Saat tengah asyik melamun, bahu Lian tiba-tiba ditepuk. Lian sampai melompat akibat saking kagetnya.
"Kok belum pulang?" tanya Riki.
"Eh iya, Alka. Gak ada yang jemput," jawab Lian.
"Lo belum pulang?" tanya Lian balik.
"Ya belumlah, kalau udah pulang, emang yang di depan lo ini siapa?" Riki tersenyum miring.
"Maksud gue, kenapa lo belum pulang?" terang Lian jengah.
"Biasa, rapat. Kan gue orang penting. Gak kayak elo," ucap Riki. Lian mendorong tubuh Riki seketika.
"Tuh kan nyebelinnya kumat!" pekik Lian.
Lian mendudukkan diri di samping Livia. Livia yang tadinya tengah merebahkan kepala di atas meja itu duduk menegak. Mengamati Lian lekat dari ujung rambut hingga sepatu.
"Lo ngapain sih, Livia! Kayak mertua yang lagi pertama kali ketemu calon mantu aja deh!"
Livia mendengus. Ia mencebikkan bibirnya.
"Lo ngapain aja sama kepsek? Kok betah amat!" pekik Livia. Lian terkekeh.
"Ciee cemburu," ucap Lian.
"Tau ah! Gue tanya lo ngapain aja di sana?" tanya Livia kesal.
