"Biarpun cuma opini, itu semua terasa sangat nyata," ucap Livia sembari tersenyum miris.
Livia menghela napasnya. Sementara Lian, ia tampak tertegun mendengar ucapan dari Livia barusan. Ia tidak menyangka, jika Livia adalah tipikal orang yang gampang sekali percaya dengan orang lain.
"Gu-gue gak bermaksud buat menanamkan opini buruk di benak lo, maafin gue," ucap Lian. Livia tampak menggelengkan kepalanya.
"Kematian Kakak gue itu sungguh misterius. Gue pengen mencari tahu kebenarannya, gue pengen mengumpulkan semua bukti yang ada, terus membiarkan pelaku itu untuk menanggung apa yang telah dibuatnya, Kak. Gue gak akan biarin dia bebas menikmati hidupnya, tapi dia udah hancurin kehidupan orang lain. Gue gak rela," rutuk Livia.
Sudut matanya pun mulai mengeluarkan buliran bening. Namun, hal itu segera diusap oleh Livia dengan punggung tangannya secara kasar. Melihat hal itu, Lian pun segera mendekap Livia. Membiarkan Livia tenang ke dalam pelukannya.