Thanks God it's Friday! And it's ended already. Bukankah jumat adalah hari yang menyenangkan bagi mahasiswa? Sesibuk dan seambisius apapun mahasiswa itu, tentu mengharapkan waktu senggang segera tiba, termasuk Adri.
Tidak seperti biasanya, Adri sudah berada di kosan pukul tujuh malam. Kegiatan 'kerja rodi' yang dilakukannya seminggu terakhir bersama Jevan di dua laboratorium itu selesai. Ringkasnya lagi, tahap satu penelitian mereka selesai, siap untuk dilaporkan pada pembimbing mereka, Ravi.
Adri memutuskan untuk melakukan hobinya sekaligus mengisi perutnya, memasak. Sepulang kuliah tadi Ia membeli beberapa bahan masakan untuk makan malam. Ia kini berada di dapur, menunggu sup kimchi pedasnya masak.
"Wangi amat," ujar seseorang, mengusik Adri dari kegiatannya melihat-lihat instagram. Itu Yola.
"Yol? Tumben amat udah balik?"
"Lagi gak mood aja di kampus. Lo juga nih tumben udah balik," jawab Yola.
"Udah selesai kerjaan Gue, capek juga."
Yola mengangguk paham, "Lo masak apa sih?"
"Sup kimchi."
"Oh? Kimchi jigae? Ihh mau dong," ujar Yola antusias. Dia adalah penggemar berat drama korea. Ralat, bukan hanya drama, Ia hampir mengetahui seluk beluk budaya negara ginseng itu.
Adri mengangguk, "Bentar lagi mateng tuh."
"Hellooooo everyone! Anjay gue balik cepet hari ini!" teriak seseorang dari pintu depan.
"Siapa sih? Ini hari pulang cepat sedunia apa gimana dah?" tanya Yola heran.
"Dirga itu mah. Tumben sih kalo dia yang balik. Besok padahal ada seminar buat maba dan kita ketua panitianya," ujar Adri.
"Iya ya. Woy Dirga! Sini Lo!" panggil Yola.
"Ada apa fans?" tanya Dirga dengan ekspresi menyebalkan dimata Yola dan Adri.
"Fans apaan anjir," protes Adri.
"Etts! Pembicara seminar gak boleh ngomong kasar, harus memberikan contoh yang baik dong gimana sih."
"Lo pembicara seminar Dri? Gilee."
Dirga menaruh tasnya di kursi dan menuangkan minum.
"Heh cuci kaki dulu Lo bau kaos kaki!" ujar Yola.
"Ck. Gak usah gitu lah Yol, kaki Gue selalu wangi 24 jam gini kok," ujarnya lalu meminum air di gelasnya.
"Lo jadi pembicara seminar sama siapa aja Dri?" tanya Yola.
"Gatau nih, tanya ketuanya."
"Sama Bintang, terus Bang Adam. Moderatornya Kak Renatta," jawab Dirga.
Yola bertepuk tangan, "Gue tiba tiba merasa berada di sirkel yang keren. Semoga Gue ketularan kekerenan Lo berdua," ujarnya.
CESS!
CESS!
"Woy woy itu apaan tuh bunyi bunyi!" seru Dirga heboh.
"Kimchi jigae Lo Dri!"
Adri yang sedang fokus pada ponselnya itu segera berlari mematikan kompor. Alhasil berantakanlah tempat memasak itu.
Dirga menggeleng, "Ya ginilah kalo ibu-ibu masak sampil ngegosip."
****
Januar sampai di halaman parkir FT setelah rapatnya dengan tim dies natalies selesai. Rapat yang cukup panjang karena banyak hal yang belum disiapkan. Baru saja Januar membuka pintu mobilnya, Ia melihat Adam berjalan cepat di belakangnya.
"Bang Adam!" panggil Januar.
Adam berbalik cepat, "Oh, mau balik Jan?" tanyanya.
"Iya ini. Gue duluan ya."
"Eh bentar-bentar Jan," ujar Adam tiba-tiba. Januar menutup kembali pintu mobilnya.
"Kenapa Bang?"
"Tadi Gue ke rumah sakit, jenguk Theo dan akhirnya Gue denger apa masalah dia. Ya hasil nguping gak sengaja sih, tapi Gue akhirnya coba kasih alternatif solusi ke dia," ujarnya.
Januar sedikit kaget, "Masalahnya apa Bang? Apa juga solusi yang Lo tawarin ke dia?" tanyanya beruntun.
Adam tampak sedikit berpikir, "Gini aja deh, Lo ke kost Gue sekarang, soalnya Gue mau sekalian ngomongin ini sama Adri. Ya? Ini penting soalnya, terkait kalian bertiga," ujar Adam.
"Oh, Oke Bang," ujar Januar cepat.
****
"Ini ada apa deh tiba-tiba bikin konferensi meja kotak disini?" tanya Yola begitu mendapati Januar, Adri, dan Adam duduk bertiga di teras kost, tampak akan membicarakan hal yang sangat serius.
"Anak kecil gak usah ikut campur," ledek Adam.
Yola hanya merotasikan matanya malas, "Baiklah, orang tua, Saya masuk dulu. Dah!" sarkasnya.
Adri dan Januar hanya tertawa melihat tingkah Yola dan Adam itu.
"Jadi gimana Bang? Ada apa sebenernya?" tanya Januar membalikan topik.
"Ini soal Theo, masalahnya, dan solusi buat bantu dia," ujar Adam serius. Adri dan Januar menyimak tanpa bicara.
"Seperti dugaan kita semua, ini masalah keluarga. Diluar dugaan Gue, ini pelik banget. Nyaris aja Gue speechless tadi sore," ujarnya. Adam kemudian menjelaskan kepada dua juniornya itu perihal masalah Theo yang didengarnya dengan lengkap dan detail.
Adri dan Januar tentu saja terkejut, terutama ketika tahu Theo sudah mengalaminya bertahun-tahun.
"Terus ya Gue coba kasih solusi dan bantuan ke dia gini," lanjutnya. Adam membenarkan posisi duduknya, berbicara lebih serius.
"Kalian tau ya Gue kerja di venture capital?"
Adri dan Januar mengangguk.
"Nah Gue lagi megang proyek buat bikin start-up baru, dan dananya satu milyar lebih, fresh money, tinggal pake," ujarnya. Lagi-lagi Adri dan Januar terkejut, kapan lagi mereka mendengar seorang mahasiswa ... memegang dana fresh sebanyak itu.
"Terus Gue tawarin ke Theo. Karena gak hanya dia bakal secure profesi, tapi dana itu bisa dia pinjem buat keperluan dia dan adik-adiknya. Dia juga bakal kerja digaji, jadi dana satu milyar itu belum termasuk gaji dia. Gajinya juga tinggi, dua kali UMR plus tunjangan," lanjutnya panjang lebar.
Januar menggelengkan kepalanya, "Ini bakal solusi yang bagus sih buat dia. Bener kata Lo, dia gak akan secure profesi dan finance, tapi dia juga bakal nemu pengalih dari masalah itu," ujarnya yang diangguki Adam dan Adri.
"Oke. Sekarang Theo masih mikir, Gue kasih waktu tiga hari. Nah sekarang masalahnya, start-up itu gak akan jalan sendiri kan? Perlu tim. Gue mau kalian berdua jadi timnya. Gue juga bakal terlibat langsung di internal proyek ini," ujarnya.
Adri dan Januar silih melihat, tidak mengantisipasi Adam akan menawarkan proyek seperti ini pada mereka.
"Gimana? Masa sih kalian gak mau?"
"Gue sebenernya tertarik Bang, cuma Gue perlu mikir gimana caranya Gue bagi waktu. Gue baru juga di BEM kan," ujar Januar.
"Gue juga gitu Bang. Gue harus mikir soal time managementnya dulu," tambah Adri.
Adam mengangguk, "Oke, jadi di time management kalian ya. Berapa hari kalian mau mikir?" tanyanya.
Adri tampak berpikir, "Tiga hari cukup."
"Setuju," timpal Januar.
"Oke. Intinya kalian tertarik. Gue gak akan nanya ke yang lain kalo kalian udah tertarik."
"Kenapa Lo yakin banget gitu Bang?" tanya Januar.
"Ya karena kalian kompeten. Lebih dari itu, Gue mengenal seluk beluk kalian berdua. Masalah kayak gini kan soal trust, competency, and commitment."