Chereads / Bukan Salah Rasa / Chapter 15 - Perdebatan Ayah Anak

Chapter 15 - Perdebatan Ayah Anak

Refan, Simon, dan Nando akhirnya keluar dari kelasnya menuju parkiran tempat dimana mobil mereka terparkir rapi. Namun tidak lama setelah mereka, para cewek pun ikut keluar dari gedung sekolah dan menghampiri para cowok diparkiran.

Simon dan Ruri sudah pasti langsung pulang bersama, karna mereka akan jalan bersama. Sedangkan Simon pamit setelahnya, dan meninggalkan Refan dan Reisya.

"ya udah, yuk gw anter." ajak Refan pada Reisya.

Reisya hanya mengangguk, lalu mereka masuk ke mobil Refan. Refan melajukan mobilnya, dan ikut meramaikan jalanan.

"Sya, ada yang mau gw omongin sama lo." ucap Refan memulai perbincangan.

"bicara aja, gw dengerin kok." balas Reisya penasaran.

"apa gak sebaiknya lo lupain aja dendam lo itu?" usul Refan ragu.

Reisya menatap Refan sedikit tajam, ia tidak tau kenapa Refan tiba-tiba mengusulkan hal mustahil seperti itu.

"maksud lo apa?" tanya Reisya memastikan.

"gw gak mau lo jadi pendendam Sya, gw mau lo stop balas dendam sama Lucy." jawab Refan jujur.

Reisya terdiam, entah kenapa ia merasa Refan memberi perlindungan pada Lucy. Dan hal itu membuat Reisya sedikit sakit, mungkin kecewa.

"kenapa? Karna lo gak suka, pacar lo gw usik?" tanya Reisya lagi dengan sinis.

Refan melirik Reisya yang kini berwajah datar, ia tau Reisya pasti salah paham padanya.

"bukan gitu Sya, dendam itu gak baik. Gw gak mau lo jadi jahat Sya, yang gw mau lo tetep jadi diri lo yang apa adanya. Reisya yang baik dan ceria, Reisya yang cantik dengan apa adanya." jelas Refan memberi pengertian.

Reisya memutar bola matanya malas, ia benar-benar muak dengan semua kata-kata Refan.

"udah deh Fan, bilang aja lo mau belain Lucy. Gak usah pake muter kata gak jelas gitu, bilang langsung aja kan gampang." balas Reisya dengan emosinya.

"lo salah paham Sya, bukan gitu maksud gw." ucap Refan mencoba menjelaskan.

"alah basi! Berhenti, gw mau turun!" titah Reisya langsung.

Mendengar permintaan Reisya, Refan malah menggeleng dan menolak keinginan Reisya.

"gak Sya, gw akan anter lo sampe apartment." jawab Refan.

"ok kalo lo gak mau berhenti, gw yang akan lompat keluar." balas Reisya serius.

Mendengar ucapan Reisya, Refan benar-benar syok dan segera menghentikan mobilnya secara mendadak. Untung saja jalanan sangat sepi, sehingga ia tidak menyebabkan kecelakaan beruntun karna berhenti mendadak.

Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Reisya, ia langsung keluar dari mobil Refan dan meninggalkannya begitu saja. Emosinya sudah tidak bisa di tahan lagi, ia merasa Refan telah mengkhianatinya.

Sedangkan Refan sendiri hanya bisa diam melihat kepergian Reisya dari mobilnya, ia memukul stir setelahnya karena merasa telah menyakiti Reisya. Padahal Refan telah mengetahui semua masalah keluarga Reisya, seharusnya ia paham kenapa Reisya bisa melakukan itu pada Lucy.

"kenapa gw bodoh banget sih! Astaga Refan, lo bego banget sih!" umpat Refan pada dirinya sendiri.

Refan menjambak rambutnya kasar, bahkan hingga berantakan. Lalu Refan kembali menyalakan mobilnya menuju Apartment Reisya, ia harus meminta maaf pada gadis itu.

.

.

.

Reisya keluar dari taksi yang mengantarnya, lalu ia memasuki apartment yang menjadi tempat tinggalnya saat ini. Namun, saat Reisya masuk ke apartmentnya nyatanya sudah ada seseorang yang duduk membelakanginya.

Sesaat Raisya bingung, pasalnya pintu selalu ia kunci. Lalu darimana orang itu masuk ke apartmentnya? Ah Reisya menyadarinya, pasti kunci cadangan dari reseptionist.

Reisya melangkah untuk melihat siapa pria itu, tapi ia berhenti melangkah saat mengenali sebagian wajah yang terlihat dari belakang.

"untuk apa kau kemari?" tanya Reisya dengan nada tidak suka.

Pria itu berbalik dan menghampiri Reisya, baru saja ia akan memeluk Reisya namun Reisya malah melangkah mundur. Pria itu adalah ayahnya dulu, sebelum Heri menikah dengan selingkuhannya yang bernama Meri.

"bagaimana kabarmu?" balas Heri mempertanyakan keadaan Reisya.

"apa itu penting? Bukankah anda bisa melihat sendiri, saya amat sangat baik-baik saja." jawab Reisya dengan penekanannya dalam setiap kata.

Heri menghela nafas, ia mencoba sabar menghadapi putrinya yang keras kepala itu.

"maafkan ayah, saat itu ayah terbawa emosi sampai mengusirmu dari rumah." jelas Heri menyesal.

Reisya terkekeh, lalu ia melangkah meninggalkan ayahnya begitu saja dan berganti pakaian. Setelah berganti pakaian, barulah Reisya kembali dan duduk di hadapan Heri dengan wajah datarnya.

"cih, lebih baik kau pulang saja. Aku lebih bahagia disini, tanpa kau dan keluarga barumu itu." ungkap Reisya tajam.

"Reisya, jangan menguji kesabaranku!" tegur Heri sedikit membentak.

Reisya menyeringai, ia menatap Heri dengan malas.

"lihatlah, baru saja kau meminta maaf. Dan sekarang, kau kembali membentakku." sindir Reisya pada Heri.

Heri terdiam, ia menyadari kesalahannya. Tapi emosinya tidak bisa di tahan lagi, baginya Reisya sudah melewati batasannya.

"sudahlah, aku tau kau kemari ingin mengatakan sesuatu bukan? Katakanlah! Aku tidak punya banyak waktu untuk dibuang sia-sia." ucap Reisya.

"ya kau benar, ayah memang ingin mengatakan sesuatu padamu. Nak, apa kau mencoba mendekati Refando?" tanya Heri serius.

Reisya tersenyum miring, ia tau ini pasti terjadi. Lucy pasti mengadu pada ayahnya, agar ayahnya datang pada Reisya dan meminta Reisya untuk menjauhi Refan.

"tidak, aku tidak mendekatinya." jawab Reisya apa adanya.

"jangan membohongi ayah Reisya, ayah tau semuanya." tukas Heri tidak suka.

"apa yang kau tau? Aduan dari Lucy? Atau hasutan dari Meri? Kau bahkan tidak tau apapun tentangku, yang kau tau hanya perkataan dari sisi mereka saja." balas Reisya dingin dan tajam.

"jaga bicaramu!" bentak Heri.

"kenapa? Apa aku salah? Bukankah itu benar, AYAH?" tanya Reisya dengan menekankan kata AYAH.

Heri terdiam, ia memang hanya mendengar keluhan dari Lucy saja. Tapi ia merasa Reisya salah, karna merebut kekasih Lucy. Karna itulah ia datang kesini dan meminta Reisya untuk menjauhi kekasih Lucy.

"sudahlah ayah, aku tau apa yang kau inginkan. Biar aku tegaskan padamu, aku tidak pernah mendekati Refan. Dia sendirilah yang selalu mendekati aku, dan aku tidak pernah merebutnya dari Lucy. Lucy sendiri yang membuat Refan menjauhinya, kurasa itu cukup untuk menjawab tuduhanmu itu." jelas Reisya dengan wajah kesalnya.

"benarkah?" tanya Heri memastikan, ia merasa sedikit ragu dengan jawaban Reisya.

"terserah kau mau percaya atau tidak, tapi itulah kenyataannya." jawab Reisya dengan percaya diri.

"baguslah kalau begitu, lebih baik kau dekati pria lain saja. Jangan Refan, dia kekasih adikmu." pesan Heri dengan santainya.

Reisya tersenyum miring mendengar perkataan Heri, lalu ia menatap Heri meremehkan.

"aku akan melakukannya, kau tidak perlu repot-repot menemuiku jika hanya untuk itu.

Lagipula aku tidak buta cinta seperti kau, yang begitu mudahnya di peralat oleh jal*ngmu itu!" balas Reisya tajam.

Mendengar hinaan Reisya, Heri jadi naik pitam. Ia membentak Reisya, dan akan menamparnya.

"Reisya! Kau benar-benar kurang ajar!" bentak Heri sambil mengangkat tangannya akan memukul Reisya.

Reisya yang melihat ayahnya melayangkan tangannya pun memejamkan mata, ia sudah siap dengan tamparan yang akan ayahnya lakukan itu.