"Aku tahu, Liv, kamu pasti udah tahu masalah ini dari Yeri. Dan aku juga yakin, kalau Yeri sudah terlampau banyak cerita tentang aku ke kamu. Seseorang membuatku sadar, Liv, bahwa aku gak boleh menyakiti kamu lebih dalam lagi," cetus Ziko.
"Kenapa? Kenapa kamu begitu baik, Livia? Kenapa kamu tetap mau bertahan sama orang yang jelas-jelas sudah menduakan kamu. Kenapa juga, kamu masih mau bersikap baik ke aku juga? Kamu baik sekali," timpal Livia.
BRAK!
Livia menggebrak meja di hadapannya. Wajahnya memerah dan napasnya tampak naik dan turun, sangat tidak beraturan. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Karena Ziko terlalu berharga bagi hidup gue, kenangan dia terlampau indah untuk dikenang, selalu membuat gue rindu ke dia setiap detiknya. Gue lebih gak sanggup untuk melepas Ziko, ketimbang harus terjebak dalam rasa sakit yang berkepanjangan ini, Amara!" keluh Livia.