Setalah seharian kemarin Nicho tidak pulang ke ruamhnya, pria itu kini kembali ke mansion besar milik keluarganya. Sebenarnya, Nicho memiliki rumahnya sendiri, tapi karena ia hanya tinggal seorang diri, jadi Nicho lebih memilih untuk pulang ke rumah keluarga besarnya untuk sementara waktu ini. Baru sampai di depan pintu, para maid yang berjaga sudah membungkuk untuk menyambut kehadiran Nicho, pria itu sudah biasa dengan perlakuan para maid, jadi dirinya hanya mengarahkan tangannya ke bawah, untuk memberitahu para maid agar berhenti membungkuk.
Di aula, Nicho melihat sang Ibu yang telah menunggu kepulangannya, kemudian ia menyalimi sang Ibu, sebelum wanita paruh baya itu bertanya. "Bagaimana kondisi Fareszha? Apa dia sudah baik–baik saja?" Tanyanya, dan Nicho yang mendebgar hal itu hanya bisa memutar bola matanya malas. Dari sekian banyak pertanyaan, kenapa harus Fareszha yang Ibunya tanya?
"Aku tidak peduli padanya, bu. Jadi jangan pernah tanyakan apapum tentangnya pada ku." Jawab Nicho, seraya dirinya kembali berjalan, mulai menaiki satu persatu anak tangga mansiom besar. Dasar Nicho, padahal ia sudah ditunjuk untuk menjadi wali dari Reszha selama dua tahun ini, tapi dirinya ingkar janji. Dasar manusia. "Lagi pula dirinya adalah benalu yang harus aku singkirkan, bukan aku pertahankan." Ucapnya lagi, menggeretu pada dirinya sendiri sembari masuk ke dalam kamar.
Nicho kemudian merebahkan dirinya di atas kasur king size miliknya, ia membuka kemeja yang ia gunakan, seraya menatap ke langit–langit kamar. "Kenapa nenek harus memberi ku tanggung jawab seperti ini? Menjadi wali gadis itu sampai umurnya 17 tahun? Memangnya apa yang spesial darinya?" Pikir Nicho, sembari mengingat kembali kejadian demi kejadian yang bersangkutan dengan Reszha. Alih–alih kenangan indah, yang terlintas dipikirannya adalah malam dimana ia menyaksikan mobil keluarga Reszha terguling–guling di jalanan. Yang Nicho sesali, hari itu ia tidak berada disana untuk menolong sang pujaan hati, Ema.
"Pantas saja aku sangat membenci mu!" Gertaknya, seraya membuang bayangan lima tahun jauh–jauh dari pikirannya. Namun, Nicho tidak berhasil, kini di otaknya, sedang tergambar kenangan indah bersama Ema, dan berakhir, dengan gambaran Ema yang sudah terbaring kaku di atas ranjang rumah sakit, dengan luka dan darah yang masih membekas disana. Satu pertanyaan Nicho, kenapa hari itu tidak Reszha saja yang mati? Mereka kecelakaan karena Reszha yang memaksa untuk pergi ke kota tetangga, mungkin jika Reszha tidak memaksa untuk pergi, semua ini tidak akan terjadi. "Mungkin aku yang harus membuat mu menyusul Ema, Reszha." Kesalnya, sembari bangkit dari posisinya dengan kedua tangan yang terkepal di atas kasur.
'Tok tok tok.'
Nicho memutar kedua bola matanya malas, siapa orang yang berani mengganggu jam istirahatnya? Dengan langkah malasnya, Nicho berjalan kearah kamar, ia kemudian menggenggam knock pintunya ketika sudah sampai di depan pintu kamar. 'Ceklek' Sorot mata datarnya kini menatap Mike, orang ini mau apa datang ke rumah Nicho? Ditambah ia mengganggu jam istirahat Nicho, mau cari masalah dengannya? "Mau apa kau kesini?" Tanya Nicho, dan Mike tanpa permisi langsung masuk ke dalam kamar pria itu. Adik ya adik, tapi masuk ke kamar kakak sendiri juga haru pake izin dong. Mike memang tidak tahu diri.
"Kak Nicho apa kau tau? Resza mau melanjutkan sekolahnya di Australia. Ia akan hidup bahagia disana dan kau akan semakin menderita di atas kebahagiaanya." Ucap Mike panjang, dan Nicho hanya membalasnya dengan tatapan tajam. Hey, bukan kah bagus jika Reszha pergi dati kehidupan Nicho? Toh Nicho juga sangat enggan melihatnya jika bukan karena terpaksa, hanya saja kemarin ia tepaksa, karena Reszha yang sedang sakit. "Apa peduli ku? Biarkan saja gadis pembawa sial itu pergi, dia hanya benalu dalam hidupku." Balas Nicho, dan membuat Mike yang mendengarnya menautkan kedua alisnya. Ia tidak dalah dengar?
"Kak? Orang yang telah merenggut kebahagiaan mu akan pergi, kau akan membiarkannya begitu saja? Bukan kah kau selalu ingin melihatnya susah? Ada apa dengan mu?" Tanya Mike panjang. Nicho terdiam mendengarnya, apa yang Mike katakan ada benarnya juga, biasanya Nicho akan sangat marah jika mendengar nama Reszha, ia tidak mau gadis itu merasakan kebahagiaanya, tapi sekarang... kenapa seolah Nicho bersikap biasa saja? Apakaj rasa benci Nicho pada Reszha mulai hilang? Tapi itu tidak mungkin.
"Itu urusan ku. Biar aku yang buat perhitungannya dengannya Mike, kau tenang saja." Ucapnya, dan Mike membalas itu dengan senyum tipisnya. "Aku sudah melalukan sesuatu, yang akan menganggu nilai ujiannya." Tukasnya, dan hal itu mampu membuat Nicho menautkan kedua alisnya, pria itu penasaran dengan apa yang Mike maksud.
Ketika Reszha sampai ke rumahnya, keadaan disana tidak sekondusif biasanya, kali ini, barang–barang yang ada di luar rumahnya hancur, kaca jendelanya juga ikut pecah. Sangat berantakan, mungkin jika orang yang bukan tetangga Reszha akan mengira itu rumah kosong, karena kondisinya benar–benar hancur seperti rumah yang tidak terurus. "Kakak, siapa yang ngacak–ngacak rumah kita?" Tanya Ocean, dengan suaranya yang bergemetar. Reszha tidak tahu apa yang terjadi disini, ia tidak bisa menjawab pertanyaan sang adik saat ini.
"Zha? Ini kenapa?" Tanya Intan dan Lala, ketika mereka sampai di depan pintu rumag Fareszha. Yang ditanya hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia juga tudak tahu kenapa rumahnya bisa hancur seperti ini, ditambah tidak ada siapapun yang bisa Reszha jadikan narasumber. "Reszha kamu gapapa?" Tanya Ardian, yang entah sejak kapan datang dan kini pria itu sudah berada di belakangnya. Iya–iya, Ardian tidak datang sendiri.
"Heh Nicho! Pasti kamu kan yang ancurin rumah keponakan saya sampe gini? Hah?" Kesal Lala, seraya dirinya hendak berjalan kearah Nicho, namun Intan dan Reszha menahannya. Yang tuduh hanya membalas dengan tatapan herannya, ayolah, tidak semua masalah yang menimpa Reszha itu ulah Nicho, ini perbuatan Mike, karena ia merasa Reszha semakin berani untuk melawannya. "Bukan aku yang melakukan ini, tapi aku ikut merasa bahagia saat melihat mu susah." Jawabnya, dengan nada datar dan smirk khas milik Nicho. Sakit jiwa memang pria ini, selalu saja seperti ini, ketika Reszha mendapat masalah, bukannya membantu ia malah menikmati pertunjukan itu, dasar iblis.
"Dasar orang gak punya hati kamu Nicho! Orang susah bukannya dibantuin, kamu malah seneng–seneng aja!" Kesal Lala lagi, kali ini tidak ada siapapun yang bisa menghentikan lala untuk memukul Nicho. Tapi tenang, Lala tidak akan melakukan hal itu, ia masih tahu batasan, karena jika ia berbuat kesalahan, maka yang terkena imbasnya tetap Fareszha, menyebalkan bukan? "Ardi! Bawa nih bos sombong kamu pergi, jangan pernah balik lagi kesini, ngerti?!" Titah Lala, masih dengan emosi yang meluap–luap.
Melihat Lala yang sangat marah, Nicho tidak bisa melakukan apapun, ia memilih untuk menuruti Lala saja, dengan menarik sebelah tangan karibnya agar mau pergi bersamanya. Tapi, alih–alih mengkuti Ardian, Nicho malah melawan arah, dan berjalan menuju tempat Reszha berdiri sekarang. Haish, apalagi yang pria ini inginkan? 'Slap slap' Semua orang terdiam, termasuk Reszha. Hey, kerasukan malaikat darimana Nicho mau mengelus kepala Reszha dan Ocean? Apakah jiwa arogannya secara tiba–tiba menghilang?
Menyadari ada yang salah dengan dirinya, Nicho langsung bergegas pergi menuju mobilnya, dan Ardian yang menyaksikan kejadian tadi kini menatap heran Nicho, dengan pikiran yang terus berkecamuk dan bertanya, sebenarnya apa yang terjadi pada Nicho akhir–akhir ini? Secara tiba–tiba ia juga memaksa Ardian datang ke rumah Reszha, setelah mendengar apa yang Mike katakan.
"Kerasukan malaikat apa dia? Sifat dan sikapnya bisa berubah 180 derajat gitu."
Sedangkan di dalam mobil sana, Nicho sedang meruntuki dirinya sendiri atas apa yang ia lakukan tadi. Entah angin darimana, tiba–tiba Nicho melalukan hal memalukan itu, apalagi pada gadis yang ia benci. Rasanya mustahil sekali jika dirinya memiliki rasa iba pada Reszha, sedangkan ia sendiri benar–benar ingin menghabisi Reszha jika mampu. "Anggap aja yang tadi gak pernah terjadi." Tegasnya, dan Ardian hanya berdeham kecil.
Nicho mengerti apa yang Mike maksud, nilai ujian Reszha akan turun karena ia meluangkan wakti belajarnya untuk membereskan semua kekacauan yang ia perbuat. Ternyata, Mike lebih licik dari seorang Nicho. "Lihat saja Mike, apa yang akan terjadi selanjutnya."
~~~~~