Chereads / Laboratory Doctor and Activist / Chapter 48 - Di Roasting

Chapter 48 - Di Roasting

Adri, Adam, dan Bintang masuk ke podium, menempatkan diri masing-masing sembari terus diiringi tepuk tangan meriah dari panitia dan audiens. Januar sebagai moderator itu sebaik mungkin memandu seminar itu. Berusaha untuk tidak tertawa karena Adri duduk berseberangan dengannya, dengan ekspresi yang sangat serius.

Pertama tama, Adam menampilkan presentasinya, sedikit menjelaskan pengalamannya dan apa yang Ia lakukan sepanjang menjadi mahasiswa, dan kiat-kiat berorganisasi dan berbisnis versi dirinya. Mahasiwa tingkat akhir itu memang sangat berkarisma, melampaui standar presentasi mahasiswa. Adri, Bintang, Januar, dan pastinya seluruh orang di aula itu kagum atas prestasinya. Adam memang layak dijadikan panutan semua mahasiswa FT.

Adam mengakhiri pemaparannya setelah berbicara tepat lima belas menit. Suara tepuk tangan begitu meriah terdengar.

"Gimana temen-temen? Keren banget kan Bang Adam ini. Saya yakin disini teman-teman semua sudah terinspirasi untuk memacu diri lebih cepat dan lebih baik kedepannya."

"Gak sampe situ aja, selanjutnya Kak Adriana Gerrie akan memberikan materi, tentang gimana sih bisa aktif di bidang akademik, time management, dan mindset dari seorang peneliti sekaligus seorang pemimpin itu. Kepada Kak Adri dipersilakan," ujar Januar.

Adri melirik Januar sekilas dan tersenyum.

"Cieeee ..." lagi-lagi satu aula menyoraki mereka.

"Harap gak cie-cie ya, Kak Adrinya mau presentasi," canda Januar yang disahut tawa pelan dari audiens.

Setelah Jeffrey menampilkan slides presentasi miliknya, Adri segera memulai pemaparan materi yang sudah Ia siapkan jauh-jauh hari. Adri yang berpengalaman dengan banyak presentasi akademik itu juga bisa menyesuaikan dengan acara seperti ini. Adri banyak belajar dari Adam, tentang bagaimana teknik presentasi yang komunikatif, dan meyakinkan. Adam akan sangat cerewet jika Adri memintanya untuk mengevaluasi performa presentasinya sebelum conference.

Di presentasi ini, sebenarnya Adri banyak bicara tentang dirinya; pencapaian, sudut pandang, dan mindset. Sebagaimana kesan orang-orang padanya, Adri yang cenderung memiliki persona yang langka untuk kebanyakan wanita itu ingin para mahasiswa baru berpikir dan bermental kuat, dan ambisius seperti dirinya. Membicarakan pengembangan diri memang kesenangannya, dan Ia ingin membagikan itu pada banyak orang.

Setelah 15 menit berbicara, Adri mengakhiri presentasinya, lalu bergantian dengan Bintang. Mahasiswa teknik sipil itu terkesan lebih balance dan melokal dibanding Adri dan Adam. Bintang memiliki interest di bidang pembangunan masyarakat desa, pemberdayaan perempuan, dan pengembangan bisnis desa. Namun disamping itu, Ia juga aktif di kegiatan akademik dan organisasi. Kesannya pria itu bisa mengatur waktu dan interest yang luas.

"Oke, akhirnya sudah kita dengarkan semua ya pemaparan materi dari ketiga pembicara. Sekarang kepada temen-temen yang mau bertanya silakan, akan dibuka ... satu sampai dua termin karena limit waktu," ujar Januar.

Beberapa orang mulai mengangkat tangannya. Empat pertanyaan sudah terkumpul, Januar menutup termin pertama. Masing-masing pembicara bakal mendapat satu pertanyaan kecuali Adam, Ia mendapat dua pertanyaan.

"Terimakasih atas kesempatannya Kak Januar," ujar seorang mahasiswi sembari senyam senyum pada Januar. Januar hanya mengangguk dan tersenyum, sedangkan Adri bergantian melirik keduanya, paham kalau mahasiswi itu pasti salah satu 'fans' Januar.

"Saya mau tanya ke Kak Adri, menurut kakak gimana sih kita mengatasi konflik batin gitu kak, dan tetap berpikir logis? Misalkan kita lagi males, padahal ada kerjaan atau tugas yang numpuk? Intinya kayak gimana sih mengatasi ego untuk malas atau menunda-nunda?" tanyanya.

"Oke baik terimakasih ya atas pertanyaannya. Untuk Adri boleh langsung dijawab," ujar Januar sembari tersenyum.

Adri mengangguk, meraih mikrofonnya, "Baik, terkait mengatasi rasa malas dan menunda-nunda ya. Begini, itu memang perasaan yang wajar, tapi kalau kita terlalu mewajari, itu jadinya kita akan denial. Saya juga kadang merasa malas ya, apalagi kalau kondisinya udah jenuh banget."

Adri membuka jawabannya, semua audiens memperhatikan dengan seksama.

"Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, kuncinya ada di pikiran kita. Pikiran kita itu harus lebih kuat dari suara hati kita. Coba pikirkan apa konsekuensi terburuk kalau kita malas dan menunda-nunda, pikirkan itu. Kalau udah ketemu, kita terima. Lalu apa? Kita gerak. Jangan diam. Malas itu akan semakin parah kalau kita diem aja."

"Sesimpel kita berdiri dari rebahan, otak kita udah terstimulasi untuk menentukan orientasinya. Automatically, dengan satu stimulus kecil seperti bangkit dari rebahan, kita akan bekerja dan gak malas lagi."

"Jadi intinya, objektif. Ajak diri kalian berbicara dan berpikir. Pikirkan segala konsekuensinya, apa hal baik dan buruk dari segala sesuatu. Your mindset is everything, it has power. Itu dari saya," final Adri.

Semua orang kembali bertepuk tangan, mengangguk setuju. Jawaban rumit dan filosofis dari Adri itu terdengar brilian.

"Jadi intinya adalah, mind your mindset. Bener gitu Kak Adri ya?" tanya Januar merekap jawaban.

Adri hanya mengangguk dan tersenyum.

"Cieee ..."

Januar berdecak sebal, "Ini kenapa ya dari tadi setiap saya ngomongin Adri jadi ribut?" ujarnya.

"Langsung aja, next question, tolong kakak Gandhi mikrofonnya dikasih ke adeknya dong," ujar Januar pada Gandhi yang duduk di baris kedua dari depan. Perlu diketahui, Ia adalah provokator dari sorakan 'cie' yang sudah terdengar empat kali itu.

Pertanyaan demi pertanyaan selanjutnya diajukan. Bintang mendapatkan pertanyaan setelah Adri terkait kegiatan dan tips memulai relasi dengan pihak desa dan masyarakat. Setelahnya, Adam langsung menjawab dua pertanyaan yang Ia jadikan satu terkait kegiatannya di venture capitalist. Tentu saja para maba itu tertarik, karena mendengar istilahnya saja itu asing.

Dua puluh menit berlalu, mereka telah melewati dua termin sesi tanya jawab. Kini tersisa satu pertanyaan tambahan untuk para pembicara karena panitia memberi waktu tambahan sekitar sepuluh menit. Para maba itu sepertinya masih sangat antusias.

"Oke, last question ya. Ini pertanyaan tambahan. Ada yang mau nanya?"

Dua orang mengangkat tangan

"Wah ada dua nih, coba kalian suit deh, haha. Yang menang yang nanya," ujar Januar yang disahuti tawa. Kedua orang itu menurut saja hingga seorang mahasiswa bernama Kemal menjadi pemenangnya.

"Perkenalkan saya Kemal dari departemen TI," ujarnya. Entah kenapa suasananya menjadi sangat heboh ketika pria itu mulai berbicara.

"Oke Kemal, pertanyaannya buat siapa nih?" tanya Januar.

"Buat Kak Adri sih, sama ... Kak Januar juga," ujarnya. Para maba itu semakin bersorak heboh entah karena apa, para pembicara dan panitia didepan saja bingung.

"Oh-oke boleh. Silakan."

"Ekhm!" Kemal membersihkan tenggorokannya dengan ekspresi dibuat-buat. Sontak itu membuat tawa. Ah, akhirnya mereka paham, Kemal ini sepertinya tipikal mahasiswa pelawak di angkatan.

"Random dan out of topic, tapi ini penting kak," ujarnya berbasa basi.

"Mau tanya gimana sih caranya dapet pacar atau pasangan gitu ..."

"Hahahahahaah ...." suara tawa satu aula itu memotong pertanyaan Kemal. Januar juga ikut tertawa dan memalingkan wajahnya. Sementara Adri? Ya, dia juga ikut tertawa sembari menggelengkan kepalanya.

"Tenang dulu dong kawan kawan," ujar Kemal percaya diri.

"Ya jadi kak, gimana sih biar dapet pasangan yang sama sama keren, apalagi kan Kak Januar presma, Kak Adrinya mapres gitu. Kayak saling melengkapi versi level atas lah keren banget," ujarnya yang disahuti tepuk tangan.

Januar dan Adri berusaha profesional, mereka hanya mengangguk dan mendengarkan.

"Kan itu istilahnya dream relationship gitu kak. Punya partner yang positif, sama sama mendukung satu sama lain. Kalau kata Kak Adri tadi mindset is everything, nah kaitannya itu gimana kak?"

"Juga gimana dampaknya ke kita kalau punya pasangan yang supportif selama kuliah. Makasih kak," finalnya.

Satu aula masih bersorak heboh dan bertepuk tangan.

Januar terlihat menghela nafasnya berat, "Nyesel buka pertanyaan tambahan," ujarnya yang disahuti tawa.

"Karena disini yang pembicara Adri, boleh Adri silakan dijawab, nanti Ak ... Saya tambahkan," ujarnya terbata antara menyebut Aku atau Saya.

Lagi-lagi aula itu bersorak heboh.

Adri kemudian mengambil mikrofonnya, "Oke. Aduh ini pertanyaannya out of topic juga enggak, in the topic juga enggak ya," ujarnya. Para audiens hanya tertawa.

"Jadi gini, soal relationship, kalo ditanya 'gimana cara dapetnya' seperti yang ditanya Kemal, Saya bakal bilang itu tentang ada gak orang yang frekuensi berpikir, visi, misi, aspirasi, dan kebiasaannya sama dengan kita, atau at least bisa kita toleransi."

Semua orang memperhatikan Adri serius, terutama Januar yang sudah bisa mengendalikan tawanya.

"Itu prinsip pertama versi saya ya, dan mungkin versi Januar itu beda. Januar bilang kalo dia prefer orang yang bisa melengkapi dan menerima dia. Sounds cringey, tapi itu bener."

"Kalau dibilang ini adalah dream relationship, rasanya bisa jadi enggak juga ya, karena setiap orang balik lagi punya value yang berbeda dalam memandang idealisme hubungan seperti ini."

"Terus pertanyaan lainnya itu gimana rasanya dan dampaknya? Well, so far Saya sendiri merasa dia orang yang menginspirasi, dan selalu positif. Mungkin semua orang yang pernah kerja bareng Januar pun akan menilai begitu. And that's the value that I appreciate the most, ketika Saya sedang berpikir negatif, dia selalu bisa membuat Saya kembali berpikir positif."

"Saya dan Januar hanya objek dari pertanyaannya kemal, sebagai contoh lah gitu ya. Saya yakin nanti Kemal atau temen-temen lainnya bakal bisa nemu support system terbaik versi kalian sendiri. Itu dari Saya," tutup Adri yang diiringi tepuk tangan meriah.

"Oke. Gimana Kemal? Terjawab gak pertanyaanya?"

"Udah dari Kak Adri, tinggal dari Kak Januar," ujarnya yang kembali disoraki satu aula.

Januar menghela nafas berat, "Oke. Mungkin sedikit aja tambahan dari Saya, karena udah terwakili juga sama Adri tadi. Intinya back to your intention, vision, and aspiration. Menemukan support system yang pas buat mendukung kalian selama di perkuliahan itu sangat penting. Anutlah asas manfaat gitu, jadi setiap hal, orang, yang datang ke hidup kalian itu will give impact to your life in the present, and most importantly, in the future. Manfaat disini bukan berarti kita harus materialistis, bukan. Tapi kalian bakal tau semakin kita dewasa, kita itu harus pintar-pintar memilih circle, jauhi orang yang sepertinya toksik, jauhi orang yang sepertinya 'kosongan' alias gak akan membuat kalian maju."

"Itu aja dari Saya. Karena waktunya sudah habis juga, seminar sesi pertama ini berakhir."

"Sebagai rangkuman, kita sudah melihat empat tiga bidang berbeda yang bisa dicontoh oleh temen-temen semua untuk berprestasi selama berkuliah di FT, mulai dari organisasi, akademik, bisnis, dan social development. Hal pertama yang harus temen-temen bentuk adalah konsep, strategi, pola pikir, komitmen, dan kemampuan komunikasi yang baik. Dengan demikian, teman-teman akan fokus mencapai target dan cita-cita yang temen-temen buat sendiri.

"Terimakasih kepada para pembicara, penanya, dan seluruh audiens atas perhatiannya"

"Akhir kata, Saya Darren Januar Winata selaku moderator pamit undur diri, mohon maaf atas segala kesalahan, selamat siang!"