Bagi sebagian orang, melupakan adalah hal yang sangat mudah. Namun, bagi Lian, melupakan adalah sesuatu yang sulit. Apalagi, melupakan kenangan yang pernah menjadi hal paling berharga bagi hidupnya.
Ia tidak berniat untuk pergi, karena memang tempatnya di sini. Orang-orang yang ia sayangi, hampir semuanya berada di wilayah ini. Lian sudah muak untuk bertemu dengan orang baru. Kemudian, membentuk circle baru lagi. Dan berusaha keras untuk bertingkah laku supaya disegani di lingkungan yang baru. Di lingkungannya sekarang, sudah sangat nyaman baginya. Hanya saja, ada hal lain yang membuatnya sangat tidak nyaman.
Entah untuk keberapa kalinya, Lian melihat Alka tengah mendorong kursi roda Alya. Bahkan, wajah Alya terlihat sangat bahagia. Di pelukannya juga ada sebuket permen cokelat, yang membuat Lian seketika merasa iri.
"Eh, Lian," ucap Alya.
"Mau pulang bareng gak?" tanya Alya kemudian.