.

Akhirnya Refan menggendong Reisya dan melangkah masuk ke dalam mansion, baru saja ia sampai di ruang tamu ibu dan kakaknya langsung menghampirinya. Mereka terkejut saat melihat Refan pulang sambil menggendong seorang gadis yang tertidur, dan dengan sigap akan mengajukan interogasinya.

"nanti saja wawancaranya." tukas Refan, lalu mengabaikan kedua orang yang menatapnya heran.

Refan menidurkan Reisya di ranjangnya, lalu melepaskan sepatu Reisya dan menyelimutinya. Setelah selesai barulah Refan keluar dari kamarnya, tepat saat Refan berada di tangga terakhir ibu dan kakaknya langsung memintanya duduk.

Dengan langkah malas Refan menuruti keinginan mereka, karna jika Refan menolak mereka akan terus bertanya sampai puas di hari-hari selanjutnya.

"jadi, siapa gadis itu?" tanya Monalisa semangat.

"Reisya, temanku." jawab Refan seadanya.

"benarkah, kok gw gak percaya?" tekan Miko -kakaknya Refan- pada Refan.

"terserah, emang gitu kenyataannya." balas Refan jujur.

"jadi dia cewe yang tempo hari kamu ceritain?" tanya Monalisa memastikan.

"bukan bu, Reisya cuma teman aja gak lebih." jawab Refan mencoba menjelaskan.

"iya iya, tapi dekat kan?" tekan Monalisa lagi.

Refan hanya bisa menghela nafas gusar mendengar tiap pertanyaan ibu dan kakaknya yang terus menekannya itu, Refan harus ekstra sabar untuk menjelaskan kenyataannya pada mereka.

"lo yakin cuma temen aja? Tapi gw liat, perhatian lo lebih ke dia." tekan Miko serius.

Kini Refan terdiam mendengar pernyataan dari kakaknya, jujur saja Refan sendiri memang merasakannya. Entah kenapa ia tidak bisa memalingkan perhatiannya dari Reisya, apalagi di saat Reisya menangis seperti sebelumnya.

"lo gak bisa jawab bukan, lo suka kan sama dia?" tekan Miko dengan seringainya.

"entahlah." jawab Refan ragu.

"akhirnya anak ibu bawa cewe juga ke rumah, ah ibu harus masak untuk Reisya. Nanti kalau dia bangun langsung ibu ajak ngobrol, ibu pengen mengenalnya lebih jauh." ungkap Monalisa heboh.

Monalisa meninggalkan Refan dan Miko begitu saja, lalu Miko ikut meninggalkan Refan sendiri dalam kebingungannya akan perasaannya pada Reisya yang sebenarnya.

.

.

.

Reisya terbangun dari tidurnya, ia terkejut berada di kamar yang asing dan tidak ia kenal sama sekali. Namun saat matanya melihat sebuah foto keluarga, ia menghela nafas lega. Reisya menduga ia berada di kamar Refan, dan foto keluarga itu adalah foto keluarga Refan.

Dengan langkah santai Reisya mengambil bingkai foto itu, dan melihatnya lebih jelas. Refan tersenyum bahagia di sana, begitu juga ketiga anggota keluarganya yang lain. Pasti menyenangkan punya keluarga utuh seperti itu, pikir Reisya.

"lo udah bangun?" tanya Refan yang baru saja masuk dan melihat Reisya yang sedang memperhatikan foto keluarganya.

Reisya berbalik menatap Refan yang juga sedang memperhatikannya. Reisya menaruh kembali bingkai itu, dan menghampiri Refan.

"eh iya, maaf gw ketiduran ya?" ucap Reisya merasa bersalah.

"santai aja, tapi sorry karna gw gak tau dimana lo tinggal sekarang jadi gw bawa lo ke rumah gw." balas Refan dengan santai.

"iya gak apa-apa, justru gw mau bilang makasih. Tidur gw jadi puas banget disini, hehe" tukas Reisya jujur.

"ya udah, lo mandi aja dulu. Lo pasti gak nyaman kan pake seragam terus seharian?" usul Refan, sambil mengambil handuk dan pakaian yang di berikan Monalisa tadi.

"hm ya, kok lo punya pakaian cewe?" tanya Reisya bingung.

"itu punya ibu gw, ibu gw kan modis. Jadi pakaian anak muda juga dia koleksi, udah mandi sono. Bau tau, ih" ejek Refan pada Reisya.

"gw gak bau, ih nyebelin!" keluh Reisya sambil memajukan bibirnya sebal.

"abis mandi turun aja ya, gw ada di ruang makan." teriak Refan.

"ok" balas Reisya dari dalam kamar mandi.

Refan hanya tersenyum, lalu ia turun ke ruang makan.

"dimana Reisya nak?" tanya Monalisa pada Refan.

"lagi mandi bu, ntar dia nyusul kesini." jawab Refan.

"Reisya? Siapa?" tanya Rudy bingung.

"pacar baru Refan yah, tadi Refan membawanya saat ayah di ruang kerja." jawab Miko langsung.

"pacar baru?" tanya Rudy memastikan.

"gak kok yah, cuma teman." jawab Refan ragu.

"bohong yah, Refan suka sama cewe itu tapi gak mau ngaku." celetuk Miko dengan tawa kecilnya.

"coba ayah pengen liat, cewe seperti apa yang bisa bikin Refan berbunga-bunga gini." goda Rudy pada Refan.

"ayah!" balas Refan sebal.

"lihat! Anak kita malu-malu." sambung Monalisa menggoda Refan.

"kalian menyebalkan" tukas Refan membuat semua yang ada di sana tertawa.

Namun kedatangan seseorang membuat perhatian mereka teralihkan, dan dialah gadis yang sejak tadi menjadi topik utama pembicaraan mereka.

Reisya memakai dress marun yang tadi di berikan oleh Refan, dress itu sangat cocok di tubuhnya. Rambutnya Reisya biarkan tergerai, dan ia jadi terlihat sangat cantik walau dengan penampilan sederhana itu.

"wah lihat, seleraku tidak jelek bukan?" puji Monalisa pada dirinya sendiri.

"lumayan, kau memang pintar memilih." sambung Rudy dengan kekehannya.

"kau cantik sekali nona." puji Miko pada Reisya, membuat gadis itu merona malu.

Refan yang tadinya terpesona pada Reisya mengalihkan perhatiannya kesal akibat pujian Miko pada gadisnya, gadisnya?