Pagi-pagi sekali, Lian menyeret kopernya keluar dari gerbang rumahnya. Di sana, ia langsung disambut oleh Riki. Riki pun tampak sigap menerima uluran koper dari Lian, lantas bergegas meletakkannya ke bagasi.
"Kamu yakin, Lian, mau pergi dari rumah?" tanya Riki memastikan. Mendengar hal itu, Lian pun langsung mengangguk penuh keyakinan.
"Yakin, Riki. Lian udah muak dengan sikap Mama yang terlalu berlebihan itu. Masa dia secara terang-terangan lebih memilih pacarnya, ketimbang harus menuruti permintaan Lian. Mama sudah keterlaluan!" keluh Lian.
"Ya sudah kalau begitu. Kamu akan sangat disambut di rumah Riki," ucap Riki.
Untuk sejenak, hati Lian merasa damai. Sikap Riki, sungguh membuat Lian merasa nyaman. Nyaman, seperti berada di dekat Ayah. Lian berharap, Riki bisa terus membuat Lian betah di sampingnya. Lian harap, Riki bisa menggantikan posisi Ayah yang telah hilang terenggut oleh semesta.