Chereads / Bukan Salah Rasa / Chapter 5 - Mulai Tertarik

Chapter 5 - Mulai Tertarik

Bel istirahat sudah berbunyi 2 menit yang lalu, setelah itu Ruri seakan lenyap di telan bumi. Sepertinya Ruri sedang bersama dengan kekasihnya, Reisya hanya bisa ketempat favoritnya sendiri untuk menyantap makan siang yang ia beli di kantin sebelumnya.

Atap memanglah tempat terbaik bagi Reisya, disana ia bisa menikmati makan siang sambil menatap pemandangan. Di tambah lagi semilir angin menambah kesan nyaman, sungguh tempat yang terbaik.

Reisya menyantap makan siangnya dalam keheningan, namun ia telah terbiasa dengan suasana ini. Tanpa sengaja netra coklatnya Reisya menangkap siluet familiar di bawah sana, dengan memicingkan matanya Reisya memperjelas sudut pandangnya.

Benar sekali, siluet familiar itu memang di kenalnya. Refando dan Lucy, tampak mereka sepasang kekasih. Terlihat dari sikap kekanakkan Lucy yang terus mendekati Refando, dan pria itu hanya diam tidak menolak. Sepertinya memang mereka berpacaran, seringai tipis Reisya terlihat di wajahnya.

Reisya kembali menatap langit yang cerah, ia memejamkan mata dan menikmati hembusan udara yang menyapa.

Tanpa Reisya sadari, nyatanya pria yang kini sedang di gandeng oleh gadis bersurai coklat itu selalu memperhatikannya. Refan menyadari surai kehitaman yang bergerak di atap, tanpa berpikir lagi sudah pasti itu Reisya. Refando terus memperhatikan dia, sampai akhirnya mata coklat itu menatapnya jauh dalam netra gelap milik Refando.

Refando melihat seringai tipis yang Reisya berikan, entah apa maksudnya. Lalu tiba-tiba Reisya memutus kontak mata mereka dan ia menatap langit, walau begitu Refando masih saja memperhatikannya. Daya tarik gadis itu terlalu kuat untuknya, dan Refando malah memilih untuk jatuh kedalamnya.

.

.

.

Lucy, gadis itu tidak melepaskan Refando sedikitpun. Ia terus menempel padanya, bahkan sampai Refando malah berbalik risih karna keposesifan Lucy yang berlebihan itu.

Awalnya Lucy hanya seorang gadis biasa di hadapan Refando, ia gadis yang terus mengejar-ngejar Refando sejak ia pindah ke sekolah ini. Refando tidak menanggapi perasaan sepihaknya itu, namun lama-kelamaan Refando mulai terbiasa dengan keberadaan Lucy di sekitarnya.

Refando akhirnya menerima pernyataan cinta Lucy, karna ia pikir sudah mulai bisa menerima kehadiran Lucy. Namun nyatanya, ia hanya menganggap Lucy sebagai teman. Tidak ada perasaan dalam hatinya yang mengatakan jika ia memiliki rasa yang lebih, Refando tidak mencintai Lucy itu kenyataannya. Dan Refan tidak bisa memaksakan perasaannya.

Semakin kesini perasaan Refando semakin hilang, sifat asli Lucy yang manja dan posesif semakin membuat Refando tidak suka. Refando merasa risih dan tertekan berada dekat dengan gadis itu, karna keposesifannya membuat Refando seakan terasa terikat oleh tali tak kasat mata.

"hentikan Lucy, lepasin gw!" tolak Refando mulai muak dengan sikap Lucy.

"loh kenapa sayang, aku kan pacar kamu. Wajarkan kalau aku mau menggandeng pacarku?" balas Lucy menolak keras permintaan Refando.

Refando menatap Lucy dengan wajah datar, lalu ia mengabaikan apa yang Lucy lakukan padanya.

'dulu dia tidak begini, kenapa sekarang rasanya gw risih ya di deket dia? Ada apa si sama gw sebenarnya? Gw suka sama Lucy kan, tapi kenapa hati gw biasa aja ya sekarang?' batin Refando bertanya-tanya.

Refando kembali menatap ujung atap, dimana gadis bersurai gelap itu terlihat. Tapi kini, kekosongan yang ia dapatkan. Refando semakin heran dengan perasaannya, kenapa ia malah tertarik dengan Reisya sekarang?

Bel masuk kembali berbunyi, tanpa berkata lagi Refando pergi meninggalkan Lucy disana dengan wajah kesal karna di abaikan oleh Refando.

.

.

.

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa kini saatnya membubarkan diri. Bel pulang berbunyi beberapa saat lalu, lalu disusul kerusuhan siswa yang keluar dari kelas masing-masing untuk kembali ke rumah.

Reisya merapikan bukunya, lalu ia melangkah keluar dari kelas. Ruri sudah pulang duluan bersama Simon, jadi Reisya pulang sendiri hari ini. Dengan langkah santai Reisya menekan tombol buka untuk lift, tidak lama kemudian lift itu terbuka lalu Reisya naik ke dalamnya.

Lift mulai menurun, dan berhenti di lantai 3. Seperti ada yang akan naik juga, Reisya sedikit bergeser ke pojokan lift. Dan benar saja, ada sekitar 8 orang yang berebut masuk ke dalam lift. Reisya terdorong ke belakang, dan terhimpit ke dinding lift. Lalu seseorang menyalip masuk, dan menjadi tembok pertahanan untuk Reisya.

"Re-fando?" gumam Reisya tidak percaya.

Ya, Refando yang menjadi tembok pertahanan untuk Reisya agar tidak terhimpit oleh orang lain. Reisya dan Refando saling berhadapan begitu dekat, bahkan hidung mereka hampir bersentuhan. Rona merah pun mulai terlihat di wajah keduanya, saat mereka saling bertatapan dalam keadaan yang cukup tidak menguntungkan ini.

"kenapa? Lo terpesona sama gw?" tanya Refando memecahkan kecanggungan.

"hah? Dih pd banget si lo" balas Reisya mengelak.

"udah jujur aja, gw tau lo tertarik sama gw." goda Refando lagi sambil menaikturunkan alisnya.

Reisya diam tidak menjawab, namun wajahnya menunjukkan ia tidak setuju. Terlihat dari gerutuan dan bibirnya yang mengerucut, hal itu yang membuat Refando gemas padanya.

Entah apa yang Refando pikirkan, rasanya ia ingin sekali merasakan sentuhan Reisya. Refando tidak lagi memakai logikanya, ia bergerak dengan perasaannya.

Refando mencium kening Reisya dengan tiba-tiba, walaupun tidak ada yang menyadarinya karna posisi mereka di belakang. Reisya melotot tajam pada Refando, ia merasa terkejut dan tidak percaya.

Namun hatinya berkata lain, Reisya menikmatinya. Matanya bahkan ikut terpejam sesaat, dan setelah ia tersadar ia merasa amat tidak menerima perlakuan pria itu padanya.

'apa-apaan ini? Dia nyium gw tiba-tiba? Tapi, kenapa rasanya gw nyaman di cium sama dia?' batin Reisya berteriak.

'kenapa? Kenapa rasanya gw gak mau ngelepasin Reisya? Kenapa gw merasa nyaman nyium dia seperti ini? Kenapa? Ada apa dengan hati gw sebenarnya?' batin Refando merasa heran dan bingung.

Lift berhenti, Refando menyudahi ciuman itu dan menatap Reisya dengan mata sayu dan bersalah. Reisya membalas menatap Refando dengan bingung, ada apa dengan mereka?

Semua yang menaiki lift itu keluar, Reisya mendorong Refando agar melepaskan kurungannya. Setelah Refando bergerak ke samping, Reisya langsung berlari meninggalkan Refando sendiri dalam lift itu. Sedangkan Refando, ia hanya menatap punggung itu dengan perasaan yang kacau.

Reisya berlari, terus berlari sampai ia tidak lagi mampu mengambil nafas dengan baik. Ia merasa bingung, sepertinya ada yang salah dengan perasaannya.

"kenapa? Kenapa gw merasa nyaman saat dia nyium kening gw? Kenapa rasanya begitu hangat? Apa yang udah gw lakuin sebenarnya?" gumam Reisya dengan rasa bingungnya.

Reisya kini berada di taman kota, tempat favoritnya jika ia sedang mengalami perasaan yang buruk. Suasana sepi dan hening membuat Reisya merasa tenang, dan itulah yang ia butuhkan saat ini sebuah ketenangan.

.

.

.