Refando merasa bosan dengan pelajaran fisika yang sedang di hadapinya itu, baginya pelajaran itu hanya seperti hitung-hitungan anak tk, Refan sudah bisa memahami semua isi buku hanya dalam sekali baca.
Kini Refando hanya asik memandangi langit yang cerah, tempat duduk Refando yang tepat berada di samping jendela membuatnya leluasa menikmati pemandangan dari kelasnya.
Bel pulang akhirnya berbunyi, semua siswa mulai berhamburan keluar dari kelas. Disaat akan pulang, Simon langsung menepuk pundak kedua temannya itu dan mengajak mereka untuk hangout bareng dengannya.
"eh, ikut gw yuk?" ajak Simon pada Nando dan Refando.
"kemana? Jangan bilang warnet lagi, males ah." balas Nando tidak percaya.
"bukan, ini beda pokonya!" jawab Simon sok misterius.
Refando hanya mengernyit penasaran mendengar pernyataan Simon, sepertinya ia tertarik ikut dengan Simon untuk hibur diri.
"gw ikut" ucap Refando langsung mendapat pelototan tidak terima dari Nando, lalu Simon malah tertawa senang.
"udah Nando tenang aja, gw ngajak ke kafe kok bukan ke warnet." jelas Simon menenangkan Nando.
"ya udahlah, ikut aja gw mah" pasrah Nando akhirnya.
Merekapun keluar dari kelas dan menuju ke kafe yang Simon sebutkan tadi, dengan mobil milik Nando. Karna Refando tidak membawa mobil, dan mobil Simon di bawa kekasihnya jadi hanya bisa menggunakan mobil milik Nando. Dengan sedikit gerutuan dari Nando, merekapun berangkat ke kafe.
.
.
.
"nah Reisya, bagaimana? Baguskan kafenya?" tanya Ruri meminta pendapat.
Reisya memperhatikan sekitar kafe, memang terlihat nyaman. Kafe khas anak muda dengan tema santai ini cocok untuk kumpul-kumpul, atau dijadikan basecamp.
"lumayan, tumben lo gak salah milih tempat." ledek Reisya pada temannya itu.
"iyalah, gw mah selalu ikut trend" puji Ruri pada dirinya sendiri.
Merekapun tertawa akhirnya, sudah lama sekali rasanya Reisya bisa sebebas ini. Ia sangat menyayangi temannya itu, karna hanya Ruri lah yang sudah seperti keluarga yang begitu perduli padanya.
"ah akhirnya mereka datang juga!" ucap Ruri membuat Reisya mengernyit bingung.
Ruri mengangkat tangannya seakan memanggil seseorang, karna penasaran Reisya akhirnya berbalik dan melihat siapa yang Ruri panggil itu. Orang-orang itu sepertinya menyadari panggilan Ruri, mereka pun menghampiri Ruri dan Reisya.
"siapa mereka?" tanya Reisya penasaran.
"nanti gw kenalin" balas Ruri misterius.
Ketiga pria itu akhirnya sampai di meja Kami, lalu Ruri pun memperkenalkan salah satu diantara mereka sebagai kekasihnya.
"nah Reisya, kenalin ini Simon pacar gw." ungkap Ruri dengan wajah malu-malunya.
Reisya menganga tidak percaya, sejak kapan teman playgirlnya itu serius dengan seorang pria? Biasanya ia hanya main-main saja, dan sekarang ia malah serius berpacaran?
"hah? Pacar? Sejak kapan?" tanya Reisya tidak percaya.
"hehe, sejak beberapa hari lalu." jawab Ruri seadanya.
"oh gitu. Halo, gw Reisya. Sabar-sabar ya sama dia, hobinya emang suka bikin rusuh." ucap Reisya memperkenalkan diri.
Ruri yang mendengar perkataan Reisya melotot tidak terima, lalu Reisya hanya mengangkat bahu acuh.
"dasar jomblo, mulutmu memang luar biasa" tukas Ruri kesal.
Reisya hanya menyeringai tipis mendengar sindiran dari Ruri, sedangkan ketiga cowo itu hanya memperhatikan mereka.
"ah ya, gw Simon. Santai aja, temen lo ini udah gw jinakin kok." balas Simon sambil tersenyum palsu.
"baby, jahat ih" keluh Ruri manja.
Reisya hanya memutar bola mata malas melihat dua orang itu, lalu ia beralih memperhatikan kedua orang di belakang Simon. Dan sepertinya ada masalah, oh tidak orang itu lagi.
"ah baby, bukankah sebaiknya kau memperkenalkan mereka?" usul Ruri mengingatkan.
"oh iya lupa, ini Nando dan ini Refan mereka temen deket gw. Kami satu tim basket, dan satu kelas juga, bro ini Ruri pacar gw dan Reisya temannya." jelas Ruri memperkenalkan Nando dan Refando juga sebaliknya.
"hai Refando, Ruri" sapa Nando dengan senyumannya.
"hai Nando, dan Refan astaga dia tampan sekali." balas Ruri sambil memuji Refando.
"ekhem" deheman Simon membuat Ruri terkekeh.
"Reisya ayo sapa mereka donk" titah Ruri santai.
"hai Nando" sapa Reisya memaksakan senyumnya.
"hai juga Reisya" balas Nando dengan senyumnya.
"hai" sapa Reisya datar pada Refando.
"hm" balas Refando pada Reisya.
Ruri, Simon, dan Nando merasa aneh dengan Refando dan Reisya. Kenapa sikap mereka aneh? Dan lagi, tatapan mereka apa-apaan itu? Seakan mereka adalah musuh bebuyutan yang di pertemukan kembali?
"ah ya, ayo kita duduk dan nikmati kafe ini. Pesan apapun yang kalian mau, anggap saja sebagai perayaan hari jadian gw dan Simon" jelas Ruri mencairkan suasana.
Merekapun memulai obrolan, walau sebenarnya hanya Ruri, Simon, dan Nando saja yang mengobrol sedangkan Reisya dan Refando hanya sesekali menimpali.
.
.
.
Setelah puas bicara sana sini kedepan kebelakang, mereka pun mengakhiri perkumpulan hari ini. Mereka sama-sama melangkah keluar dari kafe untuk pulang bersama, namun hanya ada 2 mobil saja di sana. Ruri dan Simon sudah pasti pakai mobil Simon, dan Refando pasti dengan Nando, lalu Reisya bagaimana?
"lo ikut gw aja Sya, gimana?" ajak Ruri serius.
"gak deh, ntar gw malah jadi nyamuk lagi." tolak Reisya pada Ruri.
"hehe" balas Ruri cengengesan.
"udah gw naik angkot aja, gak jauh ini" jawab Reisya akhirnya.
"hah? Seriusan lo?" tanya Ruri memastikan.
"iya, udah sono lo balik." usir Reisya pada Ruri.
"dih si jutek ngusir, ya udah lo hati-hati ya? Gw balik dulu, bye semua" pamit Ruri pada Reisya, Nando, dan Refando.
"yo, good luck bro!" teriak Nando pada Simon.
Simon yang mendengar itu melotot pada Nando, begitu juga Refando ia langsung menjitak kepala Nando tanpa segan.
Pletakk..
"awh, lo kenapa si? Sakit tau!" keluh Nando pada jitakan Refando.
"berisik lo, ayo balik!" balas Refan tajam, membuat Nando menggerutu.
Baru saja akan melangkah, Nando kembali menatap Reisya. Ia merasa tidak enak meninggalkan Reisya sendiri, jadi Nando mengajak Reisya pulang bersamanya dan Refando.
"Reisya ikut gw aja yok? Jok belakang masih kosong kok, lagian gak enak gw ninggalin cewe sendirian." ajak Nando dengan senyumnya.
"eh, gak apa-apa deh Nando. Gw takut ngerepotin, lo duluan aja gak apa-apa." tolak Reisya halus, merasa tidak enak.
"alah santuy aja, gak repot kok. Ya kan?" balas Nando semangat.
Refando hanya menatap Nando malas, jika dia sudah bicara gini mana bisa Refando nolak.
"hm" gumam Refando ambigu.
"ah maksud dia iya lo boleh ikut, sudahlah ayo kita pulang!" ucap Nando lalu menarik tangan Reisya dan Refando bersamaan, sampai ke sisi mobilnya.
Akhirnya Reisya pasrah, dan mengikuti Nando. Reisya duduk di jok belakang, sedangkan Refando di jok penumpang bagian depan, dan Nando di bagian kemudi. Nando melajukan mobilnya menuju rumah Reisya, dan Reisya bertugas menunjukkan alamatnya.
.
.
.