"selamat malam om, tante, dan ..." sapaan Reisya terhenti saat matanya menatap seorang cowo lain di samping Refan, dan terlihat masih muda.
"kak Miko sayang" ucap Miko langsung merangkul Reisya, dan itu membuat Reisya merasa malu.
"ah ya, kak Miko" sambung Reisya ragu.
"sayangnya kok gak?" goda Miko pada Reisya dan Refan.
Rudy dan Monalisa hanya tersenyum mendengar godaan Miko, namun berbeda dengan Refan yang malah kesal dan langsung menarik Reisya untuk duduk di sampingnya.
"lo jangan mau di deketin kak Miko, dia mah playboy cap teri." ucap Refan mengingatkan.
Reisya hanya tersenyum mendengar ucapan Refan yang terdengar kesal, sambil sesekali tertawa geli.
"ayo Reisya terserah mau makan sama apa, sengaja tante masak banyak untuk kamu. Ayo di makan!" tukas Monalisa semangat.
"ah ya, terima kasih banyak tante." ucap Reisya sedikit canggung.
"gak usah grogi gitu donk dek, sama calon mertua kok canggung gitu." celetuk Miko yang berhasil mendapat pelototan dari Refan.
"sekali lagi lo ngomong yang gak-gak, gw lempar pisau nih!" ancam Refan.
"dih apaan si, gw kan bilangnya yang iya-iya" balas Miko dengan seringainya.
"berisik dah lo kak, diem napa" tegur Refan yang mulai kesal, yang akhirnya membuat Miko diam.
"ah lo mah baperan, males ah." balas Miko, lalu ia diam tak bersuara lagi. Sedangkan Rudy dan Monalisa hanya geleng-geleng kepala lihat tingkah kedua anaknya itu.
"udah-udah, ayo kalian juga makan!" titah Monalisa pada kedua anaknya yang langsung di turuti.
Reisya bingung harus berkata apa, kejadian ini di luar perkiraannya. Tapi di sisi lain, Reisya tersenyum senang melihat keluarga Refan menyambutnya dengan baik, Reisya merasa seakan ia memiliki keluarga lagi. Seketika tatapan Reisya jadi berembun, dan hal itu di sadari oleh Refan.
"kalo lo nangis disini, gw cium lo" bisik Refan yang langsung di hadiahi tatapan tajam dari Reisya.
Akhirnya air mata Reisya tidak jadi keluar, dan Reisya malah asik dengan makanannya. Mengabaikan Refan yang menatapnya sambil tersenyum geli.
.
.
.
Mereka semua selesai dengan acara makan malamnya, Rudy yang penasaran dengan gadis itu akhirnya membuka suaranya.
"jadi Reisya ini teman sekolahnya Refan?" tanya Rudy pada Reisya.
"iya om, hanya beda kelas saja." jawab Reisya sopan.
"memang kamu di kelas apa?" tanya Rudy lagi.
"di kelas khusus prestasi" jawab Reisya jujur.
"wah berarti kamu pintar donk." puji Monalisa.
"tidak juga tante, aku masih harus banyak belajar lagi." balas Reisya apa adanya.
"om kaya kenal sama muka kamu, tapi dimana ya kita pernah ketemu? Orang tua kamu siapa?" tanya Rudy mulai mengorek informasi.
Reisya terdiam, ia bingung harus menjawab yang sebenarnya atau tidak. Tapi keluarga Refan sudah sangat baik padanya, anggap saja kejujuran Reisya kali ini sebagai balas budinya pada keluarga ini.
"ibuku sudah meninggal 4 tahun lalu karena sakit, ibuku bernama Raisa Renatta." jawab Reisya sedih.
Prankk, tiba-tiba Monalisa menjatuhkan piring sesaat setelah Reisya menyebutkan nama ibunya.
"astaga, apa itu benar?" tanya Monalisa memastikan.
"ya, memang ada apa?" jawab Reisya bingung.
"nama ayahmu?" sambung Rudy kembali memastikan.
"Heri" jawab Reisya semakin tidak mengerti.
"astaga Raisa!" teriak Monalisa histeris, lalu ia menangis sambil memeluk Rudy.
Reisya, Refan, bahkan Miko terlihat bingung melihat Monalisa menangis histeris dan Rudy yang juga ikut bersedih.
"apa om dan tante mengenal ibuku?" tanya Reisya penasaran.
Monalisa melepas pelukan Rudy, lalu menghampiri Reisya dan memeluknya erat.
"kamu yang Raisa titipkan pada kami, astaga kamu sudah besar." ucap Monalisa yang malah membuat Reisya semakin bingung.
"maksud tante?" tanya Reisya memastikan.
Monalisa melepaskan pelukannya pada Reisya, lalu menggiring Reisya untuk duduk di sofa ruang keluarga. Semua mengikuti Monalisa, dan menantikan jawaban dari wanita setengah baya yang masih cantik itu.
"tante, om Rudy, dan Raisa adalah sahabat sejak SMA. Kami selalu bersama, sampai akhirnya aku dan Rudy menikah. Lalu tidak lama kemudian, Raisa juga menikah dengan pria yang sama sekali tidak kami kenal sebelumnya.
Bertahun-tahun berlalu dan kemudian tepatnya 9 tahun lalu kami kembali bertemu di sebuah kafe, Raisa membawa anak perempuan kecil tepatnya anak berumur 8 tahun. Raisa menyerahkan anak itu padaku, lalu Raisa menceritakan semua masalah rumah tangganya pada kami.
Raisa bilang suaminya selingkuh di belakangnya, Raisa tau tapi ia tidak mampu menghentikan mereka. Raisa menyerah, dan meminta pisah dari suaminya. Tapi suaminya marah, dan mengancam akan membunuh Reisya kecil. Raisa tidak bisa jika harus mengorbankan anaknya demi berpisah dari Heri, lalu Raisa menyerahkan Reisya pada kami.
Tapi tiba-tiba Heri datang dan mengambil Reisya, lalu mengancam membunuh Reisya jika Raisa tidak mengikuti keinginannya. Akhirnya Raisa terpaksa menurut, dan kembali menjalani kehidupan rumah tangga penuh derita itu.
Kami tidak pernah bertemu lagi dengan Raisa setelah itu, bahkan sampai saat ini tidak ada sedikitpun kabar dari Raisa." jelas Monalisa dengan tangisnya.
"Raisa menghilang bagai di telan bumi, kami mencari tapi tetap tidak ketemu. Lalu kami menyerah, dan tidak lagi mencarinya. Aku tidak menyangka jika ternyata Raisa sudah tiada, astaga." sambung Rudy.
Reisya yang mendengar cerita itu amat sangat terpukul, ternyata ibunya menahan derita itu jauh sebelum ia mengetahuinya. Reisya tau ayahnya menikahi selingkuhannya saat ia berumur 13 tahun, tepat 3 bulan setelah kematian ibunya.
Tapi Reisya sama sekali tidak menyangka jika jauh sebelum itu hubungan terlarang itu sudah ada, dan yang membuat Reisya semakin sakit adalah ibunya menahan derita itu selama bertahun-tahun. Hanya karna mempertahankan dirinya, Reisya terjatuh sambil menangis di pelukan Monalisa.
.
.
.
Suasana sudah lebih tenang di bandingkan sebelumnya, Reisya pun sudah berhenti menangis. Tapi kini, ia masih berada dalam pelukan Monalisa. Sedangkan Rudy, Refan, dan Miko hanya bisa menatap mereka tanpa mengatakan apapun.
"Reisya, kamu sekarang tinggal dengan ayahmu kan?" tanya Monalisa lembut khas seorang ibu.
Reisya melepas pelukan Monalisa, dan menunduk sedih.
"sudah tidak lagi, tante" jawab Reisya jujur.
"loh kenapa?" tanya Monalisa bingung.
"ayah mengusir Reisya." jawab Reisya seadanya.
Semua yang ada di sana terkejut, kecuali Refan yang memang sudah tau sebelumnya.
"astaga, bagaimana bisa seperti itu? Ayahmu benar-benar keterlaluan." tukas Monalisa marah.
Reisya hanya bisa tersenyum miris mendengar perkataan Monalisa yang memang benar adanya, Reisya mengakui itu.
"terus sekarang lo tinggal dimana, Sya?" sambung Miko penasaran.
"apartemen mawar, gak jauh dari sekolah kok." jawab Reisya dengan senyumnya.
Semua yang ada di ruangan itu langsung terdiam, bagaimana tidak? Reisya putri dari Raisa Rennata, seorang desainer ternama 10 tahun lalu. Dan lagi, keluarga besar Raisa juga memiliki garis keturunan keluarga tajir. Bahkan semua harta yang saat ini di miliki ayah Reisya juga pasti sebenarnya milik Raisa, dan kini anaknya malah tinggal di apartement kumuh yang sempit.
"kasian sekali hidupmu nak, maafkan om dan tante yang tidak lagi memperhatikanmu selama ini." ucap Rudy pada Reisya.
"jangan meminta maaf om, aku gak apa-apa kok." balas Reisya tidak enak.
"kamu tinggal disini aja ya, sama om dan tante?" pinta Monalisa pada Reisya