"Kenapa nyuruh gue berhenti?" tanya Lian setelah berhasil menghentikan laju sepedanya.
"Tenangin diri lo dulu," sahut Alka.
"Mau bagaimanapun juga, itu semua sudah masa lalu. Udah terlanjur terjadi juga kan?" cetus Alka.
"Ya, tapi kan, gara-gara gue, Sabel jadi seperti ini sekarang. Salah gue juga sih, kenapa selalu berpikiran pendek, padahal segala risiko sedang mengintai gue," ujar Lian.
"Sabel pasti gak ada niatan buat bikin lo merasa begini. Kita gak boleh saling menyalahkan diri," cetus Alka kemudian. Ya, mau sesedih apapun mereka, harus ada salah satu yang berusaha untuk menguatkan, agar mereka bisa saling menjadi kuat.
"Hahaha, bener," sahut Lian sembari mengusap air yang membasahi pelupuk matanya.
"Yuk, jalan-jalan lagi. Gue kan ngajakin lo sepedaan buat senang-senang, bukan buat sedih-sedihan gini," timpal Lian.
"Biar gue yang nyetir di depan," usul Alka tiba-tiba. Mendengar hal itu, Lian pun sontak menggelengkan kepalanya.