Chereads / I Hate You, Because I Love You! / Chapter 9 - Nine. Come to Grandpa and Grandma Home

Chapter 9 - Nine. Come to Grandpa and Grandma Home

Reszha dan Ocean kini berada di dalam bus, jam ditangannya menunjukan pukul 13.30 siang. Di jam–jam ini, biasanya anak seusia Ocean harus sudah tertidur, tapi tidak dengannya yang harus mengantar sang kakak pergi ke rumah kakek nenek mereka. Toh Ocean juga sudah lama tidak datang ke rumah kakek dan neneknya, ia juga sudah sangat Rindu dengan kakek dan neneknya, walaupun suasana disana sedikit mencekam.

Mungkin hanya butuh waktu puluhan menit dari jakarta selatan ke jakarta utara, tempat kakek neneknya Reszha tinggal. Dan mungkin, mereka juga akan menginap disana, mungkin. Karena bosan, Reszha memalingkan wajahnya kearah jendela kaca besar yang berada disampingnya, dan pemandangan di luar sana menunjukan jalanan kota Jakarta yang sedikit padat. Ah, ini pemandangan normal.

"Neng udah sampe, hati–hati ya." Ucap sang sopir, dan Reszha menganggki ucapan sopir itu, tak lupa dengan senyum ramahnya. Perlahan, Reszha menuntun Ocean untuk turun ke bawah, anak lekaki itu kemudian menginjak tangga bus satu demi satu, dan ketika ia sampai di bawah, ia melambaikan tanganya pada sang supir yang hendak pergi kembali. "Ayo, kita harus jalan ke rumah nenek." Ucap Reszha, sembari sedikit menyengritkan kedua bola matanya, karena sinar matahari yang silau.

Tangan kiri Reszha menggenggam tangan mungil sang adik, perlahan, ia berajalan dengan tangan kanan yang meminta agar kendaraan–kendaraan ditengah jalan itu berhenti untuk memberi Reszha jalan. Sembari berjalan lurus, Reszha membungkukan tubuhnya sebagai ucapan terimakasih. Dan terasa, kini gadis itu sudah berada disebrang jalan lain.

Dengan perasaan yang terus waspada, Reszha melangkahkan kakinya menuju komplek tempat kakek dan neneknya tinggal. Status Reszha sih tinggal bersama kakek neneknya, tapi nyatanya ia tinggal sendiri di Kota Jakarta Selatan, that's so funny. "Ah, alhamdulillah udah sampe di depan rumah kakek." Ucap Ocean, seraya kepalanya menoleh kearah Fareszha. Reszha yang ditatap hanya tersenyum, kemudian ia membuka pagar, dan hendak memberi salam. "Assa—"

"Nek! Ada anak pembawa sial!" Belum sempat Reszha mengucap salam, anak dari bibinya sudah memotong ucapan Reszha. Gadis seusianya itu masuk ke dalam rumah sembari berteriak, membuat tetangga–tetangga yang tinggal disebelah rumah sang nenek merasa ingin tahu dengan orang yang dikatai pembawa sial itu. Yeah, begini lah lingkungan hidup Reszha, selalu tertindas jika sudah berada si circle keluarga Ibunya. Bukannya sambutan hangat yang Reszha dan Ocean terima, mereka malah disambut dengan celaan dan hinaan.

"Ngapain kamu kesini? Saya kan udah bilang! Jangan pernah datang ke rumah orang tua saya! Kamu itu udah kami buang tau gak?!" Cerca bibinya, seraya menahan Reszha dan Ocean di halaman rumah, agar keduanya tidak bisa masuk ke dalam. Ya ampun, apakah mereka sejahat ini pada Reszha? "Paling mau minta uang tuh ke oma! Dasar mata duitan!" Sambung sang anak, seraya memasang wajah sinisnya pada Reszha.

Reszha yang mendengar celaan itu hanya memutar bola matanya malas, ia sudah bosan dengan celaan dan hinaan yang mereka lontarkan. "Aku kesini ada urusan sama kakek nenek, bukan sama orang yang bisanya numpang." Balas Reszha, sembari menerobos ibu dan anak ini. Ia sudah tidak peduli bagaimana respon keduanya, toh memang benar adanya, jika Reszha datang kesini untuk bertemu dengan kakek dan neneknya, bukan bibi dan anaknya yang memiliki mulut cabai itu.

Melihat Reszha masuk ke dalam rumah, kakek neneknya Fareszha tersenyum hangat pada gadis itu, dan Reszha yang ditatap kemudian tersenyum balik, seraya dirinya menyalimi kedua lansia ini. "Udah lama kakek gak liat kamu." Ucap sang kakek, dengan suara khas pria berumur 75 tahun. "Sibuk jual diri dia!" Seru Nadya, anak dari bibinya Fareszha. Kakek Nenek Fareszha yang mendengar itu langsung melempar tatapan tajamnya pada Nadya, membuat gadis itu menunduk dibuatnya.

"Ani! Kamu punya anak kok mulutnya kayak gak disekolahin?! Bikin malu keluarga aja!" Cerca sang nenek, dan kali ini membuat kedua Ibu dan anak itu diam seribu bahasa. Heh jangan salah, pembawa sial dimana kalian, tapi Reszha dan Ocean adalah cucu yang paling disayang. Ocean yang mendengar Ani dan Nadya dimarahi, menjulurkan lidahnya, untuk meledek kedua wanita rese itu. "Masuk kamar!" Titah sang kakek, yang Langsung Ani angguki.

Reszha hanya bisa memasang sesidit senyum tipisnya, ia miris melihat kelakuan sang bibi yang masih seperti anak tk. Memang dasar, tidak Ibu, tidak anak, keduanya sama—sama pembuat onar. "Ada perlu apa, kamu datang kesini, sayang?" Tanya neneknya Reszha, dan tanpa mau basa–basi lagi Reszha menjawab. "Reszha sama Ocean mau pindah ke Australia, boleh?" Jawab Reszha, dengan nada tanya diakhir kalimatnya.

Mendengar pertanyaan sang cucu, Dean dan Mawar terdiam. Selama mereka melihat Reszha tumbuh, pertanyaan ini lah yang selalu keduanya takuti. Mereka sebenarbya Reszha jauh dari mereka berdua, walaupun sekarang tenpat tinggal mereka juga terhalang jarak, tetap saja Dean dan Mawar tidak mau cucunya pergi jauh dari mereka. "Emangnya di Indonesia kenapa? Kamu udah engga betah disini? Kalau gamau di Jakarta, pindah ke kota lain aja gimana?" Tutur Dean, dan Reszha yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas ringan. Mawar melihat ada gurat kekecewaan diwajah cucunya, ia paham, jika Reszha memang benar–benar ingin bersekolah di Australia.

"Kamu udah yakin Eszha? Mau tinggal di Australia selama SMA?" Tanya mawar, ketika Reszha ingin menjawan, Ocean malah.. "Iya! Udah yakin kok nek!!" Teriaknya, dengan suara lantang yang mendominasi. Ketiga orang dewasa yang mendengarnya hanya bisa menutup telinga, Ocean ini benar–benar, baru teriak saja sudah seperti orang yang berjualan menggunakan alat pengeras suara. Reszha kemudian menutup mulut Ocean menggunakan telapak tangannya, sembari mulutnya mengatakan 'Sutt!'. Dan Ocean yang diperlakukan seperti itu hanya bisa cengengesan.

"Kalo kalian mau ke Australia, minta tolong Lala, sama Fatih buat bantu urus surat kepindahan kalian. Pergi kesana abis kamu lulus SMP, terus urus–urus lagi suratnya, oke?" Jelas Dean, Reszha yang mendengar hal itu memasang senyum bahagianya. Wah, akhirnya ia bisa terbebas dari jeratan lingkungan toxic ini, dan mungkin Reszha bisa menggunakan beasiswa prestasinya untuk masuk ke salah satu SMA Negeri atau Swasta disana. "Iya kakek! Makasih banyak ya udah mau izinin Reszha sama Ocean pindah ke Australia!" Serunya, dengan senyum bahagia yang terpancar jelas.

Setelah mendapatkan izin dari kakek dan neneknya, Reszha dan Ocean pamit untuk pulang. Mereka tidak bisa berlama–lama disini, jangan kan satu jam, lima menit Fareszha dan Ocean berada disini saja akan jadi masalah besar. "Oh, baru udah pulang, gatau malu banget." Ucap Mike, yang memang tinggal disini. Reszha yang mendengarnya hanya bisa memutar bola matanya, gadis itu enggan menanggapi Mike sekarang. "Berani lo gak nganggep gue?" Tanya Mike, dengan sebelah tangan yang memcekal lengan Reszha.

"Lepas, aku gak ada urusan sama kamu." Ucap Reszha, sembari menghempaskan tangan Mike yang mencekal lengan kirinya. His, dia pikir Reszha takut padanya? Mimpi saja. Reszha hanya menghargai orang yang lebih tua darinya, bukan takut. "Liat aja, tunggu balasan dari gue." Ancamnya, seraya terus memperhatikan Reszha yang kini sudah berada di ujung gerbang. Mungkin kalian bertanya, kenapa orang–orang harus membenci Reszha sampai seperti ini? Semua akan terjawab, seiring berjalannya waktu.

"Once gamau, kalo kakak kena masalah gara–gara pergi ke Australia." Ucapnya, dengan tatapan yang terus lurus ke depan.

~~~~