Tanpa pikir panjang, Livia mulai melangkahkan kakinya meninggalkan kelas. Membiarkan Aldo yang saat ini terpaku sembari menatap gelang di pergelangan tangannya dengan tatapan nanar.
"Demi apa, Livia? Itu beneran elo kah? Atau hanya cerita yang mirip?" gumam Aldo. Sepertinya, air matanya ia tahan agar tidak menetes ke luar mata.
"Kalau memang iya, apa cinta pertama lo itu gue?" Diam-diam, senyuman tipis tergores di bibirnya.
"Apa gue bisa punya kesempatan buat masuk ke hati lo?" gumam Aldo.
Kini, air mata haru mulai menetes dari pelupuk matanya. Segeralah tangan Aldo mengusapnya. Senyuman lebar langsung terpasang di wajahnya.
Di sisi lain, Livia melangkahkan kakinya cepat-cepat. Ia ingin buru-buru sampai ke dalam kamar mandi untuk sekadar membasuh wajahnya.